Ruang Di Balik Aksara

Oleh: Nuril Aulia Naiza Ulfa

Setiap orang memiliki alasan tersendiri, kenapa ia melabuhkan pilihannya pada tulisan. Bagiku, menulis adalah rumah untuk semua bentuk rasa dalam hidup. Dimana aku bisa menumpahkan segalanya dalam bentuk tulisan.

Karena menulis adalah rumah, maka di dalamnya terdapat beberapa ruang yang berada di bawah naungannya. Beberapa ruang itu adalah jelmaan dari alasan-alasan lain mengapa tulisan menjadi tujuan untuk pulang.

Aku membaginya ke dalam lima ruang, diantaranya:

1. Menyalurkan Hobi dan Imajinasi

Berbicara tentang hobi, pasti setiap orang punya hobi. Bahkan hobinya pun beragam. Ada yang suka olahraga, memasak, membaca, bahkan menulis. Setiap orang punya kecenderungannya masing-masing, termasuk perihal hobi. Mereka bebas menentukan apa yang ingin mereka lakukan.

Nah diantara sekian hobi, aku memilih untuk menulis. Kenapa Menulis? Karena menurutku, menulis adalah hobi yang ngga ribet. Cuma perlu duduk manis, siapin cemilan, dan seperangkat alat tulis atau laptop. Nulis juga bisa dilakukan sambil rebahan, dan rebahan akan jadi lebih produktif.

Ketika menjadikan menulis sebagai hobi, ada saja sesuatu yang menggerakkan jemari untuk menuangkan apa yang ada dalam kepala. Untuk sekedar curhat, atau bahkan menjadikannya sebuah karya.
Waktu kecil, melihat diary bergambar lucu dan berwarna-warni selalu ada keinginan untuk memiliki. Karena apa yang terpikirkan tidak selalu mudah untuk dilisankan, maka menulis adalah sebuah jalan untuk mengabadikan.

Ada baiknya menjadikan menulis sebagai hobi. Saat imajinasi tak mampu lagi untuk dibendung, maka tuliskan saja. Tak perlu kelihaian gaya bahasa untuk menjadikan tulisan itu indah. Cukup sertakan hati, luapkan tumpukan imajinasi, dan tulis. 

"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti." (Ali bin Abi Thalib).


2. Mengatasi kebosanan dan mengembalikan mood

Setiap manusia pasti akan menemui titik jenuhnya, dan itu wajar. Ada banyak cara untuk mengatasi kejenuhan tersebut, dengan jalan-jalan, makan, atau menulis. Kejenuhan dan kebosanan tercipta, bisa jadi karena banyak hal yang tertumpuk dalam pikiran atau rutinitas tetap yang kerap kali dilakukan.

Bagiku, menulis bisa mengatasi kebosanan. Karena tumpukan kata yang tumpah ruah dalam tulisan, akan menumpahkan semua sampah dan file-file kejenuhan. Lalu merefresh otak jadi segar kembali.

Pernah ngga ngerasa badmood banget?
Atau ketika badmood bakalan diam seribu bahasa?

Tipe seseorang berbeda-beda. Ada orang, ketika masalah menghampirinya, dia akan segera mencari orang terdekatnya untuk menumpahkan semuanya. Tapi ada juga yang memilih untuk diam dan merenung sebagai langkah pertamanya menghadapi masalah.

Untuk seseorang yang cenderung pasif (diam) ini, menulis bisa menjadi teman saat sendiri. Karena curhat itu perlu, untuk menumpahkan apa yang ada dalam pikiran. Atau minimal untuk mengurangi rasa sesak karena masalah yang  ditemui. Aku memilih menulis untuk mengembalikan mood yang berantakan.

"Usahakan menulis setiap hari. Nscaya kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaat yang luar biasa." (Fatimah Mernissi).


3. Bersyukur

Segala sesuatu yang ditemui, sejatinya adalah bentuk nikmat. Apapun itu bentuknya. Tangis ataupun tawa, keduanya membawa pesannya masing-masing. Bersyukur atas segala hal yang dilalui merupakan sebuah keharusan. Agar dada tak mudah sesak dan tenang menjalani hidup.

Bagaimana mengenangnya? Tulis.

Iya, dengan menulis akan semakin banyak rasa syukur yang tercatat, dan tentunya akan terkenang. Dari tulisan, dapat diingat bahwa banyak hal yang perlu untuk selalu disyukuri. Kadang, kita lebih sering fokus terhadap suatu masalah hingga larut di dalamnya. Tanpa  berpikir jernih, bahwa akan selalu ada hal manis di balik sesuatu yang pahit.

Dengan menulis, mungkin bisa membantu untuk mengingat kembali. Torehan yang mengandung tawa, bisa mengingatkan bahwa hidup tidak melulu soal masalah. Begitu juga torehan pahit, bahwa dari luka, bisa belajar bangkit dan kuat.

Keduanya sama baiknya jika ditorehkan dalam tulisan. Saat sedih, tengoklah tulisan bahagia. Begitu juga saat bahagia, tengoklah tulisan sedih. Hal iu berfungsi untuk menetralkan rasa, agar tidak ada kata "Terlalu" saat sedih ataupun bahagia.

Mengadu segala keluh kesah dalam tulisan itu boleh. Tapi jangan lupa, setelah keadaan kembali stabil, ucapkan syukur tepat di bawah tulisan tadi. Karena, kita bisa belajar dari setiap yang kita temui, sekalipun itu berbentuk masalah.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7).


4. Berbagi

Karena berbagi tidak melulu soal materi, maka banyak jalan untuk tetap bisa berbagi. Dengan tulisan salah satunya. Bukan karena merasa pintar atau berniat menggurui. Hanya saja, itu bentuk usaha untuk berkontribusi dan menebar manfaat. Entah itu berbagi semangat, berbagi motivasi, atau berbagi senyuman. 
Berkontribusi lewat tulisan tidak ada salahnya kan?
Tentang berbagi, kadang sesuatu yang simpel bisa untuk dibagikan.

Bukankah sosial media sedang gencar-gencarnya? Sepatah dua kata jika itu bermanfaat.

"Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat untuk orang lain" HR. At Thabrani.


5. Mengukir Sejarah dan Peradaban

Terbiasa corat-coret ketika usai alami suatu hal, rasanya lega. Dari situ, tanpa sengaja sejarah mulai terukir. Dari tulisan usang itu, akan lahir tumpukan kata yang mungkin bisa jadi pelajaran di masa mendatang.

Itulah mengapa, aku suka menuliskan apa saja pada catatan kecil. Karena akan ada sesuatu yang bisa dipetik dari tulisan-tulisan lama. Dari sedikit pengalaman ataupun beberapa kejadian. Tak salah jika ada pepatah mengatakan, bahwa Pengalaman adalah Guru Terbaik. Karena sejatinya, pengalamanlah yang mengajarkan banyak hal. 

Kita tidak pernah tau, tulisan mana yang bisa membawa perubahan baik. Ada baiknya untuk terus menulis, untuk diri sendiri, lebih-lebih untuk orang lain.


Tentang Penulis:
Nuril Aulia Naiza Ulfa adalah gadis Kota Tape yang lahir 20 tahun lalu, pada tanggal 11 Agustus. Ia memiliki nama pena "Bintu Naml Sweet" yang bermakna Semut Manis. Ia berharap untuk terus inovatif, kreatif, peka, dan tetap rendah hati. Seperti sifat teladan semut. Sekarang, ia menempuh pendidikan di UIN Malang.
Share:

2 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis