Secercah Harapan Dalam Aksara

Oleh : Reihana Ardin



Berbicara tentang menulis. Sejujurnya, dulu aku tidak begitu menyukai menulis. Aku lebih suka membaca buku fiksi dan mendengarkan sebuah lagu. Sama sekali tidak pernah terpikir untuk menjelajahi dunia kepenulisan.


Tapi ternyata, salah satu hal yang paling aku sukai dan selalu aku lakukan mampu menuntunku untuk menjelajahi setiap sudut dunia kepenulisan.


Berkhayal. Satu hal yang aku sukai dan tidak pernah hilang bahkan sampai usia ku kini menginjak 17 tahun. 


Bagiku, berkhayal membuat diriku terasa bebas. Bebas berjalan kemanapun. Bebas menggapai apapun. Dan bebas memilih alur ceritaku sendiri.


Hal kedua yang membuatku jatuh hati pada menulis ialah karena rasa sakit yang aku terima. Rasa sakit yang teramat dalam, namun tak cukup membuatku bicara.


Aku sudah biasa dengan cacian, makian, dan semacamnya. Namun apa daya? Mulutku tetap saja memilih diam. Rasa sakit ini benar-benar merubah hidupku.


Malam yang awalnya sepi mulai ramai dengan isakan yang keluar dari bibirku. Malam dan bulan pun menjadi saksi bisu tiap tetes air mataku yang jatuh. Menjadi kawan saat aku ingin menghilang saja. 


Dan dari sinilah aku mulai menulis. Mengukir setiap rasa sakit dengan goresan tinta. Mengabadikannya dalam sebuah diary kecil yang kini sudah tampak usang. Seiring berjalannya waktu, akupun mulai menikmatinya.


Alasanku selanjutnya ialah aku seorang introver. Sedari dulu aku sangat susah mengutarakan isi kepalaku pada sekitar. Lebih memilih diam dan mendengarkan. Menjawab seperlunya bila ditanya.


Dari situ aku mulai berpikir, aku bisa apa? Apa yang bisa dilakukan anak introver sepertiku? Berdiri ditengah keramaian saja sudah membuatku tak nyaman, apalagi bicara.


Aku kembali bergelut dengan diaryku. Tak lama aku tersadar akan sesuatu. Menulis tak mengharuskan berinteraksi dengan banyak orang. Mulailah terbesit dibenakku sebuah pertanyaan.


'Apa aku bisa menciptakan karya yang dikenang hanya dalam goresan tinta?'


Alasanku berikutnya ialah menulis itu menyenangkan. Kita dapat berlarian sesuka hati menjelajahi dunia fiksi dan menguasai alurnya. Tak perlu takut terjatuh dalam kegelapan yang menghimpit.


Menulis dan berkhayal ialah satu kesatuan yang begitu menyenangkan. Membuat hati yang semula menangis kembali tersenyum penuh harapan. Harapan akan hari yang lebih baik.


Katakan saja aku gadis halu yang jatuh hati pada dunia semu. Aku tak peduli. Untuk apa aku malu mengakui bahwa aku senang berhalu? Bukankah setiap orang menyampaikan harapan dengan caranya sendiri? 


Yang terpenting, aku masih ingat tuk kembali. Kembali pada dunia yang penuh luka.


Menulis bisa membuat diriku beralih sejenak dari luka yang tak pernah kering. Mengajakku mengukir harapan serta hari-hari indah yang mungkin saja bukan sekadar fatamorgana.


Dengan menulis, diriku sedikit lebih tenang dan bangkit dengan harapan. Meski aku tahu tak semua harapan yang aku genggam akan menjadi kenyataan.


Dengan menulis juga mengajarkanku banyak hal. Misalnya, mengajarkan arti perjuangan yang sesungguhnya. Tetap melangkah meski harus terjatuh berulang kali.


Terus bangkit walau diri telah remuk diterjang ribuan tombak. Tetap yakin akan ada balasan di setiap tetesan keringat yang kita korbankan.


Dari menulis aku juga mulai bisa menahan kekesalan dan lebih bersabar. Seringkali saat sedang menulis, ide cerita seolah-olah terhenti begitu saja. Sangat menyebalkan. 


Mulanya, aku sangat membenci saat-saat dimana imajinasi hilang bak debu yang tertiup angin. Aku sempat ingin berhenti menulis saking kesalnya.


Tapi, seiring waktu berjalan aku mulai terbiasa. Walau beberapa kali masih saja dilanda kesal, tapi setidaknya niat menulisku tidak hilang. 


Kuncinya memanglah kesabaran. Ide terhenti dan naskah ditolak penerbit itu adalah ujian setiap penulis. Tidak ada penulis hebat yang lahir dengan instan. Semuanya butuh proses. Dan kuncinya adalah kesabaran dan pantang menyerah.


Alasanku menulis baru-baru ini adalah karena boyband korea kesukaanku. Bangtan Sonyeondan atau BTS. Alasan yang unik, bukan? Tapi memang itu faktanya.


Seringkali aku berpikir untuk menyerah dan menghilang. Tapi, lagu-lagu mereka membuatku menyadari pentingnya mencintai diri sendiri. Bagiku, Bangtan adalah 7 orang laki-laki yang sudah menyelamatkan ribuan orang hanya karena lagunya.


Ada sebuah penggalan lirik mereka yang sangat aku sukai.

"Gwaenchanha ja hana dul set hamyeon ijeo

Seulpeun gieok modu jiwo

Seoro soneul japgo useo

Geuraedo joheun nari apeuro manhgireul

Nae mareul mitneundamyeon hana dul set

Mitneundamyeon hana dul set

Hamyeon modeun geosi bakkwigil

Deo joheun nareul wihae

Uriga hamkkeigie."


Yang memiliki arti,

"Tak apa, sekarang hitung satu dua tiga dan lupakan

Lupakan semua kenangan sedih, genggam tanganku dan tertawalah

Berharaplah akan ada hari yang lebih baik

Jika kau percaya apa yang ku katakan, satu dua tiga

Saat aku berkata satu dua tiga

Kuharap semuanya berubah

Menjadi lebih baik

Kita bersama."


Sebuah penggalan lirik dari lagu mereka yang berjudul "2!3!" mampu membuat ribuan ARMY ataupun setiap orang yang mendengarnya yakin akan ada hari yang lebih baik yang sedang menunggu kehadiran kita.


Karena itu, aku ingin menulis sebuah buku tentang mereka. Tentang perjuangan mereka dari titik terendah hingga dapat membuat sebuah karya yang sangat memotivasi.


Alasanku selanjutnya ialah karena aku ingin berbagai kisah. Aku ingin memotivasi orang lain dengan karya yang aku buat. Atau menceritakan pengalamanku sendiri yang mungkin akan bermanfaat untuk orang lain.

Dan menulis adalah pilihan tepatku saat ini.


Alasan terakhirku mengapa aku lebih memilih menulis daripada yang lain ialah karena menulis telah menjadi impianku.


Beberapa penulis favoritku seperti Luluk Hf, Tereliye, Boy Candra, dan penulis hebat lainnya. Aku ingin seperti mereka. Dan aku tidak akan melepaskan impianku yang ini. Aku akan terus menggenggamnya sampai aku dapat membawanya ke bintang bahkan lebih tinggi.


Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan pada kalian yang membaca ini. 


Seberapa dalam luka yang kalian terima, jangan sampai membuat kalian melepas semua mimpi dan lebih memilih untuk berakhir.


Seberapa sayangnya kalian terhadap orang lain, jangan lupakan bahwa kalian juga perlu belajar mencintai diri sendiri.


Seberapa takutnya kalian, beranikan untuk berkata "tidak" jika itu berlawanan dengan keinginan hati.


Jadi, genggamlah impianmu seerat mungkin. Jangan pernah lepaskan hanya untuk mewujudkan mimpi orang lain. Ini adalah duniamu dan masa depanmu.


Melepaskan mimpi hanya untuk membahagiakan orang lain itu memang tidak salah. Tapi, akankah membuatmu bahagia tanpa penyesalan? Selagi bisa mewujudkannya, mengapa harus dilepaskan?


Sukoharjo, 9 Agustus 2020




BIODATA PENULIS


Reihana Ardine Chatabell, seorang gadis berusia 17 tahun asal Solo yang telah memulai menulis sejak duduk dibangku kelas 3 SMP. Bermimpi menjadi seorang penulis hebat yang karyanya akan dikenang banyak orang. Follow ig @rchana_ra. Terimakasih ^_^

Share:

6 comments :

  1. Terus berkarya,..jadikan keburukan dlm hidup itu cambuk kamu utk terus maju utk mencapai yg terbaik.
    Jgn pernah menyimpan dendam, karena dendam hanya membawa kehancuran.
    Semangat terus ponakan tanteπŸ˜ƒ

    ReplyDelete
  2. Selalu komitment dan selalu mengembangkan bakatbmenulisnya.. selalu banyak ide kreatif lainnya ya dalam menulis.. good job.

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis