Dengan Kata Kita Mengingat, Bersama Kenang Kita Abadi





Oleh : Witwit Novani


Setiap orang berbeda. Ada yang senang menyampaikan sesuatu secara verbal dibanding menulis, tapi ada juga yang lebih nyaman menulis dibandingkan bicara verbal. Dan setiap orang mempunyai alasannya sendiri. Soal tulis menulis ini, semua orang mampu, tapi sedikit yang mau. Dari sekian banyak alasan kenapa menulis, aku mempunyai sepuluh hal yang paling "gue banget". Kepoin yuk …

 

1. Menemani setiap luka

Berasa jadi ibu peri ya hehe … eh tapi bener lho jika setiap orang pasti pernah terluka, merasa sendiri, terpuruk dan lonely. Ngaku aja deh, tanpa peluk semuanya berat dijalani. To be honest aku tahu rasanya menyimpan beban dan luka sendiri tanpa ada yang peduli. Karenanya aku akan berdiri di garda terdepan membersamai setiap sakit dan kesendirian. Iya aku tak mampu memeluk dan menjadi pendengar yang baik setiap saat, tapi melalui tulisan aku bisa menemani dan merasai setiap luka. Ssttt … udah nampak wise belum? Hihihi

 

2. Tak mampu bicara

Aku menulis karena nggak bisa bicara runut dan terstruktur rapi. Kata anak gaul zaman sekarang mah belibet dah. Tak jarang maksud kemana tapi yang dikatakan beda. Dan memang banyak yang ingin aku katakan tapi tak mampu aku bicarakan. Hmm .. ya begitulah karena tak setiap orang mampu mengatakan secara verbal apa yang ada dalam pikiran, masalah yang dihadapi, serta keresahan yang dirasakannya.

Nah salah satu media untuk bicara adalah melalui tulisan. Dengan menulis aku mencerna apa yang ada dalam pikiran, belajar menyusun kata dan menyampaikan banyak hal yang tak dipahami orang lain.

 

3. Mengasah rasa

Tahu tidak dengan menulis akan mengasah rasa dan kepekaan? Kenapa? Karena saat menulis, kita berpikir, mengamati dan menyimpulkan. Dalam prosesnya, banyak elemen yang terlibat. Mata melihat, telinga mendengar, otak berpikir, hati merasa, tangan menuliskan.

Dengan seringnya hal itu dilewati, sinyal rasa akan lebih kuat. Kepekaan semakin terasah. Dan jeli melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Maka, tak salah jika ada yang mengatakan, kalau penulis itu orang yang peka. Intuisinya lebih tajam. Eh iya gitu?

 

4. Menyimpan setiap kenang

Wuiih kenangan hehe, ih memang iya jika setiap orang pasti mempunyai kenangan yang mengharubirukan hidup. Kisah-kisah itu akan menjadi cerita dan menjadi sejarah di masa depan. Indah, bahagia, sedih, kecewa atau amarah akan menjadi catatan hidup. Semuanya akan menguatkan.

Seiring waktu kita akan melupa, menyisakan sisa ingatan dan kenang. Dan kenangan akan kekal saat tersimpan dalam kata. Pada setiap tulisan aku titipkan kenangan tentang segala. Mengabadikannya dalam aksara dan menjadikannya kekal dalam ingatan.

 

5. Meninggalkan jejak cerita

Mon maaf nih kalau aku sedikit puitis hihihi, Begini, jejak dan waktu adalah satu. Selalu berkait dan saling terikat. Waktu mencipta jejak, jejak mewarnai waktu. Jejak yang tertinggal menjadi kisah pada setiap perjalanan waktu. Kutuliskan aksara untuk menjadi kata. Kurangkai kata agar menjelma cerita. Dan cerita kutahbiskan menjadi jejak.

Karena kelak jejak akan menjadi sejarah dalam hidup, jika kita pernah. Pernah kecewa, sedih, marah, rindu, cinta dan bahagia. Dan jejak yang tertulis pada memori akan menjadi pelita saat kita melupa jalan pulang.

Intinya sih, menulis untuk menyimpan cerita, mungkin sepuluh tahun yang akan datang kita akan tertawa membaca cerita hari ini.

 

6. Menitipkan rindu

Ah rindu. Jika bicara rindu aku suka auto romance deh, soalnya dalam kata aku titipkan rindu, aiiih hehe. Sedikit bersenandika boleh ya.

Menghabiskan kisah demi temu yang semu. Bertebaran aksara untuk nama dan cerita yang mengabur bersama derai air mata dan sedu sedan tangis dalam diam.

Rindu ini aku titipkan pada setiap kata yang tertulis. Mengudara bersama rasa yang tak juga beranjak, walaupun semesta telah membentangkan jarak.

Pada kata, kukisahkan rindu tanpa berharap temu, dekat tapi tak tersentuh, asa saling menggenggam tapi waktu memaksa melepaskan, menyisakan sesak, sementara hati tak juga merelakan.

Gitu deh, aku menulis untuk menyampaikan rindu. Sama siapa? Siapapun yang mewarnai hidup. Hihiw.

 

7. Mengisahkan mimpi

Nah … ada saatnya juga aku menulis tentang mimpi, harapan, angan-angan dan imajinasi. Karena saat menulis kita bisa menjadi siapapun yang kita mau, menjadi apapun, pergi kemanapun bersama siapapun yang kita inginkan. Imajinasi dan mimpi bisa terwujud dalam tulisan. Sekuat imaji bicara, sekuat itu pula mimpi bisa mencari jalannya untuk menjadi nyata.

Aku sih percaya dengan kekuatan doa dan harapan. Dan bagiku menuliskannya adalah salah satu cara melangitkan asa dan harap.

 

8. Mengabadikan cinta

Pernah jatuh cinta? Atau sedang jatuh cinta? Atau mungkin selalu jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama? Indah ya, apapun ceritanya, seperti apapun kisahnya, jatuh cinta, mencintai dan dicintai selalu meninggalkan debar yang menyenangkan. Tak melulu tentang sepasang kekasih, tapi lebih dari rasa yang kita punya untuk orang terkasih. Dengan menuliskannya akan mengabadikan setiap cerita cinta yang tertinggal. Rasa mungkin telah usai, hilang dan berganti, tapi menyimpannya dalam aksara akan mengabadikan setiap kisah. Gimana? Setuju?

 

9. Membersamai kehilangan

Pernah merasa kehilangan? Bukan hanya seseorang tapi sesuatu. Sesuatu yang seharusnya ada dalam genggaman. Atau sesuatu yang sudah kita perjuangkan mati-matian tapi tiba-tiba lenyap dari pandangan. Sudah mencoba mengikhlaskan tapi hati tak juga merelakan. Kehilangan tidak pernah menyenangkan, dan itu manusiawi.

Dan aksara yang aku tulis didedikasikan untuk yang sedang merasa patah, kehilangan separuh sayap, dan mencari genggam yang hilang, ayo dong … tersenyum, tertawa dan lupakan sejenak lara. Kalau kata lirik lagu sih "usah kau lara sendiri …"  Kita sesungguhnya sendiri tapi tidak pernah sendirian. Selalu ada rengkuh dan peluk yang akan membersamai. Yang hilang biarkan pergi, karena yang ditakdirkan untuk kita akan menemukan jalannya sendiri. Mari kita bahagia!

 

10. Self healing

Alasan menulis kesepuluh adalah self healing. Terapi. Bagiku menulis penting untuk kesehatan mental. Karena dengan menulis kita bicara. Setidaknya bicara dengan diri sendiri, dan didengarkan. Karena sesungguhnya kita hanya butuh didengarkan, bukan?

Setiap orang mempunyai takdir dan beban hidup berbeda, mempunyai kemampuan tak sama saat menghadapi tekanan, dan membutuhkan media untuk melepaskan beban yang datang dalam hidup. Dan menulis adalah salah satu caranya.

Dengan menulis kita belajar mengungkapkan perasaan dan gagasan, mengurai kekusutan pikiran, dan menetralkan energi negatif yang menguasai diri, dan hal itu secara perlahan akan menyehatkan mental.

 

Nah sepuluh alasan itulah yang setidaknya mendasari kenapa aku keukeuh menulis, bukan karena bisa, tapi karena butuh dan mau. Bagiku dengan kata kita mengingat, bersama kenang kita abadi. Dengan menulis kita bicara, bercerita dan berkisah pada dunia. Dan jangan lupa, kita sesungguhnya adalah penulis, dan sedang menuliskan jejak hidup sendiri-sendiri.

 

Bandung, 09 Agustus 2020

 

 

 

 

Tentang Penulis :

 

Witwit, lahir di Garut, tinggal di Bandung. Pecinta kata-kata, karena dengan kata kita mengingat, bersama kenang kita abadi. Jalan-jalan yuk ke akun Instagram @witwit_rakhan dan temuin #ceritawitwit . Jangan cari di aplikasi lain ya … karena sedang tidak ingin menulis di tempat lain hehe.

Share:

12 comments :

  1. Bagus Kak, semangat terus berkarya. .. 😊

    Mampir juga yu ke tulisan saya "Kenapa Harus Menulis?"

    ReplyDelete
    Replies
    1. thx youuu ... semangat juga yaaa ... otw mampir kak

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Gaya penulisannya bebas, lebih kepada cara anak muda, sehingga pesan lebih akrab.

    ReplyDelete
  4. wit, bikin tulisan juga dong disini
    http://ikara.or.id/ikara/aktivitas/daftar/ hehehe...

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis