Aku dan Apa yang Membuatku Menulis


Banyak yang bertanya kepadaku, "Mengapa kamu menulis?"

Jawabku, "Aku tak tahu."

Aku hanya menyukai nya. Sensasi ketika jemariku menari menggoreskan pena, sama seperti seorang Penari Balet yang menari didepan cermin besar.

Pikiranku berkelana jauh, selayaknya seorang backpacker terus mengelilingi dunia.sempatkan aku melihat kejadian yang tak sesuai dengan realita.
Merasakan perasaan yang tiada biasa aku rasa.

Karena saat menulis, saat itu pula aku menjadi orang yang paling bebas melebihi siapapun di dunia!

Tidak ada yang bisa menghentikanku dari apa yang akan aku tulis. 

Menjadi bebas dan melampaui apa yang aku bisa, adalah alasan pertamaku.

...

Katanya, hanya pembual handal yang suka menulis.
Menuliskan berbagai macam fiksi palsu hanya untuk kesenangan belaka.

Seseorang yang pastilah tidak cakap dalam dunia nyata, lalu mencari pelarian dalam tulisan tulisan tak bermakna.

Ah ya, aku paham. Menulis menjadikan aku seorang pembual handal.

Tapi jangan hakimi aku!

Sebab di duniaku, segala apa yang aku tulis bukan menjadi urusanmu.

...

Pernah aku duduk di pelataran rumah ku, merenung dan tentu saja berkhayal. 

Didalam khayalanku : "Ada satu perasaan yang sungguhlah dinantikan. Oleh yang muda, yang tua, atau bahkan jika memungkinkan yang sudah tidak bernyawa.

Yang mengantarkan insan pada keabadian dan kebahagiaan, atau mungkin kebencian dan kesedihan.
Yang muda mudi kerap jadikan alasan sebagai tanda sebuah kepemilikan."

Itu cinta.

Entah yang nyata atau palsu, nyatanya menyecap sedikit rasa cinta bisa membuatku merasa seperti seorang pujangga.

Adanya cinta, (sekali lagi kukatakan entah yang asli ataupun palsu) membuat aku terus menulis.

...

Apa yang pertama kalian pikirkan ketika seseorang menyebut kata 'teman'?

Ada yang langsung menghitung, berapa yang mereka miliki.
Juga yang terdiam murung karena tidak tahu apa arti sesungguhnya dari seorang teman.

Kalau kalian tanyakan, apa arti 'teman' dalam kamus ku, dengan senang hati aku akan menjawab,

"Mereka adalah alasanku untuk tetap menulis sampai saat ini."

Ketika seseorang menyinggung kata teman, langsung terpikirkan olehku momen bahagia yang mereka berikan.

Melihat mereka ada dan hadir di dunia ku, membuatku terpikir untuk terus menulis dan melakukan apa yang ingin Aku lakukan.

Dan melihat mereka mendukungku,
Aku tidak punya alasan lain untuk tidak melakukannya.

...

Manusia kerap kali mendiagnosa dirinya sendiri sebagai orang yang 'bersedih'.

Okay, Aku pun termasuk, karena tak memungkiri Aku memiliki berbagai macam genetik yang menunjukkan bahwa Aku adalah seorang manusia.

Tapi, apa yang bisa manusia lakukan ketika mereka sedang bersedih?
Menangis? Marah? Curhat?

Beberapa orang mungkin kebingungan, tapi tak perlu repot repot bertanya padaku. Aku memiliki satu buah pena untuk menari dan selembar kertas sebagai lantai dansa.

Saat Aku sedih?

Aku akan menari dengan bilah pena yang kumiliki. Menghasilkan ragam kata yang tersusun menjadi kalimat padu untuk kubaca di hari kemudian.

Bahwa kesedihan, menjadi salah satu alasanku menulis di masa lampau.

... 

Hal yang sama juga berlaku pada kebahagiaan.

Apa definisi bahagia?
Hmm, jika kalian hendak menanyakan hal itu padaku, sia sia. Sebab Aku juga tidak tahu, apa itu kebahagiaan.

Apa saat bertemu kekasih?
Saat makan?
Aku tidak tahu.

Tapi Aku sedang dalam perjalanan untuk mencari tahu. Semua manusia melakukan itu. Menjalani hari, beraktifitas, dan sesuatu yang membuatku tersenyum, akan Aku ukir diatas buku keramat milikku.

Itu semacam alat kuno untuk mencari tau sesuatu.

Agar kelak di masa depan, Aku tidak perlu mencari tahu apa definisi bahagia.

Aku merasakannya.

...

Ada begitu banyak peristiwa dalam hidupku yang terlalu berharga untuk aku simpan seorang diri.

Saat pertama kali Aku masuk Tk, saat keluarga pergi berlibur, saat kawan-kawanku datang dan menginap, saat kekasihku menyatakan cinta, atau bahkan saat Aku menjadi amukan guru disekolah.

Semuanya terlalu berharga untuk ku simpan sendiri.

Memikirkan kemungkinan buruk Aku akan menderita Alzheimer di kehidupanku kelak, Aku harus mencari cara, bagaimana agar momen penting akan terus ada.
Tentu saja, berbagi. Dalam tulisan, karena sifatnya yang abadi.

Kenapa Aku tetap menulis, bahkan hingga hari ini,

Aku sedang menciptakan memorandum abadi.

...

Terlalu banyak alasan menjadikanku merasa seperti seorang pecundang.

Mencari berbagai macam topik untuk ku tulis, untuk menyelesaikan tantangan. Aku membaca ulang apa yang Aku tuliskan dalam 7 hari kebelakang.
Dan Aku sadar, ada satu yang aku dapatkan.

Pembelajaran.

Dari apa yang aku tulis, ada banyak kekurangan, keegoisan, dan menunjukan besarnya ambisi. Buat Aku tersadar, ada begitu banyak hal yang perlu Aku perbaiki.

Dan, meskipun begitu, kesadaranku tidak akan menghentikan ku untuk tetap menulis.

Malah, Aku akan tetap menulis, lagi lagi dan lagi.
Karena, nanti, akan kubaca tulisan tersebut untuk memperbaiki apa yang harus Aku benahi.

...

Selanjutnya, ada satu manusia yang menetap dipikiranku tanpa susah payah membayar biaya kontrak.

Kamu.

Yang selalu mensabotase pikiranku.

Ya, Aku tahu. Perasaan ini adalah milikku, hatiku milikku, dan sudah semestinya semua yang ada dalam kepalaku (termasuk otak dan bola mataku) adalah milikku.

Tapi, ada satu yang tidak bisa kutolak kehadirannya dalam benak.
Kamu.

Yang setiap pagi kuharapkan senyumnya, yang tiap malam ku damba-kan peluk nya, yang setiap 24 jam dalam 7 hari kunantikan kehadiran nya.

Aku tak merujuk pada satu orang, mengingat manusia adalah mahluk yang labil. Pokoknya Kamu yang selalu spesial dalam hidupku.

Ya, siapapun Kamu (semoga saja sih kekasihku), terimakasih.

Sudah menjadi alasanku yang ke sembilan.

...

Sudah sampai pada alasan yang ke-10.

Dan Aku buntu. 

Aku tidak tahu lagi apa yang menjadi alasanku untuk tetap menulis.

Kebebasan
Pembual
Cinta
Teman
Kesedihan
Kebahagiaan
Momerandum
Pelajaran
Kamu

lalu, 
Aku tak tahu.

Hanya saja, Aku menulis ketika Aku merasakan sesuatu. Memikirkan sesuatu, dan Aku tetap tidak tahu.

Apa yang menjadikanku terus menulis.

Aku melakukan nya, karena itu diriku. Memuntahkan segala perasaan kedalam tulisan. Menghidupkan mimpi yang terlihat mustahil kedalam kenyataan.
Itu.

Ah, ya, Aku tahu.

Aku menulis, karena menulis menjadikan diriku adalah Aku.

Perkenalkan, namaku Poetri, dan aku adalah alasan terbesar bagi diriku untuk terus menulis.

...

Tentang Penulis : 

Poetri Ayu namun akrab disapa Poetri dan benci dipanggil Putri (terlalu pasaran katanya). Lahir dan besar di kota berlambangkan udang. Saat ini sudah resmi menjadi mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi swasta di Bekasi.
Sapa Poetri melalui : 
Instagram : @poetri_aayu
Wattpad : @poetri_aayu


Share:

1 comment :

  1. baguss bgttt! semangat terus untuk mencurahkan apapun dalam tulisanmu, intinya semangattt!

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis