Alasan Aku Selalu Menulis




                                       
                                                

Oleh : Silvia Virda Susanti



Alasan pertama bermula dari kewajiban. Menulis adalah aktivitas impian sejak sekolah, tapi tidak pernah ada langkah kongkrit untuk mewujudkannya. Rasanya setiap kali ada tugas menulis puisi isinya hambar, hanya kata-kata tersurat yang terungkap. Dua kali menulis karena permintaan dari sebuah tanggung jawab di organisasi saat sekolah dan kuliah, yang tentunya banyak sekali tulisan tambahan editor. Impian itu hanya angan yang tidak pernah terbang jauh ke wadahnya. Rasanya ingin sekali ikut pelatihan-pelatihan, tapi tangan dan kaki tidak pernah tergerak sejengkal pun untuk meraihnya. Tahun 2018, disinilah aku dipertemukan dengan kewajiban-kewajiban menulis tugas akademik dan tindak lanjut sebuah pelatihan. Pertengahan Juli 2018, saya mendapat tugas menulis tentang Ekonomi, yang tentunya jauh dari kehidupan pendidikanku selama ini. Jargon "yang penting ngumpulkan" aku pakai sebagai bentuk tanggung jawab. Kenyataannya tetap diterima dan namaku menjadi salah satu daftar dari sekian nama di buku yang berISBN itu. Buku yang bersampul warna girly dan desain kekinian menjadikanku bersemangat untuk menambah buku-buku lain.



Alasan Kedua adalah Kewajiban Akademik. Setiap tugas akhir memang mengharuskan kita menulis karya ilmiah. Menulis yang mempunyai banyak rintangan yang berbeda-beda. Beberapa tahun lalu, aku memutuskan mengakhiri belajar dengan menulis karya ilmiah sekaligus buku ajar sebagai syarat kelulusan. Mengawali dengan mengembangkan kurikulum ke tujuan dan indikator, menyusun materi yang sesuai dengan zaman peserta didik, pemilihan bahasa yang tepat, gambar yang menarik minat baca, menyusun latihan-latihan yang sesuai dengan kemampuan, mencari bantuan untuk desain cover dan layout, validasi ke dua orang yang terpercaya dibidangnya, dan mencari percetakan yang sesuai kantong. Meskipun proses itu belum final karena akan tetap ada revisi setelah bertemu di meja ujian tapi Lika-liku perjalanannyalah yang terasa mahal, karena banyak "talaqqi" ke orang-orang berpengalaman yang mampu menyuntik semangat memperbaiki dan menambah tulisan lain sebagai teman untuk kewajiban akademik ini.



Alasan ketiga adalah Self Healing Therapy. Setiap manusia mempunyai segala aktivitas dalam dan luar rumah yang mampu mewarnai kehidupannya dengan kebosanan dan kejenuhan. Seorang pekerja akan menemukan titik jenuh dengan tugasnya yang setiap saat berjalan pada ritme yang sama. Ibu Rumah Tangga yang setiap hari fokus mengurus keluarga dan rumah juga akan menemukan titik jenuh juga.
Titik jenuh adalah sebuah keniscayaan bagi siapapun yang beraktivitas yang sama dalam jangka yang lama. Sehingga banyak orang yang memilih salah satu self healing therapy dengan menulis. Menulis mampu mengeksplorasi perasaan terpendam dalam pikiran. Jika kita menulis seakan-akan sedang berkomunikasi dengan diri kita yang lain. Satu cara inilah yang menjadi salah satu alasan saya menulis, karena mampu menjadi terapi kejenuhan mengajar.



Alasan Keempat adalah Mendokumentasikan Peristiwa. Perjalanan hidup manusia akan beragam setiap harinya. Ada kesan positif dan negatif yang mampu mewarnai. Sejak kita lahir sampai usia saat ini pasti banyak sekali peristiwa penting yang amat sangat berkesan untuk selalu diingat.Masa bermain dengan teman-teman disekitar rumah, sekolah saat jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, Kuliah D3, S1, S2, atau S3. Jalan-jalan dari satu tempat rekreasi, satu kota ke kota lain, satu provinsi ke provinsi lain hingga ke luar negeri, hidup berumah tangga, bermasyarakat atau bernegara dan pengalaman-pengalaman terbaik lainnya. Betapa sejengkal waktu mampu melahirkan peristiwa terbaik versi kita sendiri. Oleh karena itu banyak penulis mengisahkan perjalanan hidupnya dalam sebuah novel atau biografi. Jadi, mendokumentasikan Peristiwa menjadi salah satu alasan menulis untuk selalu mengingat.



Alasan Kelima adalah Banyak Membaca. Membaca adalah anjuran untuk umat Islam yang pertama kali turun dalam surat Al-'Alaq, diawali dengan kata "Iqro'" yaitu bacalah. Dalam Bahasa Arab kata itu adalah fi'il Amr yaitu kata perintah. Kalau Al-Quran sudah bilang seperti itu, sudah pasti membaca adalah perintah dari sang Maha Pemberi Hidup, akan tetapi Membaca merupakan aktivitas yang membosankan dan kurang diminati oleh orang Indonesia dengan bukti peringkat kerendahan minat baca sehingga digalakkan segala cara dengan literasi di segala tingkatan pendidikan. Dalam kajian kemampuan berbahasa, membaca dan menulis mempunyai ikatan erat. Bagaikan simbiosis mutualisme, dimana kehadiran keduanya mampu memberi timbal balik yang positif. Seperti yang sering kita dengar, semakin banyak membaca, maka semakin banyak yang ditulis. Semakin suka menulis, maka semakin haus akan membaca. Maka dari itu, banyak membaca adalah salah satu alasanku untuk menulis, memperbaiki rangkaian kata, pemilihan kata, kalimat, bahkan alur tulisan.



        Alasan Keenam adalah Berbagi. Berbagi bukan soal harta, tapi bisa berupa cerita, kisah, makanan, tulisan, pengalaman dan lain sebagainya. Alasanku tetap menulis sampai hari ini adalah untuk berbagi. Meskipun tetap ada keraguan, karena bisa jadi sasaran pembaca sudah sangat tahu informasi tersebut atau bahkan sebaliknya. Keinginan berbagi tulisan tetap kuat, karena jika pembaca sudah sangat tahu dan faham, kita bisa mendapat feed back dan menjadi sarana perbaikan. Ini nilai plus untuk menambah wawasan. Apabila sebaliknya, yaitu pembaca belum tahu sama sekali maka kita akan bahagia ternyata tulisan tersebut bisa dibaca dan bermanfaat.



Alasan Ketujuh adalah Membentuk Mental. Zaman modern saat ini menjadikan semua orang bebas mendapat akses untuk mengembangkan diri sesuai dengan keinginannya. Banyak sekali tawaran "short Course" berbagai macam keahlian online berbayar hingga gratis. Seperti halnya belajar menulis untuk dituangkan dalam sebuah buku. Saat ini banyak sekali tawaran untuk menerbitkan buku antologi atau solo. Maka dari itu, salah satu alasan aku menulis adalah membentuk mental percaya diri agar bisa mempublikasi tulisan-tulisan ringan untuk diterbitkan dalam sebuah antologi. Bagiku, membentuk mental adalah pondasi utama karena memperbaiki kebenaran kaidah, penggunaan kata dan bahasa mampu dipelajari dengan berproses.



Alasan Kedelapan adalah Mengisi waktu luang. Hadits Riwayat Bukhari mengatakan bahwa ada dua kenikmatan yang manusia tidak bisa memanfaatkan dengan baik, yaitu sehat dan waktu luang. Bekerja penuh atau paruh waktu adalah pilihan, tentunya banyak perbedaan cara dari keduanya untuk memanfaatkan waktu luang. Belajar dari hadits tersebut, membuatku lebih berusaha mengisi waktu luang dengan baik. pembelajaran ditempatku mengajar masih memberlakukan Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak Maret lalu. Maka dari itu, menulis adalah cara mengisi waktu luang yang murah disela-sela mengajar.



Alasan Kesembilan adalah Berfikir cepat. Sejak pertengahan 2019 lalu, aku mulai suka mengikuti event menulis di Instagram selama 10-30 hari. Setiap hari ada kewajiban menulis bebas atau sesuai ketentuan. Ikut serta dalam kegiatan seperti ini tujuan awalnya adalah memperbanyak karya dan melatih konsistensi menulis.  Proses menulis dari hari ke hari mengajakku untuk berfikir tulisan yang tepat. Hari-hari awal mungkin sudah terfikirka satu dua tulisan, akan tetapi beberapa hari setelahnya mengajakku untuk berfikir dan segera mengetik di caption IG sebelum hari berpindah. Jadi, alasanku tetap menulis adalah melatih berfikir cepat untuk memenuhi konsistensi menulis setiap saat.



             Alasan Kesepuluh adalah Belajar. Belajar, kata kerja yang sering kita dengar dan lakukan sejak kecil sampai saat ini. Gaya melakukannya yang bermacam-macam menyesuaikan dengan si pelaku. Salah satu alasanku menulis adalah untuk belajar. Belajar kaidah bahasa, berfikir cepat, membentuk mental, konsistensi diri, memilih dan memilah topik yang sesuai, dan lain sebagainya.



Tentang Penulis :

Silvia Virda Susanti adalah seorang perempuan berusia antara 25-30 tahun, lulusan salah satu Universitas Negeri di Surabaya dengan jurusan Pendidikan Bahasa. Jika ingin mengetahuinya bisa berkunjung ke akun Instagramnya @silviavirda1.

Share:

2 comments :

  1. Bagaimana sih caranya agar kita mau menulis, karena menulis itu membosankan bagi kaum milenial ??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika sudah ada keinginan, ini sangat mudah. Kita awali saja dengan banyak membaca. Hasil baca kita tuangkan dalam tulisan meskipun pendek seperti di caption IG..

      Delete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis