Oleh : Byanca Xara
"Karena Terbiasa"
Sering refleks mencari pulpen dan kertas ketika mendapat informasi yang harus diingat atau hal-hal yang menambah pengetahuan. Jika tak ketemu, menulis di handphone menjadi alternatifnya.
Dulu sempat bertanya-tanya kenapa Bapak/Ibu Guru yang sering menyuruh kami menulis kembali materi mata pelajaran, padahal kami telah memiliki bukunya.
Sebagai tipe orang yang pelupa, saya sangat merasakan manfaat dari "kebiasaan baik" tersebut,
yaitu; menulis dapat meningkatkan kemampuan mengingat, selain itu menulis juga dapat mengasah daya nalar serta melatih ketajaman konsentrasi.
"Menuangkan Ide"
Bagi saya menulis itu semacam wadah untuk menuangkan segala bentuk ide.
Ide sering kali bermunculan di waktu dan situasi yang tak terduga, maka dari itu saya merasa perlu segera menulisnya agar tak terlupakan.
Ide itu sifatnya kait-mengait dan saling tarik-menarik dengan ide yang lainnya.
Ketika sebuah ide sederhana dijabarkan dalam bentuk aksara, maka ide memukau lainya datang bergerombol menyelipkan diri di setiap spasi yang merenggang, seolah memperebutkan tempat terbaik di media tulis.
"Menemukan Teman"
Alasan saya menulis berikutnya adalah, karena saya dapat menemukan teman-teman sefrekuensi yang menginspirasi.
Jatuh hati dengan tulisan-tulisan mereka, gaya bahasa yang khas, rangkaian kata yang mempesona, menulis dengan begitu jujur dan apa adanya, namun kaya akan rasa, pengetahuan dan nilai-nilai kebaikan.
Membuat saya semakin termotivasi untuk mengembangkan diri dengan memperbanyak membaca, terus belajar dan mengevaluasi karya-karya saya.
"Salah Satu Cara Curhat Ternyaman"
Selain berdoa, menulis juga adalah salah satu cara ternyaman untuk aku menuangkan segala rasa. Sedangkan media tulis adalah pendengar terbaik, ia akan dengan setia menyimak semua goresan-goresan aksaraku.
Ia tak akan berkomentar sinis untuk setiap cerita bahagiaku, apa lagi menghakimiku atas kesulitan yang sedang kualami.
"Bebas Berkarya"
Dengan menulis saya bebas menata semua ide yang terlintas di kepala dan juga segala bentuk rasa yang ada di hati.
Menulis kadang membawa saya ke dimensi lain, ia dapat mewujudkan semua harapan yang tak direstui di dunia nyata.
Dapat memperbaiki masa lalu dan juga dapat menata masa depan, saya merasa begitu bebas menentukan akhir cerita.
"Menyampaikan pesan yang enggan untuk disuarakan"
Dengan menulis saya dapat menyampaikan pesan yang ingin diutarakan, tapi enggan untuk disuarakan.
Untuk saat-saat tertentu, diam adalah pilihan terbaik. Agar tak merendahkan diri sendiri dan juga melukai hati orang lain.
Karena menyimpan beban dalam hati tak baik bagi kesehatan tubuh dan kejiwaan, oleh sebab itu saya memilih mengungkapkannya lewat rangkaian kata kiasan yang tak bersuara.
"Berempati"
Karena dengan menulis saya dapat berempati atas kisah sendu orang lain.
Sebelum megisahkannya, saya harus masuk ke ruang imajinasi untuk menggali emosi agar dapat memposisikan diri sebagai orang tersebut.
Memberiku pelajaran bagai mana harus menjadi pribadi yang kuat dan bijak dalam menghadapi situasi yang buruk,
sampai kadang ikut merasakan sesak dan peliknya berada di situasi tersebut.
Oleh sebab itu, saya selalu mengingatkan diri sendiri agar tak perlu mengomentari hidup orang lain, fokus saja membenahi dan meningkatkan kualitas diri.
"Menjadi Seorang Penulis"
Sebagai mana sebuah perjalanan, setiap kita harus memiliki tujuan untuk segala yang menjadi kesukaan/kecintaan kita dan alasan saya menulis berikutnya, karena saya ingin menjadi seorang "penulis".
Dapat berbagi ilmu serta pengalaman hidup untuk pembaca-pembacaku, menemani mereka di waktu senggang, dapat menginspirasi atau setidaknya sedikit menghibur dan menenangkan hati di masa-masa sulit mereka.
"Mengabadikan Karya"
Karena tubuh ini tak kekal, menulis adalah caraku mengabadikan karya-karya yang kupersembahkan untuk para pembaca dan orang-orang yang aku kasihi.
Semoga saja suatu saat nanti jika ragaku telah menyatu dengan tanah, mereka dapat menyisihkan sedikit waktu untuk mengenangku.
"Ungkapan Rasa Syukur"
Mengembangkan dan menggunakan dengan baik talenta yang dikaruniakan, merupakan salah satu aplikasi atas rasa syukur kepada Sang Penulis hidup.
Oleh sebab itu, dengan menulis saya dapat mengungkapkan rasa syukur, atas segala sesuatu yang kuperoleh maupun yang telah diambil dariku.
Kusematkannya dalam diksi-diksi yang terangkai, agar para pembacaku juga dapat merasakan tentang nikmatnya rasa syukur yang menentramkan jiwa.
Kendari, 13 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Byanca Xara lahir pada 17 November 1990 di Kendari. Seorang wanita yang sangat mencintai peranya sebagai seorang karyawati di perusahaan swasta sekaligus sebagai ibu rumah tangga yang memiliki sepasang putra-putri serta suami tercinta yang selalu mendukung karier istrinya. Aktif di organisasi "Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia".
Post a Comment