Oleh: Wildatul Maghfiroh
Kata pertama yang inginku persembahkan adalah "Suka".
Tak sedikit orang yang tak sadar akan apa yang disukai dalam hidupnya. Terkadang apa yang dilakukan setiap hari dianggapnya sebuah kesukaan padahal ternyata itu hanyalah sebuah rutinitas. Termasuk aku yang tak segera sadar akan apa yang aku sukai dalam hidup ini. Suka yang ku maksudkan adalah hobi yang aku temukan melalui perjalanan yang tak sebentar. Sebuah pengalaman yang memaksaku untuk rajin menorehkan apa yang aku lihat serta yang ku rasa dalam sebuah tulisan. Paksaan itu tak membuatku mundur walau kadang kala terasa berat tuk dilakukan. Suka adalah kunci utama termasuk dalam menulis.
Suka pada suatu hal kadang kala ada yang menjadi motivasi dibalik itu semua.
Kegemaranku menulis diawali karena terinspirasinya diri ini oleh seorang guru yang senantiasa selalu merasakan hidup dalam sebuah tulisan. Beliau selalu mengatakan bahwa "Tatkala engkau menenukan atau mengetahui suatu hal baru maka ikatlah dengan tulisan. Tatkala engkau bingung tentang hal yang baru kau dapati maka ikatlah dengan tulisan. Gumamkan resahmu tentang pengetahuan dalam sebuah tulisan. Niscaya engkau akan mengetahui faedahnya." Kalimat itu senantiasa terngiang dalam benakku hingga kini. Guru juga selalu menyampaikan. "Torehkan semua hal positif yang kau temukan dalam sebuah tulisan."
Rasa penasaran kini menjelma dalam diri ini. Rasa ingin tahu yang teramat mendalam membuat diri ini tak mampu tuk menghentikan jajahan pikiran yang sering kali terbelenggu dalam tempurung. Tak cukup rasanya tatkala yang terpikirkan tak terejawantahkan dalam sebuah tindakan. Menuangkan buah pikir di atas kertas itulah yang sering kali dilakukan walaupun tak jarang selalu menimbulkan kekecewaan karena buah karya serasa tak bernyawa.
Kecewa, kesal, rasa tak puas, bingung, tak percaya diri sering kali bahkan selalu datang menyapa dan hinggap. Namun rasa penasaran terus saja menjelma dalam diri ini. Mencoba, mencoba dan mencoba hingga rasa aku terjebak didalamnya.
Semakin aku terjebak didalamnya, semakin ku tak kuasa tuk menarik diri dari rasa keingintahuan yang dahsyat. Semakin sering kegagalan menghampiri, semakin kuat pula rasa tuk mencari jalan lain yang mampu menjembatani kerisauan yang datang. Tak pernah ada rasa puas dengan apa yang telah tertorehkan dalam secarik kertas.
Selalu datang menghampiri rasa .....
Kenapa begini?
Kenapa begitu?
Bukan seperti ini yang aku maksudkan, tapi ...........
Begitulah seterusnya. Kehilangan inspirasi saat tengah asyik menggambarkannya dalam sebuah narasi. Rasa kesalpun kembali datang. Keluh kesah, berat, ringat, susah senang itulah yang aku rasa. Namun, tak sedikitpun aku berkata mundur karena ku telah merasa candu.
"Pandai-pandailah membaca diri sendiri", kalimat yang sering tersampaikan dan terdengar di telinga ini.
Aku yang selalu asyik dengan rutinitas yang kaku. Makan, tidur, sekolah, buat pr, mengerjakan tugas dll. Tak terpikir dalam benak tuk sejenak tuk menyejukkan pikir yang selalu terisi dengan hal yang monoton. Aku dengan segala aktivitas yang ada membuat ku tersadar bahwa sejatinya aku harus menemukan suatu caara tuk melepas penat ku. Tak ada ekspresi tatkala aku rasa sesuatu. Senang, sedih, terharu terasa sama saja suasananya tanpa suatu tindakan tuk melepaskan. Lambat laun ku kenali diri ini dan akhirnya ku temukan cara tuk mengadu rasaku dalam sebuah tulisan secarik kertas.
Kini ku coba tuk lebih mengenali diri ini.....
Semakin ku menulis. Semakin kuat motivasi yang tumbuh dalam diri ini. namun, tak cukup dengan motivadi diri sendiri. Keluar ku dari zona nyaman yang sedang terasa. Berkelanaku tuk mecari faedah sebuah tulisan. Jauh ku melangkah dari pintu tempat singgah, tak sedikit putaran waktu yang menemani langkah kaki serta penjelajahan pikir tuk membuka wawasan baru hingga ku dapati sebuah pengajaran yang bertuliskan, "Jika kamu mendengar faedah ilmu, maka catatlah meskipun di tembok!". (HR. Khaitsamah, lihat Hilyah Thalibil 'Ilmi,h. 53).
Ku telaah makna di dalamnya, bahwa begitu sangat penting tuk selalu menuliskan apa yang diketahui.
Ikatlah Ilmu dengan Tulisan (Hadits Nabi)
Sering kali rasa ingin menulis itu. menyapa. Terkadang raga dan pikir sedang tak sejalan. Raga enggan tuk bergerak, namun jangkauan pikir telah jauh berkelana. Terkadang pula terpikir hasil yang tak sebanding dengan apa yang diangankan. Sejatinya itu adalah sifat malas yang sedang menjelma dalam bentuk kegundahan hati. Rasa itu perlu dihapuskan karena takkan pernah mendapatkan kepuasan yang sejati sebelum buah pikir terurai dalam bentuk nyata.
Oleh karenanya, segeralah bergegas tatkala hati sedang merasakan sebuah kenyamananan dalam menulis. Bisa jadi kesempatan itu tak datang tuk kedua kalinya. Tatakala inspirasi sedang menyapa maka segeralah bergegas mengangkat penamu. Itu adalah salah satu caraku tuk berdamai dengan hati yang serung kali bergejolak tuk menulis.
Kini ku mulai mengenali diri sendiri. Teringatku akan sebuah ungkapan yang sangat masyhur di kalangan praktisi tasawuf Islam yang menuai arti, "Barang siapa mengenal dirinya, sungguh ia telah meneganal Tuhannya."
Sedikit demi sedikit,
Langkah demi langkah,
Ingin selalu akau lalui tuk lebih mengenal diri sendiri,
Walau berasal dari suatu hal yang sangat kecil.
Mengenali potensi diri umtuk terus mendalami dan berharap selalu dapat memberikan kebermanfaatan di manapun berada. Pastinya semua yang dilakukan selalu berharap bersama dengan ridlo-Nya.
"Be Positive"
Tulisan juga merupakan salah satu do'a yang dihaturkan pada Dzat Yang Maha Pemilik Segalanya. Mencoba mengurai emosi melalui tulisan yang pada akhirnya berbentuk do'a yang dapat diaamiinkan oleh siapapun yang membacanya. Menjadi pemikir yang positif hingga menuai tulisan yang menebarkan aura positif bagi penulis maupun khalayak umum khususnya pembaca.
Terakhir ingin ku tuliskan, Mengapa aku menulis?
Jawabannya adalah Aku
Ada apa dengan aku?
Lebih ku mengenal, menyapa dan bersahabat dengan diri sendiri. Selalu mencoba menyelaraskan apa yang tertuai dibenak dalam sebuah tindakan. Selalu mencoba melawan apa yang terjadi kejanggalan dalam pikir dalam sebuah komunikasi nyata. Berusaha mencoba, mencoba dan mencoba apa yang diarasa ada potensi yang mampu diasah didalamnya. Begitupula dengan menulis...
Aku dan torehan nalar pikir.
Jember, 9 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Wildatul Maghfiroh. Dilahirkan di Jember, 20 Mei 1995. Alumni Pondok Pesantren Islam Ash-Shiddiqi Puteri Jember. Ia menamatkan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi di Jember. Sejak lahir hingga kini, ia tetap tinggal di kota Jember. kritik, saran serta komentar dalam tulisan ini dapat dialamatkan ke wildamaghfiroh83@gmail.com.
Nice story'! Really inspired
ReplyDeleteSemoga bermanfaat....
Deletekereeen!
ReplyDeleteTerimakasih kak....
Deletemantap kak
ReplyDeleteTetap semangat...
DeleteMenginspirasi banget kak
ReplyDeleteBaca aja uda bahagia banget
ReplyDeleteSukses sll
ReplyDeleteIni motivasi banget yaaa :))
ReplyDeletesungguh menginspirasi 👍👌
ReplyDeleteSemangat selalu ✊
Semoga bermanfaat......
DeleteTerimakasih.....
Semoga bermanfaat......
DeleteTerimakasih.....
MasyaAllah.Bagus sekali tutur bahasanya.Aku merasa terbawa kalem saat membacanya. Heee. Semoga selalu menginspirasi.
ReplyDeleteGuru yg menginspirasi ditulis & menjadi inspirasi bagi org lain. Gud
ReplyDeletehttp://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html
Sangat menginspirasi & kaya kosa kata :)
ReplyDeleteSemangat terus yaaa
Boleh mampir ke tempatku kalau senggang :D
Menulis Dan Aku (@cuplikan.cerita)
Makasih