Oleh: Ade Sri Rohani
Bagi sahabat yang gemar menulis, ada banyak alasan yang bertubi-tubi di pikiran kenapa kita menulis. Namun bagi sahabat yang sampai hari ini belum menorehkan ujung penanya ke landasan kertas kosong itu, berikut saya paparkan sedikit alasan yang menjadikan sahabat harus menulis.
Pertama, bahwa menulis itu nyaman. Banyak yang mengatakan perjuangan itu tidaklah mudah. Tapi saat saya bertanya pada diri sendiri, sejatinya saya menginginkan kenyamanan, kapanpun dan di manapun.Tentu rasa "nyaman" ini berbeda porsinya bagi setiap orang. Namun semuanya berasal dari satu sumber Ilahiah, yaitu dengan mengingat Sang Maha Karya dalam setiap aktivitas kita. Meski kenyataannya banyak tantangan, tapi dengan memahami konsep kesadaran akan adanya Allah di balik skenario kehidupan, semua akan berbuah manis, dan setiap hikmah yang terkandung di dalamnya akan menjadi satu kenyamanan tersendiri dalam setiap rangkaian kata yang saya tuliskan. Sahabat, temukanlah pola kenyamanan dirimu, namun jangan lupakan sumber Ilahiah sebagai penuntunmu.
Kedua, saya bisa leluasa mengemukakan pendapat melalui tulisan. Saya merasa bebas dengan semua ide yang mengalir deras di pikiran. Bebas bukan berarti tanpa batas dan tanpa aturan. Bebas bukan berarti seperti berteriak di puncak tebing yang sunyi. Namun kemampuan mengendalikan emosi dalam menulis memberi pelajaran tersendiri untuk tetap mampu berada pada energi positif. Seperti kata David R. Hawkins, bahwa hidup tidak linier, sehingga dibutuhkan energi positif untuk menarik apa-apa yang kita pikirkan dan rasakan. Tulisan menjadi salah satu tempat yang memberiku energi positif itu. Maka cobalah untuk menulis, meski sederhana, dan lihatlah bagaimana rasa tulisan itu memberi manfaat bagi sekitar.
Ketiga, pernahkah engkau menikmati moment berbicara dengan diri sendiri? Kapanpun, selalu saja ada yang dibicarakan dengan diri sendiri. Itu dia, di dalam hati. Seperti ada 2 jiwa dalam 1 tubuh. Suasananya bisa lucu, terharu, sedih, bahagia, dan yang lebih penting adalah pembicaraan yang mengarah pada introspeksi diri. Terkadang sebelum saya menuangkan sesuatu dalam tulisan, saya mengajak diri sendiri mempertimbangkan hal yang ingin disampaikan. Supaya selain dapat menempatkan rasa nyaman di hati, juga menjadi berhati-hati menjaga perasaan orang saat membaca tulisan kita. Maka jadikanlah dirimu sendiri menjadi salah satu sahabatmu, dan pilihlah bagian terbaik yang kau rasakan untuk kau tuliskan.
Keempat, layaknya bicara pada diri sendiri. Seperti alasan sebelumnya ya? 2 jiwa dalam 1 tubuh? Tentu bukan. Memang serupa tapi tak sama. Kali ini saya cerita dari sudut pandang tulisan itu sendiri. Sesuatu yang saya tulis, mengandung makna tertentu, yang jika suatu saat tulisan itu saya baca, layaknya tulisan itu bicara pada diri sendiri. Terkadang, tulisan yang dulu pernah dirangkai, dapat memberi makna baru tanpa menghilangkan makna lama saat tulisan itu dibuat. Jadi sahabat, meskipun kita yang membuat tulisan tersebut, bukan berarti menyudahi untuk membacanya. Karena suatu saat tulisan itu akan bicara pada diri kita sendiri dengan makna baru yang juga mempesona.
Kelima, perjalanan untuk pelajaran (penyampai misi kehidupan). Sebagaimana kisah-kisah orang dahulu yang tertulis dalam kitab, adalah salah satunya menjadi pelajaran bagi kita di masa berikutnya. Suatu saat, saya ingin menceritakan sebagian dari kisah hidupku untuk anak cucu kelak. Namun saya tak kan pernah tahu seberapa lama saya hidup untuk bertemu dan seberapa mampu saya bercerita lugas kepada mereka. Banyak hal yang ingin disampaikan. Karena sejatinya kita ingin mewariskan keturunan yang kuat imannya untuk melanjutkan misi kehidupan. Maka dengan menulis, saya sampaikan misi kehidupan yang kemudian akan diperankan oleh anak cucuku kelak sebagai pendidik peradaban berikutnya.
Keenam, menyebar manfaat. Coba kita berhenti sejenak dari aktivitas kita, sekarang juga. Tarik nafas panjang dan hembuskan secara perlahan. Ingatlah sudah berapa banyak kita dapatkan ilmu, sejak sekolah dasar, bahkan sejak taman kanak-kanak hingga saat ini. Ilmu dari sekolah2 formal, bahkan informal. Bayangkan kembali masa itu, dari manakah sumber ilmu yang kita peroleh? Darimanakah para pendidik/ pengajar menyebar ilmu tersebut? Bukankah semua itu dari sebuah tulisan? Tulisan yang tersaji dalam sebuah buku. Tulisan yang tanpa disadari telah banyak memberi manfaat bagi kita dan sekitar. Iya, jika kita ingin menyebar manfaat, bolehlah manfaatkan pena kita untuk menulis sesuatu yang bermanfaat.
Ketujuh, menulis sebagai proses seni membaca dalam literasi. Bukankah dengan menulis mengajakmu agar lebih banyak membaca? Karena setiap kata yang kita tulis dapat menghujam ke dalam hati pembaca. Bicara dari hati ke hati melalui tulisan. Dengan menulis, kemampuan membaca dan memaknai bacaan juga akan terasah hingga apa yang dibaca tersaji dalam tulisan yang dikemas dengan penyampaian unik dari setiap penulis. Karena hidup adalah seni, seni membaca kehidupan. Maka tulislah apa yang engkau baca untuk membuat kehidupan berseni.
Kedelapan, menulis sebagai alarm janji. Tulislah apa yang akan kamu kerjakan, dan kerjakan apa yang telah kamu tulis.
Ya, dalam situasi yang penuh aktivitas, kita perlu menuliskan hal-hal yang musti dikerjakan, terutama yang memiliki status "janji". Dengan menulis, akan membantu kita untuk memenuhi janji yang jikalau ditumpuk dalam pikiran, bisa-bisa banyak yang terbengkalai. Maka dengan menulis, ia akan mengingatkan kita akan janji-janji yang harus ditunaikan.
Kesembilan, sebagai salah satu tanda. Menulis menjadi salah satu tanda bahwa saya dulu pernah ada di kisah itu, pernah memiliki kenangan bersama engkau, dia dan mereka. Melalui tulisan, kembali meyakinkan kita bahwa sebesar apapun masalah yang kita hadapi saat itu, ternyata terlewati juga, tak terasa ternyata perasaan tak karuan itu akhirnya sirna juga. Dan melalui tulisan itu, ternyata memberi energi positif bagi kita untuk saat ini. Maka, tulisan menjadi tanda bahwa engkau yang saat ini adalah seorang yang kuat, karena lebih dari apa yang engkau hadapi hari ini, sudah pernah engkau menangkan di masa lalu.
Kesepuluh, sebagai media SMS (Saling Membalas Surat). Menulis sudah menjadi tradisi kuno untuk menyampaikan pesan dari seorang raja suatu negeri kepada raja di negeri lain, atau perintah raja kepada rakyatnya. Selain artefak dan bangunan kuno lainnya, tulisan akhirnya juga menjadi peninggalan sejarah yang sangat berharga karena memberi gambaran peradaban saat itu. Bayangkan saja jika tidak ada tulisan, bagaimana kita tahu sejarah yang menjadi pelajaran bagi peradaban masa kini? Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan untuk tidak menulis. Menulislah dan jadilah bagian dari kebangkitan masa depan.
Medan, 10 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Apt. Ade Sri Rohani, S.Farm., M.Farm. lahir pada 13 November 1988 di Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Penulis melalui pendidikan SD hingga SMA di Padangsidimpuan. Penulis selanjutnya menyelesaikan studi D-III di Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Farmasi, S1 dan S2 Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan mengambil profesi Apoteker di Universitas Sumatera Utara.
Semamgat kak. jangn lupa mampir ke artikel aku yah"Sepenggal Hikmah Merandah Asa"
ReplyDeleteOk sipp kakak....🤩
DeleteWah rapi banget tulisannya Kak, mampir ke tulisanku ya
ReplyDeletehttp://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-merayakan-dan-mengabadikan-hidup.html
Ok...meluncur ke artikelnya kak..
Delete