Oleh: Niken Sarasvati Devi
1. Suatu Bentuk Pengalihan
Kegiatan menulis merupakan bentuk pengalihan emosi dari berbagai situasi yang tengah dihadapi. Entah itu marah, sedih, ragu, bahkan bahagia sekalipun. Karena tidak semua apa yang kita hadapi dapat kita ekspresikan secara gamblang. Tentunya, kita sebagai manusia sebaiknya mampu empan papan, seperti ungkapan Jawa yang berarti mampu menempatkan diri bagaimanapun kondisinya. Sebagai contoh, sebagai seorang ibu yang berkewajiban mengurus anak-anak di rumah sungguh tidak semestinya mengekspresikan suasana hatinya yang risau, jenuh, atau lelah di hadapan anak-anak. Mereka hanya anak kecil yang tidak bisa kita tuntut untuk dapat memahami posisi kita. Nah, salah satu cara pengalihannya, yaitu melalui menulis.
2. Wujud Penghargaan Terhadap Diri Sendiri
Setelah sepanjang hari bahkan sepanjang pekan menunaikan rutinitas, tentunya ada saat kita untuk rehat sejenak. Sebagian orang mungkin menghabiskan waktu rehat untuk melakukan liburan, atau mengunjungi tempat-tempat rekreasi.
Namun, tidak dengan saya. Saya lebih memilih untuk duduk di kursi memegang pensil atau pulpen untuk sekadar melakukan salah satu aktivitas yang saya gemari. Menurut saya, itulah bentuk hadiah untuk diri saya sendiri yang telah melalui hari-hari dengan rutinitas menjaga anak-anak di rumah. Tanpa biaya dan repot pergi ke mana-mana dan yang pasti masih bisa sembari mengawasi buah hati yang tengah lelap bermimpi.
3. Memberi Kesempatan Pada Diri Untuk Menikmati Karakter Yang Berbeda
Tidak hanya dalam aktivitas bermain peran atau drama saja kita dapat merasakan berbagai karakter yang mungkin berbeda dari diri kita yang sesungguhnya.
Ketika melakukan aktivitas menulis pun, khususnya fiksi terkadang kita akan menghadirkan bermacam karakter atau tokoh dalam cerita. Nah, dalam tahap inilah saya merasa mendapat kesempatan menghayati karakter lain yang tentunya berbeda dari saya untuk mendukung proses menulis agar lebih maksimal.
Saya seakan mampu menjelma menjadi berbagai karakter dan itu sangat menantang dan mengasyikkan bukan?
Bonusnya, melalui menulis saya dilatih untuk mampu mengasah kepekaan saya terhadap orang lain.
4. Memberi Kesempatan Pada Diri Untuk Mengembara
Alasan menulis saya yang keempat adalah memberikan kesempatan pada diri saya sendiri agar bisa mengembara meskipun tanpa ke mana-mana.
Membiarkan daya khayal kita mengembara mengitari bumi atau bahkan alam semesta.
Melalui kegiatan menulis, saya mampu berada di berbagai tempat di dunia bahkan antah berantah sekalipun. Mengunjungi tempat yang mungkin belum pernah saya sambangi. Atau menciptakan tempat baru yang belum ada sebelumnya. Tentunya bersama tokoh yang saya munculkan dalam cerita fiksi saya.
Ikut mengantarkan para tokoh menyusuri tempat-tempat yang mereka kunjungi membuat saya seolah berada di tempat dan suasana yang sama bersama para tokoh.
5. Merasa Dimengerti
Pernahkah di antara kita ada yang merasa tidak dimengerti?
Mungkin karena kesibukan orang-orang terdekat kita ketika kita tengah menginginkan ada yang mendengarkan keluhan atau sekadar celotehan remeh kita dan tak kunjung ada sepasang telinga yang bersedia mendengar? Saat itulah aktivitas menulis menjadi pilihannya.
Tak peduli kita akan mengungkapkan hal apa?
Tak peduli kita akan menceritakan sepanjang apa?
Tak peduli kita akan membahas siapa, bagaimana, mengapa, dan seterusnya?
Melalui aktivitas menulis kita bisa melakukan itu semua tanpa harus ada sepasang telinga yang bersedia mendengar. Merasa diterima dalam berbagai rasa. Merasa diterima sepenuh hati. Tanpa basa-basi. Merasa dimengerti.
6. Mensyukuri Karunia Tuhan
Betapa kita harus bersyukur karena telah diciptakan sebagai makhluk sempurna,dikaruniai akal dan pikiran oleh Sang Pencipta.
Ada berbagai cara untuk mewujudkan rasa syukur tersebut, antara lain dengan menggunakan akal dan pikiran kita untuk hal-hal yang positif, bermanfaat bagi diri sendiri bahkan orang banyak.
Salah satu cara saya untuk bersyukur adalah dengan melakukan aktivitas menulis. Membiarkan akal dan pikiran agar selalu digunakan atau bekerja sebagaimana tujuan penciptaannya.
Melalui aktivitas menulis juga dapat mengasah akal dan pikiran, bahkan hati kita. Hal tersebut, menurut saya juga dapat dikatakan wujud dari merawat atau menjaga pemberian Sang Pencipta untuk mensyukurinya.
7. Warisan Anak Cucu
Pernahkah terlintas di pikiran kita mengenai apa yang dapat kita berikan pada anak cucu kita kelak?
Memberikan sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk bercerita pada anak cucu kita nanti.
Menceritakan hal-hal yang dapat kita banggakan dan menginspiasi mereka.
Melalui karya-karya yang kita lahirkan dengan akivitas menulis, menurut saya kita bisa lakukan hal itu.
Suatu hari nanti saya ingin buku-buku karya saya tersusun rapi memenuhi rak buku mereka. Membacanya dengan khidmat dan hormat. Mengeja tiap kata dan kalimat yang tersurat. Berharap tulisan tersebut juga mampu memberikan manfaat dan melahirkan pribadi yang hebat.
8. Keinginan untuk Maju dan Berkembang
Siapakah yang tidak menginginkan maju dan berkembang dalam hidupnya?
Setiap manusia dapat dipastikan menginginkan kemajuan dan perkembangan dalam tiap tahap proses kehidupannya.
Begitupun dengan saya. Karena hal tersebut merupakan bukti bahwa kita telah belajar.
Tanda bahwa kita telah melalui proses belajar adalah yang semula kita tidak tahu atau tidak mampu menjadi tahu dan mampu. Kemudian, yang awalnya tidak baik atau buruk menjadi lebih baik atau bahkan baik.
Begitu juga ketika kita sering atau rutin melakukan aktivitas menulis, dapat dimungkinkan tulisan yang kita ciptakan semakin baik, maju, dan berkembang.
Maka dari itu, saya berusaha rutin menulis.
9. Cita-cita
Setiap manusia sangat berhak untuk memiliki cita-cita bagaimanapun keadaannya.
"Bercita-citalah setinggi langit maka jika kau terjatuh kau akan terjatuh di antara bintang-bintang", itulah kutipan yang saya petik dari presiden pertama kita, Ir. Soekarno.
Bukankah benar dengan adanya cita-citalah proses yang kita jalani menjadi lebih terarah, fokus, bertujuan?
Menjadi guru dan penulis yang menginspirasi merupakan cita-cita saya. Dengan demikian, proses yang saya jalani pun tidak jauh-jauh dengan tulis-menulis.
Mengenyam pendidikan tinggi pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, belajar mengenai dunia pendidikan dan bahasa yang di dalamnya tentu saja terdapat ilmu tentang kepenulisan.
10. Wujud Terima Kasih
Aktivitas menulis, menurut saya merupakan salah satu alasan saya untuk mewujudkan rasa terima kasih saya pada orang-orang terkasih.
Pada orang tua yang telah memberikan kesempatan saya untuk menikmati bangku pendidikan. Pada guru-guru yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat tanpa rasa jemu. Pada suami yang telah memberikan izin atau restu dan dukungannya. Dan pada anak-anak yang telah menginspirasi dan menjadi penyemangat. Tanpa mereka saya tidak bisa mengenal aksara yang kemudian jatuh hati padanya sehingga ingin selalu berkarya.
Memanfaatkan ilmu yang diberikan, menjaga izin yang dipercayakan, dan membalas semangat yang didengungkan melalui tulisan yang diciptakan.
Ungaran, 27 Juli-5 Agustus 2020
BIODATA
Niken Sarasvati Devi. Lahir di Purbalingga, 13 Juni 1989. Tinggal di Ungaran, Kab. Semarang. Pernah belajar di FKIP UNS Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menyukai kegiatan menulis. Cita-cita ingin menjadi guru yang dirindukan dan penulis yang inspiratif. Dapat temui saya di FB: Niken Sarasvati Devi, instagram: nikendevi136, email:nikensarasvatidevi57@gmail.com atau nikendevi136@gmail.com.
Lyke banget
ReplyDeleteSuwun ita...
ReplyDelete