Antara Agama dan Selera -Alasan Untuk Terus Menulis dan Berkarya-


Oleh : Ananda Novita

     Setiap orang yang melakukan sesuatu pasti memiliki sebuah alasan. Bisa konsisten berbuat, bisa juga tumbang di tengah jalan karena tak kuat!

     Jadi, menulis juga demikian seharusnya. Mesti ada sesuatu yang melandasi kenapa harus menulis? Untuk apa menulis? Karena itu akan menjadi tantangan tersendiri untuk merealisasikan semua.

     Inilah aku dan alasan-alasan yang menguatkanku untuk tetap dan terus menulis. Kini hingga nanti, saat raga ini tak lagi sempat untuk berpamit pergi.


Islam Membuat Mataku Terbuka

     Sebegitu pentingnya menulis sampai-sampai Allah mengabadikan kalam-Nya pun lewat tulisan. Agar pribumi senantiasa dapat kembali kepada rujukan yang hakiki. Saat manusia sewaktu-waktu melenceng dan salah arah, satu-satunya petunjuk yang tak pernah membuat mereka terpasah adalah kalam Tuhan-Nya.

     Satu lagi, jauh-jauh sebelum dunia beserta isinya diciptakan oleh Rabb alam semesta, yang Allah lakukan kali pertama adalah menuliskan takdir untuk seluruh ciptaan-Nya, yang akan menjadi ketetapan. Tak ada yang kuasa mengonversikan.

     Bukti-bukti ilahi ini menunjukkan bahwa menulis teramat sangat krusial bagi sejagat raya. Untuk itu aku menulis karena ujaran tak selamanya bisa diperdengarkan, menulis agar ilmu-ilmu yang kudapat juga bisa terabadikan.


Ulama Terdahulu

     Teringat kisah ulama terkenal bernama Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah rahimahullah. Siapa yang tak mengenalnya? Pemilik kitab Minhajul Muslim dan Majmu' Fatawa. Beliau adalah satu di antara sekian banyak ulama yang meninggalkan warisan yang sangat bernilai dan berharga bagi umat Islam. Karya-karyanya menjadi rujukan dan pegangan ulama-ulama kontemporer.

     Tidaklah beliau mendapatkan suatu bidang ilmu kecuali beliau menuliskannya dan ikut andil dalam estafet dakwah Rasulullah dalam penyebaran ilmu-ilmu bermanfaat bagi umat, ikut serta berjihad dengan lisan maupun tulisan.

     Orang-orang yang mendapati kisah perjuangan beliau dan membaca karya-karya beliau sungguh akan terkagum-kagum dengan keberkahan waktu dan ilmunya.

     Saat mendekam di balik jeruji besi, beliau pun masih berkobar untuk menciptakan karya-karya yang dapat mematahkan argumen musuh-musuh Islam. Dua belas kali keluar masuk penjara semasa hidupnya beliau tercatat sangat banyak mengeluarkan risalah-risalah kecil dan fatwa.

     Beberapa waktu lalu sempat kutilik sekelumit kisah dari ulama Indonesia, Buya Hamka. Beliau juga pernah mendekam beberapa tahun di dalam penjara karena suatu tuduhan yang tidak dibenarkan, dan saat itu juga beliau menyelesaikan kitab tafsirnya, tafsir Al-Azhar 30 juz.

     Belajar dari kisah mereka antusiasku bergelora. Saat bergelut dengan karya tulisan membuat mereka tak lagi memandang keadaan, kendatipun dalam kesukaran dan penderitaan.


Seorang Wanita

     Dalam syariat Islam kedudukan wanita sangat dijaga. Berbagai sisinya dapat menimbulkan dampak baik atau buruk apabila tidak dibentengi dengan apik, terkhusus bagi para lelaki.

Rasulullah bersabda :

"Tidaklah ada fitnah sepeniggalanku yang lebih besar bahayanya bagi lelaki selain fitnah wanita ..."

Tak terkecuali suaranya. Alangkah baik jika seorang wanita menjaganya demi menghindari berbagai kemudharatan.

     Lain halnya saat mengajar atau berdakwah. Dalam hal ini Aisyah radhiyallahu ''anha pun pernah mengajarkan ilmu kepada para sahabat dengan dibatasi tirai.

     Dengan menulis seorang wanita akan lebih leluasa menyampaikan ilmu yang dimilikinya, tanpa takut menjadi sebab suatu bencana. Maka menulis adalah ajang terbaik untuk bersuara.


Untuk Anak Keturunan

     Sebagai seorang wanita yang akan melahirkan pemuda-pemudi tangguh, mesti ada sesuatu yang harus kulakukan agar kelak mereka memiliki pegangan. Sebuah warisan yang takkan pernah habis saat diamalkan.

     Aku takut kelak mereka mengekor orang lain, yang entah bagaimana karakter dan sifatnya. Aku takut meninggalkan mereka sedangkan tak ada warisanku yang tersisa.

     Bukan harta atau pusaka, karena semua akan habis dimakan masa, melainkan ilmu yang akan kutuliskan di dalam lembar-lembar catatan.

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka khawatir terhadapnya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An-Nisa' : 9)



Sebenarnya Selera Bukan Alasan

Yang Mau Memperjuangkannya

     Sebenarnya menulis itu bukan tentang mampu ataupun keahlian, melainkan tentang keinginan bahkan sudah menjadi sebuah keharusan.

     Berderet alasan jika kita tak mau. Namun berjuta kesempatan di depan mata menunggu. Menulis sewaktu-waktu bisa menjadi hal yang sulit. Tapi tidak jika kita percaya itu mudah dan tak rumit. Kenali dulu objeknya, barulah nanti akan tumbuh rasa cinta. Itulah menulis.

     Alih-alih menjadi ahlinya, untuk mengenalnya saja banyak yang alpa.

     Padahal letak kenikmatan saat menulis adalah saat kita sadar bahwa kita sedang menapaki sebuah langkah yang akan mengantarkan kepada kemuliaan, menuliskan sebuah nyata untuk kebaikan, sedangkan tak banyak orang yang mau memperjuangkan.

Memperbaiki Rusaknya Ideologi

     Begitu banyak orang yang berusaha menebar tulisan merusak perilaku anak bangsa, begitu banyak yang menyebarkan berita hoaks dimana-mana, siapa yang akan menanggung akibatnya?

Bagi mereka yang tak tahu kebenaran sebuah informasi, atau bagi siapa yang enggan mencari bukti pasti akan termakan opini orang-orang yang begitu berambisi. Untuk apa? Ya mencacati baiknya sebuah ideologi.

     Para perusak itu saja begitu antusias. Kalau searching di Google buku-buku anak mesum misalnya, pasti begitu banyak yang keluar. Siapa yang mau menyelamatkan korban-korban filosofi?

     Kini saatnya aku bangkit dan menguatkan tekad untuk memperbaiki itu semua dengan tulisan-tulisanku nanti.


Jejak Pemahaman

     Dengan menuliskan kembali berarti aku sedang berusaha merekam jejak pemahaman yang telah kuperoleh sebelumnya dan secara tidak lansung juga membuat diriku semakin paham terhadap apa yang kutuliskan.

     Jejak itu akan terekam dalam sebuah memori yang bernama buku. Jika lupa bisa dibuka sewaktu waktu, juga dengan harapan semoga nanti sisi baiknya ada yang ikut menapaki.

     Walaupun memang belum pantas untuk diikuti, memang belum mencapai tahap sebaik penulis yang sudah ahli. Setidaknya dari jejak itu nanti aku bisa tahu, sejauh mana pemahamanku dahulu. Untuk apa? Untuk kuperbaiki hingga menjadi layak kedepannya.


Yang Bernilai Lebih

     Menimbang segala sesuatu tentang alasanku menulis adalah dari diriku sendiri. Katanya waktu sangat berharga. Tapi nyatanya ia hanya berlalu begitu saja. Lalu kutoleh diriku, apa yang sudah aku perbuat terhadap waktu?

     Rupanya hanya asyik menjelajah dunia maya atau hanya penuh dengan angan kosong tak berguna,  habis karena sibuk memikirkan solusi dari sebuah masalah atau karena down selalu datang berkala.

     Menulis adalah keputusan yang sangat tepat. Selain mengisi hari dengan aktifitas wajib, menjaga pikiran agar tetap konstruktif, menulis adalah cara lain agar waktu tidak sia-sia, dan membuat kualitasnya lebih berharga.


Writing?

     Katanya orang yang suka bicara jika disuruh menulis akan sulit berkata-kata. Apakah itu sebuah fakta?

     Ya, untuk sebagian orang.

     Namun sebagian yang lain ada yang mampu menggabungkannya. Bahkan menulis adalah cara lain bagi mereka untuk mengekspresikan cerita. Ya meski terkadang sulit mengungkapkannya melalui bait prosa atau narasi.

     Buktinya banyak pembicara-pembicara ternama yang telah melahirkan banyak karya tulisan, Ir. Soekarno contohnya. Selain termasuk pembicara provesional, beliau juga melahirkan karya tulisan handal.

     Sebenarnya bukan tentang siapa dan sifatnya bagaimana, semua bisa untuk hal ini. Untuk siapa saja! Memadukan antara bicara dan menulis adalah hal yang luar biasa.

    

 

Tentang Penulis :

Ananda Novita, gadis berdarah Melayu asal Jambi terlahir pada 5 November 2000 di Jambi. Saat ini sedang dalam proses menerbitkan sebuah antologi serta aktif di berbagai aktivitas kepenulisan. Tercatat sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Agama Islam As-Sunnah pada tahun 2018. Jejaknya bisa ditemukan di akun Instagram @ndvitaa dan @ann.novita. Penulis bersejarah seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumallaah adalah inspirasi terbesar baginya.

 

Jambi, 7 Agustus 2020

 

Share:

11 comments :

  1. Menulis untuk sebuah idealisme 👍👍

    Tulisan saya:
    Berawal dari Hati

    Mari saling berkunjung.😊

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, menulis menurut saya alasan mengapa Rasulullah memilih Sayyidah Aisyah.

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah Kak, inspiratif sekali, terus semangat berkarya 🥰

    Saling mendukung yu, mampir ke Tulisan saya: Kenapa Harus Menulis?

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah nan...
    Salut. Tulisan anti bikin ana gak percaya diri...
    Barakallahufiiki :')

    ReplyDelete
  5. ماشاء الله .. بارك الله فيك يا أخت الغالية...
    Ananda Novita.. Smoga tetap semangat untuk menyebarkan kebaikan kepada siapapun dan diamana pun..

    ReplyDelete
  6. MasyaaAllah, bagus banget tulisannya. Berbobot isinya dan nyaman untuk dibaca. Semangat 🔛🔥

    ReplyDelete
  7. Masya allah, semangat terus ya kak :)

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis