Aku Bukan Finisher, Baiklah!

Oleh: Arnida Santi Kusumo



Bermula saat masih kuliah, ketika begitu banyak dunia di luar sana dengan segala kerumitan pergaulan, pencarian jati diri, dan tak banyak teman.
Mencari dalam lembar-lembar majalah remaja, belum ada dunia maya kala itu. Asyik saja membaca kisah manusia dalam balutan kata. Imaginasi yang terbaca.
Akibatnya, lahir beberapa cerita pendek dan sekumpulan puisi-puisi receh. Di ketik pada lembaran kertas HVS menggunakan mesin tik manual alias jadul.
Kemudian tak terdengar kabarnya. Menghilang ditelan alasan kesibukan yang super klise itu.
Tiga puluh tahun sesudahnya. Manakala sibuk bukan menjadi peran utama, ku mulai menata kata lagi.
-----

Tak mengapa sepertinya terlambat. Tapi alhamdulillah. Rasa syukur adalah rasa di atas semua rasa yang tertera di dada.
Karena Allah mempertemukanku dengan sebuah dunia kecil melalui Instagram, dunia menulis.
Dengan segala pernak pernik kepenulisan dan sekaligus ujian-ujiannya. Lengkap.
Tahun 2019 lalu, ada empat buku antologi yang terbit. Sebagai tanda kembalinya semangat menulis itu. Tak banyak dan tak yakin juga apakah ia layak atau berdaya jual. Ah, itu nanti saja.
Setelah seremoni perayaan buku-buku antologi itu, tahun ini, aku ternyata berhenti total dari menulis. Stag. Freeze. Beku.
Ya Allah, semoga tidak lama, aamiin.

-----
Setelah "episode come back" dan "setelah 30 tahun itu", aku masih mempunyai satu alasan yang sama. Tentu saja, ingin menjadi manfaat, paling tidak bagi diriku sendiri.
Aku ingin semua tulisanku menjadi 'sesuatu' yang mendatangkan kebaikan, kebermanfaatan bagi semua yang berhubungan dengannya (aamiin)
Bahwa menulis harus disertai sebuah niat. Karena ia akan aku jadikan sebagai salah satu alat atau jalanku untuk beribadah.
Berat? Iya. Aku sudah tidak main-main lagi dengan tulisan. Curahan hati melow galau sekalipun harus terbungkus  menjadi sebuah hikmah atau pembelajaran, tak bisa tidak.
Mohon doanya, teman!

-----
Pada seusiaku, menulis tetap merupakan bentuk dari luapan-luapan emosi jiwa. Sama saja dengan mereka yang masih muda. 
Hanya saja saat ini, aku lebih belajar untuk menatanya, merangkainya, sehingga (semoga) "pesan"ku tersampaikan dengan baik.
Bahwa ketika berbagi pada sesama adalah niat untuk memberi yang terbaik. Jadi, tak bisa asal menulis. Apalagi semua akan dipertanggungjawabkan kelak nanti.
Tak selalu mudah saat kita tahu misi apa yang akan kita bawa, terlebih pada tulisan-tulisan kita. Bisakah ia mengalirkan barisan pahala bagi kita?
Bantu hamba ya Allah, aamiin.

-----
Menulis tidak semata tentang merubah dunia. Tidak hanya tentang memberi inspirasi pada orang lain. Juga bukan soal menasihati para pembaca.
Menulis adalah tentang mengingatkan diri sendiri. Untuk lebih banyak belajar, lebih peka pada keberadaan diri. Dan memberi hikmah pada hati dan pikiran kita sendiri.
Kalau pun ada yang tersentuh atau mendapat sesuatu yang baik dari tulisan kita, itu semata hanya karena izin-Nya jua. 
Bukan karena pandainya kita merangkai kata, bukan pula karena kerennya ide kita. Bukan.
Ingatkan selalu itu padaku, teman!

-----
Coba bayangkan jika ada sebuah bukumu, hasil tulisanmu, yang tepajang indah di toko buku terkenal itu.
Wow! Siapapun pasti merasa gimana gitu. Tak terkecuali aku juga, mungkin. 
Barangkali, secara materi, tak seberapa, tapi secara immateri pasti ada rasa bahagia tersendiri.
Satu sisi alasan menulis, bisa jadi semacam itu.
Mudah-mudahan hamba-Mu ini terjaga dari sifat riya dan ujub, aamiin.

-----
Perjalanan setiap penulis tak semuanya sama. Ada yang memang "berbakat" sejak kecil. Entah orang tuanya suka menulis atau tidak. Ia akan menulis dengan mudah.
Ada yang menulis setelah ia belajar dan mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh. Bukan karena bakat alamiahnya, tapi karena kesenangannya pada dunia menulis.
Salah satunya aku. Aku memulai menulis ketika usiaku sudah tak muda. Tentu saja menyenangkan, hanya saja kerja kerasku belum maksimal.
Pelatihan terkini yang aku ikuti adalah menulis artikel minimal 700 kata. Setiap seminggu untuk tiga buah artikel. Selama 4 minggu. Gubraks.
Artikel adalah jenis tulisan yang biasanya dilakukan riset sebelum menulis. Sekian.

-----
Betul. Aku masih menulis dengan kata-kata yang tak banyak. Aku masih miskin kata. Petuah penulis katanya aku kurang membaca. Betul.
Seperti kebanyakan manusia milenial, yang termanjakan dengan kehidupan dunia mayanya melalui dawai.
Nyaris segalanya berada di sana. Dalam sebuah genggaman satu tangan saja. 
Yang dengannya, hidup terasa cukup berdua bersamanya saja. Kamu sudah bisa melakulan hal-hal menyenangkan dalam hidupmu.
Tapi, ia pun dapat menenggelamkanmu jauh ke dalam samudra gelap tak bertepi. Membuatku "tak membaca" banyak. Aku jadi miskin kata-kata.
Menulis dengan pengulangan kata yang sama, itu-itu saja, dengan ide yang itu-itu saja pula.
Kemana saja aku ya?

-----
Sembilan hari menulis maksimal 100 kata di Instagram dengan tema  "alasanku aku menulis".
Tapi sepertinya aku tidak pernah menyebut satu buah alasan yang jelas. Semuanya kira-kira saja. Malah mungkin hanya berisi cerita sana sini, ngalor ngidul gak jelas.
Begitulah yang terjadi. Ketika tulisan menjadi hanya milik pribadi. Bebas bebas saja asal tidak mengandung sara, cukup.
Tidak bisa. Tidak bisa seperti itu. Tulisan adalah nasihat, bukan asal curhat.
Sebentar, ini adalah semata-mata pengingat bagi diriku sendiri. Manusia yang masih lalai dan seenaknya nulis menulis. 
Padahal, ada sepasang mata di dunia maya yang membaca dan meresapinya. Hati-hati!

-----
Aku akan merindukannya, tentu. Karena aku hanyalah ulat pancing yang teronggok di dalam senyapnya tanah.
Ketika mentari terbit di ufuk sana, maka kata-kata seperti berhamburan keluar dari sudut jemari gemuk ini.
Hihihi, tawa kecil dan garing memecah kebiruan langit pagi ini (apa sih) Selalu. Selamat berjuang aku! Menuntaskan apa yang lama tersimpan itu. 
Walau bagai mengumpulkan remahan kukis dan tebaran debu, tak mengapa. Karena hidup akan terus meniti jalannya sendiri.
Tetap kibarkan  semangat itu teman-teman. Dan terima kasih sudah mementingkan me-like gambar dan mungkin caption-ku yang tak seberapa ini. Terima kasih.
Jelas, aku akan merindukan ini!
-----

Tentang Penulis:
Arnida Santi Kusumo
Ibu rumah tangga dengan lima anak. Mulai menulis di usia 50 tahun. Sambil belajar, ia telah melahirkan tiga buah buku antologi selama setahun kemudian. Ingin meninggalkan jejak hikmah melalui tulisan-tulisannya. Terutama tentang hidup dan kehidupan. Silakan kunjungi akun Instagramnya @arnidasanti dan @langitpagihari juga blog kecilnya, ceritaibuksanti.blogspot.com.

Share:

2 comments :

  1. Tulisannya menarik bu 😊🍀 dan perjuangan ibu juga luar biasa dengan semangat yang tetap menggebu! 😊🍀 patut dicontoh 😊🍀

    Salam dari anak bawang 🤭🤭🤭

    #MengingatiNiatMenulis

    http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/mengingati-niat-menulis.html?m=1

    ReplyDelete
  2. Bunda Sensei, maafkan kenekatan saya 🙏

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis