Oleh : Dania Aradea
Aku menulis untuk mengungkapkan isi hati tanpa harus mengeluarkan suara, dan kita bisa menjangkau dunia. Setelah lebih percaya diri untuk mempublikasikan tulisan, mulailah lisan manusia berkata-kata. Mulai dari yang nyinyir nya level satu, sampai yang nyinyirnya pakai karet dua. Bukan Riya sih, tapi dari dua cerita yang aku publikasikan, dua-duanya dibaca lebih dari sepuluh ribu orang.
"Bangga sekali, kamu!." Ya jelaslah bangga, bohong kalau gak bangga. Hehehehe."
Menulis membuat hati menjadi lebih lapang dalam menerima apapun. Mencerna banyak suara, memilahnya, dan merangkainya menjadi sebuah kisah. Seperti kisah aku, kamu, dan mereka. Menulis membuat adrenalin terus berpacu, sehingga hormon-hormon bahagia selalu menyelimuti tiap sisi hati. Dengan menulis apapun yang sedang kita rasakan, akan membuat hati terasa hangat dan penuh. Mendapatkan respon dari pembaca, krisan, bahkan komentar yang pedasnya melebihi rasa seblak dengan dua puluh buah cabai rawit setan, hehehehe. Kebayang dong gimana pembaca menghayati tulisan kita?. hahahahaha.
Aku menulis untuk dapat lebih mensyukuri hidup. Menggunakan apa yang sudah Tuhan berikan kepadaku, yaitu akal dan pikiran. Menulis sebuah kisah yang dapat membuat pembaca tertawa, menangis, tersipu-sipu, bahkan kadang kecewa.
Aku menulis untuk meluapkan apa yang ada di hati, tanpa perlu mendengar pendapat orang lain. Mengeluarkan apa yang memang ingin aku ungkapkan, tanpa perlu memperdengarkan suara.
Menulis dan terus menulis tanpa jeda, hingga semua yang mengganjal perlahan menguap, hilang dan pergi. Yang tertinggal hanyalah sebuah kisah, tentang aku, kamu, dan kita.
Menulis adalah salah satu caraku untuk membuang rasa jenuh. Merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat yang makna nya dapat di cerna oleh semua kalangan. Menerima komentar dengan senyuman, apapun itu. Ketika kita mulai menulis, maka bersiaplah menerima ketidakpuasan dari pembaca. Dengan menulis aku menemukan teman yang mempunyai minat yang sama. Saling mendukung dan maju bersama. Bukan teman yang hanya ada di saat senang, juga bukan teman yang bergunjing di belakang kita. Teman yang "fake" itu banyak, lebih banyak dari butiran pasir di pantai, bergerombol bagai tumpukan belatung yang sedang memakan bangkai. Tersenyum ketika berada didepan kita, tapi duduk melingkar memakan bangkai saudaranya sendiri sedikit demi sedikit.
Alasan aku menulis ini adalah untuk menyingkirkan aura-aura negatif yang beterbangan bagaikan lalat, mengerubungi kotoran untuk di santap. Menulis dan diam adalah suatu keselarasan. Duduk diam sambil mengamati sekitar, mencari hal-hal menarik yang dapat di tuangkan menjadi sebuah cerita.
Alasanku menulis di hari ke delapan adalah meredam emosi dan rasa sakit. Menutup semua lubang-lubang yang berpotensi menjadi tempat masuk pengaruh buruk dan suara sumbang. Membuka pintu pertemanan untuk manusia-manusia baik yang di kirim oleh Tuhan untuk kita. Menutup pintu untuk manusia-manusia pecundang yang hanya ingin mengambil keuntungan dan kesenangan diri sendiri. Yakin dan percaya, perlahan-lahan Tuhan akan menjauhkan kita dari manusia-manusia yang mengeluarkan kebohongan untuk menutupi kebenaran.
Sebagai jejak jika aku pernah ada. Tulisanku mungkin hanya sekedar coretan untuk mengisi waktu senggang. Namun aku bangga, setidaknya aku mempunyai sebuah karya yang ketika orang lain membaca akan berkata "aku banget ini ya".
Semua orang bisa mengeluarkan pendapat, ide, dan pikiran. Tapi, tidak semua orang dapat mengungkapnya melalui goresan abjad dan angka. Menulis tentang aku, kamu, dan kita. Menulis membuat segala macam ide muncul kapanpun dan dimanapun. Pikiran menjadi terus terisi dengan hal-hal positif. Tidak perlu mendengarkan para pembenci, tunjukan karya secara nyata. Dengan menulis kita memasukan "roh" sang tokoh kedalam imajinasi, seperti bermain peran dalam sebuah pagelaran, dapat membuat kita menjadi lebih bersemangat dan terus tersenyum. Menulis tentang aku, kamu, dan kita.
Tentang Penulis :
Dian Laila Sari, seorang Ibu dengan tiga orang anak. Kelahiran Jakarta tahun 1977. Dengan nama pena Dania Aradea, tulisan pertama dapat di lihat di Aplikasi menulis online Watpadd dengan judul ; It's a life, Ruang rindu, dan Love. Yang merupakan Cerita Trilogi.
Menulis juga adalah cara kita memvisualkan perasaan. Hehehe
ReplyDeleteThanks Osi
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMenulis bisa menggambar kan perasaan
ReplyDeleteMenulis membantu mengeluarkan uneq2 dituanvkan dgn tulisan yg indah dengan harapan selain tempat penyaluran rasa juga berbagi pengalaman yg bisa bermanfaat dijadikan pelajaran utk orang banhak
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWohooooo dikau emang debest. Yo iki panutanku jee
ReplyDelete