Aku Ingin Abadi Bersama Tulisan Sederhanaku


Oleh : Nenih Maxy

Sebagai manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan, kuharap dengan menulis bisa sedikit memberi manfaat untuk orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni)

Hari ini, kita hidup di era serba digital. Telepon genggam menjadi kebutuhan, dan media sosial layaknya hiburan yang dibutuhkan banyak orang. Namun dalam bermedia sosial, ada hal-hal yang harus tetap diperhatikan. Norma kehidupan. Harus tahu batasan, sebab apapun yang kita unggah, baik photo, tulisan atau video akan ada pertanggung jawabannya kelak.

Eitttssss mohon maaf, jika teman-teman ada waktu dan berkunjung ke akun instagram milikku jangan berharap menemukan photo selfie/group bersama teman atau keluarga, karena kalian takkan menemukannya.

Akun sosial media khususnya instagram milikku memang hanya untuk berbagi tulisan, yang diambil dari pengalaman pribadi dan orang sekitar, intisari kajian atau review buku yang berhasil kubaca hingga tuntas. Tujuannya tak lain, agar ada manfaat yang bisa diambil saat orang lain stalking akun instagramku.

Dear diary... hahaha jangan nyanyi!
Iya, dulu tempat menulisku adalah lembar demi lembar buku mungil bersampul manis dengan gambar warna warni menggemaskan. Buku diary. Tak bosan kumengisi tiap lembarnya dengan berbagai cerita.

Entah tentang persahabatan, cinta ala remaja, guru/teman yang menyebalkan, saat dimarahi bapak dan ibu bahkan saat bertengkar dengan kakak dan adik. Semua tertulis lengkap dengan jam, hari, tanggal hingga tahunnya. Ketika kubaca kembali hari ini, seolah kukembali ke masa itu. Ah sungguh, kenangan yang ditulis memang jauh lebih mengena di hati.

Tanpa sadar, kebiasaan itu terbawa hingga hari ini. Bedanya bukan hanya menulis dalam buku catatan harian, melainkan beralih ke platform sosial media khususnya instagram. Pun yang kutulis, tak lagi sekadar cerita receh sehari-hari belaka, namun cerita yang mudah-mudahan ada manfaat yang bisa diambil oleh pembacanya.

Omong-omong soal menulis, kamu tahu Strategi Coping gak???

Strategi Coping merupakan serangkaian usaha yang dilakukan seseorang untuk mengendalikan, menoleransi, atau mengurangi situasi yang memicu stres. Dua jenis strategi coping. Pertama, coping secara aktif yaitu menyelesaikan masalah yang muncul. Kedua, coping yang terfokus pada pengurangan dampak emosional yang muncul akibat situasi pemicu stres.

Menulis ekspresif adalah kegiatan menuliskan semua pemikiran dan perasaan paling mendalam yang muncul setelah mengalami stres. Menulis ekspresif ini salah satu bagian dari pengurangan dampak emosional pemicu stress.

Menulis ekspresif dipercaya dapat meringankan berbagai gejala gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental. Contohnya: mengurangi gejala depresi, mengurangi gejala penyakit yang muncul setelah patah hati, membantu penyesuaian kembali setelah patah hati bahkan bisa menjaga kestabilan hubungan serta mendapatkan pekerjaan baru (sumber: pijarpsikologi.org) Nah, cara kedua inilah yang kupilih. Menulis ekspresif. Agar aku bisa menghilangkan dampak negatif dari emosi yang tengah menguasai diriku.

Hei, manusia mana yang gak pernah lupa? Tentu semua manusia pernah lupa, parahnya ada juga yang pelupa akut sampe ke ubun-ubun. Salah satunya aku!

Menyadari diriku seorang pelupa, maka saat ada yang menyampaikan nasihat baik tak lupa kutulis ulang dalam akun sosial media dengan gaya menulisku. Gunanya, manakala aku khilaf dan hampir jatuh pada kesalahan yang sama atau ketika semangatku mulai mengendor, nasihat itu bisa kubaca kembali.

Selain itu dengan menuliskannya di sosial media, mudah-mudahan bermanfaat juga untuk orang lain. Lagi, menulis adalah cara terbaik dalam hal penyimpanan, entah kenangan, nasihat pun luka dari dia yang datang tapi sekadar mampir #eh

Sering sekali saat ingin bercerita pada manusia lain, aku slalu dihantui rasa takut (bully & judging) di saat seperti ini pena dan kertas hadir sebagai teman terbaik yang menyenangkan. Di atas kertas, apa yang kurasa dapat kutumpahkan semuanya. Suka atau tidak dengan seseorang, bebas saja kuungkapkan tanpa takut menyakiti hatinya.

Pena dan kertas memang tidak bisa memberi solusi saat kuceritakan semua permasalahan pelik hidupku, tapi setidaknya mereka bisa membuatku bernafas tanpa sesak. Mereka juga tak bisa menimpali keseruanku berceloteh, tapi kepalaku yang semula riuh jadi lebih tenang dan dapat meredam emosi yang bergejolak.

Yas, menulis itu menyehatkan. Namun untuk di unggah ke sosial media, tentu sudah kupilih yang (mudah-mudahan) bermanfaat untuk orang lain. Memang benar, tak ada hal baik yang sia-sia dalam hidup ini. Begitu juga dengan menulis. Lewat menulis, aku punya lebih banyak teman, baik di dunia nyata ataupun di dunia maya.

Selain bertambahnya teman lintas usia, lintas agama bahkan lintas pulau. Ada banyak kebaikan yang kudapatkan dari menulis, salah satunya bisa dapat beberapa buku secara gratis lewat give away atau lomba yang diadakan akun sosial media kepenulisan. Memilih menulis di sosial media, mau tidak mau aku harus jadi pribadi yang punya kebiasaan membaca buku atau artikel jenis apapun . Jika tidak, yaaa mana bisa aku menulis.

Hidup akan terus berproses dan berprogres, dengan lebih banyak membaca aku (bisa) mengetahui banyak hal. Meski buku yang kubaca saat ini belum banyak, setidaknya ada 1 atau 2 buku yang kubaca untuk memenuhi kebutuhan jiwa yang slalu butuh ilmu dan informasi baru.

"Setiap yang bernyawa pasti kan mati"

Setiap yang mati akan terlupakan. Mungkin sesekali kan terkenang saat bersama, selebihnya terlupakan sebab sibuknya jalani rutinitas. Meninggalkan jejak digital (red tulisan)menjadi pilihanku, karena datangnya Izrail tak pernah kutahu kapan waktunya. Semoga aku tak terlupakan begitu saja, lewat tulisan kuingin tetap hidup dalam ingatan mereka, baik yang mengenalku secara nyata ataupun maya. Aku ingin tetap bermanfaat untuk orang lain, bahkan saat tubuhku telah menyatu dengan tanah.

Bagiku, selama masih ada umur, manusia tak boleh pernah berhenti bermimpi. Impian menuntut diri untuk diperjuangkan hingga menjadi nyata. Kutuliskan apa yang menjadi impianku, sebab menulis sama dengan mengulang doa, berharap mampu menembus Arsy nya Allah. Rabb yang Maha Baik.

Tak lupa, kutuliskan setiap ikhtiar yang kulakukan. Esok atau lusa, ketika kuberhasil meraih mimpi, seulas senyum haru tersungging dari bibirku. Menikmati tiap baris kalimat yang kutulis, lalu bersyukur atas kekuatan yang Allah berikan hingga kumampu berada di titik yang kuinginkan. Namun jika tak kudapati impianku, tulisanlah yang kan mengingatkanku di bagian mana harus kuperbaiki jalan hidupku. Langkah apa yang harus kutempuh tuk sampai di titik yang kuimpikan.

Bahagia menurutmu seperti apa?
Ini adalah pertanyaan sulit, sebab siapapun kita pasti memiliki bahagia versi masing-masing. Membaca dan menulis tanpa gangguan adalah bahagia yang tak sederhana dalam versiku. Dan kenyataannya, bahagia itu memang gak sesederhana yang digembar-gemborkan orang kebanyakan. Sebab untuk bisa bahagia, mesti ada upaya yang dilakukan.

Bahagia itu kan di hati!
Thats rigth Bebs....

Bahagia memang di hati, namun untuk bisa merasakan bahagia dibutuhkan upaya. Misal, seseorang merasa bahagia meski hanya dengan sebiji permen, tetap ada upaya yang ia lakukan. Ia harus keluarkan uang, tenaga bahkan waktu untuk bisa dapatkan sebiji permen bukan?

Jadi, meski harus keluarkan uang, waktu dan menjauh sesaat dari orang lain demi dapat membaca dan menulis, tak apa. Aku bahagia dan isi kepalaku tetap waras hahaha


Tentang Penulis:

@nenihmaxy_ adalah nama dari akun instagramku. Di sana aku membiasakan diri untuk menulis. Menulis apa saja, random story. Jangan lupa, follow akun aku yah @nenihmaxy_. Kita cerita banyak hal melalui gambar dan aksara.  
Share:

3 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis