MENULIS MENEMBUS BATAS MASA



Oleh: Teguh Maulana



Catatan Kecil

Kata kerja dari menulis ialah tulis. Menulis huruf A sampai Z, banyak ide yang dapat dituang melalui kegiatan ini. Sehingga awal mula berasal dari coret mencoret di buku catatan. Dari coretan yang liar, hanya kalimat sederhana atau kata bijak sebuah lagu, koran, buku pelajaran, dan bungkus nasi pagi hari.

Pertama kali menerima buku harian dari Kakak ketiga, pikiran masih ragu, buat apa buku tersebut meski kadang terbawa di tas ransel yang lusuh. Buku harian lebih intens diisi saat malam Ahad sebagai suatu ungkapan hati saat sendiri sedang sedih, senang, atau rindu kehadiran sang ayah agar hati terobati dan damai.

 

Serpihan Kata

Menulis bagi pribadi adalah suatu ungkapan hati, saya termasuk manusia tipe pendiam, takut salah ngomong dan ragu dalam berkata. Ini mungkin hasil didik dari single parent. Merasa nyaman menunggu daripada mendahului.  Supaya tidak patah batu hatinya, menulis adalah satu jalan agar tetap bergejolak hati dalam melanjutkan hidup yang sederhana.

Menulis adalah wahana untuk menjembatani olah hati yang butuh didengar oleh orang lain, sehingga melalui tulisan, ia mampu menjawab keinginan dan impian di hari selanjutnya.

 

Detail Koma Besar Kecil  Titik

Menulis di usia belia asal saja, pokoknya menulis dan menulis yang dikehendaki hati. Tak memedulikan EYD, PUEBI, KBBI, dan sebagainya. Acuh tak acuh dalam format penulisan. Ahmak dalam menulis.

Waktu pun berganti, zaman mulai berkembang hingga sampai saat ini. Ternyata semua tentang cara penulisan harus dikuasai. Tidak pandang bulu. Belajar dan belajar tanpa lelah. Meski rasa bosan timbul tenggelam bersama masa.

Hingga suatu hari, saya dikritik seseorang. Menulisnya kok detail sekali, ini bukan pelajaran Bahasa Indonesia. Dari sini, saya sadar diri sebelum terlambat, lebih baik sekarang, mulai belajar menulis huruf besar dan kecil dalam kalimat.

 

Titimangsa Menulis

Waktu tak akan berhenti, selalu meninggalkan kita. Torehan kecil yang berserakan akan tetap terjadi seandainya tidak diberi tanda dan simbol yang bermakna.

Hanya titimangsa yang mampu mengikatnya, cobalah membubuhkan, agar tidak terselip oleh lupa. Menulis akan terlacak bila kita punya titimangsa. Sepele memang, ia adalah sesuatu yang seharusnya berlaku di tulisan kita.

Titimangsa akan bercerita kembali ke masa lalu, betapa kita telah membuat karya yang sederhana namun meninggalkan kisah didalamnya. Itulah alasan menulis dengan titimangsa. Kita jadi mengetahui masa lalu sendiri.

 

Menulis Ibarat Keterampilan

Menulis dapat diibaratkan kegiatan menjahit. Ia merupakan suatu keterampilan tersendiri. Layaknya menjahit, diperlukan langkah langkahnya. Mencuci kainnya, pilih pola, mengukur tubuh, memotong kain, terakhir ialah menjahit. Banyak hal yang dibutuhkan saat menjahit.

Sehingga kegiatan menulis kita sangat memerlukan latihan dan keterampilan. Ibarat menjahit. Semakin banyak berlatih dalam menjahit maka semakin terampil.  Memulai dari sekarang untuk menulis apa saja, karena ibarat suatu keterampilan, menulis perlu diawalkan sedini mungkin.

 

Latihan Berkurban demi Menulis

Menulis bagi saya sampai detik ini adalah latihan berkurban untuk pribadi. Sendiri dalam ruang dan waktu. Ia mengikat kesendirian dan panorama jiwa.

Menulis membutuhkan waktu, tempat dan kehendak. Ketiganya selaras berkontribusi. Agar saling menempatkan diri pada keadaan. Menyengaja menulis sangat dibutuhkan. Konsentrasi, rasa, karsa, dan cipta berkolaborasi demi terciptanya tulisan, meski sederhana.

Tulisan adalah buah ide yang dituangkan dari perasaan atau keinginan berbagi dengan alam, manusia, bahkan sebagai rasa berterima kasih atas kehidupan yang diberikan oleh-Nya.

Melalui kata, diksi, atau  kalimat yang melintasi pikiran liar, malang melintang hasrat bergejolak pada  pancaindra atau sanubari yang muncul dalam sekejap.

 

Menulis itu Kisah Klasik di Masa Depan

Ketika Kumulonimbus mulai menghilang perlahan yang di bawahnya terlihat layang-layang berwarna-warna berekor panjang yang bernaung di bawah biru langit di angkasa yang beranjak lazuardi indah yang udaranya terasa menyentuh dingin kulit ari yang anginnya sesekali menggerakkan daun jendela yang berada di lantai atas.

Menulis ibarat kisah klasik di masa depan yang ditulis kemarin, pagi tadi, sore ini, atau sekarang. Menulis bagi kita adalah suatu torehan yang dipersembahkan bagi generasi literasi.

Biarlah tulisan yang diceritakan mampu berkelana bagi siapa saja yang dianugerahi cinta dan pengalaman tersendiri dalam bayang bayang mayangda ini.

 

Menulis bagai Efek Flynn

Malam ini sepertinya menuju bulan purnama dengan angin bersilir-silir menggoyangkan dahan dan ranting yang mungkin ia mampu menjadikan dedaunan berjatuhan silih berganti  yang ditambahi suara suara di bawah sinar rembulan saling memadukan.

Menulis mungkin dapat diibaratkan menjadi efek Flynn, belajar setiap saat, memikirkan dan menemukan ide ide yang mengilat muncul lalu hilang ditelan situasi. Menulis perlahan lahan ikut beriktikad baik untuk simpul saraf, imajinasi, daya ingat dan perkembangan otak.

Semoga saja, melalui menulis, ia mampu meningkatkan ketahanan tubuh dan kesehatan serta kondisi jiwa yang lama merindukan dahulu yang perlahan beranjak dewasa atau menua bersama waktu.

 

SOS dalam Menulis

Angin malam semakin kencang berdesir, memberitahukan diri untuk rehat dini. Ketika kaki mulai penat, mata telah mengantuk, tak terasa waktu telah meninggalkan pagi dan sore hari.

Sementara waktu bergulir dengan jarum jam yang berputar perlahan namun pasti, begitu juga dengan menulis. Saat torehan sederhana dituangkan, ia mampu memiliki andil untuk menyembuhkan jiwa.

Merindu, kangen, suka, cita, terkadang sedih, duka, dan nestapa yang terjadi akan menghilang dengan hadirnya sebuah tulisan. Walau kita yang tahu detailnya, namun menulis dapat menyelamatkan jiwa yang merundung emosi yang ada.  Semoga, melalui menulis akan menjadi obat, peluruh hati yang tak di sadari diri.

 

Menulis sebagai Jejak Harapan

Hari ini terlihat sempurna, hati terasa damai dengan melihat dirinya di pagi hari. Mentari pun menyemangati jiwa ini, ketika ia berangkat untuk mencari ilmu.

Menulis bagi saya adalah upaya meninggalkan jejak diri yang mulai menua. Salah satu cara agar sang penerus keluarga mengetahui saya adalah dengan cara menulis.

Menulis sebuah puisi, cerpen, artikel, esai atau lainnya akan akan menceritakan sendiri tentang apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang telah dan akan terjadi pada perjalanan hidup seseorang. Berani berbuat berarti berani bertanggung jawab atas perbuatannya,  diharapkan mereka akan menyempurnakan dan berharap menjadi manuskrip yang lebih baik lagi.


 Tegal, 5 Agustus 2020

 



Tentang Penulis:

 

Teguh Maulana aka Olankraden dilahirkan di Tegal Jawa Tengah yang masih belajar dan  berlatih  di dunia kepenulisan.  Jatuh hati pada puisi awal bulan November 2018. Menyukai nasi/sega langgi dan perkedel.  Alamat surel verydukuhturi@gmail.com, facebook Teguh Maulana dan instagram  @teguh_maulana2018. Terima kasih. Fastabiqul khairat.

 

 

 

 

 

 

 

Share:

1 comment :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis