MENULIS MEMBUAT RINDU

Oleh : Sandra Dee

BERSYUKUR TERLAHIR MENJADI BAGIAN KELUARGA BAHAGIA
Aku bersyukur diilahirkan dengan kondisi sehat. Orang tua mana yang tidak merasa bahagia. Dikemudian hari aku tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu, banyak ide tapi tidak nakal. Wajarlah kalau anak-anak suka usil. Aku dimanja oleh ayahku, tetapi aku sangat mandiri. Mungkin Karena ayahku seorang guru jadi aku dididik supaya maju, mandiri dan bertanggung jawab. Beruntungnya aku sebagai putrinya. Aku ingat sewaktu aku duduk di bangku SD, di selolahku sering diadakan lomba menulis tangan, menulis cerita, juga puisi. Aku selalu mengikutinya. Bakat menulis sudah terlihat sejak saat itu. 

BAKATKU MENULIS DIMULAI SEJAK DUDUK DI BANGKU SD 
Oleh ayah, aku diabonemenkan majalah bulanan anak-anak, seperti "Kawanku". Setelah beranjak remaja pun, aku berlangganan majalah seusiaku, seperti "Gadis" dan majalah psikologi "Anda".  Aku sangat menyukai tulisan yang bernafaskan ilmu filsafat dan psikologi. Mungkin karena lingkungan di rumahku. Karena dibiasakan membaca sejak SD, lama kelamaan aku bercita-cita sebagai penulis. Corat-coret seperti puisi pun sering tertuang dalam buku-buku tulisku. Menurutku tidak ada tulisan yang buruk, tidak ada orang yang tidak berbakat dalam menulis. Setiap pribadi mempunyai kemampuan ini, hanya saja kita ingin mengasahnya atau tidak.

DIMULAI DARI KEBIASAAN MEMBACA 
Membaca itu menyenangkan. Tidak harus berjam-jam kita duduk di depan buku. Pengalamanku dulu, untuk mengisi waktu luang di rumah selalu kusempatkan membaca. "Bacalah buku atau majalah yang baik dan bermanfaat untukmu, sesuai porsi seusiamu" pesan ayahku waktu itu. Setelah menjadi orang tua, aku memahami pesan orang tuaku dulu. Memang benar untuk usia anak-anak seharusnya membaca majalah anak-anak. Karena kemajuan teknologi seperti sekarang ini, para orang tua tidak dapat membendung semua berita yang dilihat dan dibaca oleh anak melalui sosial media. Mau tidak mau orang tua harus bijaksana dan mengikuti perkembangan anak sesuai dengan jamannya.

PENGALAMAN DI-BULLY WAKTU SMA 
Hobiku membaca dan menulis semakin gencar semasa SMA.  Masih kuingat suatu ketika tulisanku di mading membuat heboh. Naskah cerita Yang tulis, kudapat dari temanku. Setelah mading dipasang, keesokan harinya aku mulai di-bully teman-teman yang merasa tidak menyukai artikelku itu. Aku harus mempertanggungjawabkan tulisanku karena aku bertindak sebagai penulis sekaligus penanggungjawab mading. Oleh bapak Bimbingan Konseling (BK) aku hanya diperingatkan untuk berhati-hati dalam menulis naskah, kesalahanku terletak karena tidak mencantumkan sumber berita.  Judul naskah yang menghebohkan itu seakan aku yang membuatnya. Semua itu menjadi pengalaman yang sangat berharga. Semoga teman-teman memaafkanku. Pengalaman adalah guru yang terbaik.

MENCOBA MEMBUAT NOVEL
Keinginanku untuk menulis cerita tak terbendung, aku nekad membuat sebuah novel berjudul "Sekarini". Padahal waktu itu aku hampir ujian SMA. Harusnya aku rajin belajar untuk mempersiapkan sampai masuk perguruan tinggi. Untung aku berhasil lulus ujian. Novelku dibeli oleh suatu penerbit di Bandung. Waktu itu pengetikan naskahku masih menggunakan mesin ketik manual. Tak apalah, paling tidak aku pernah mencoba membuat novel. Semua kegiatan memerlukan suatu proses. Dan karya kita bisa diabadikan melalui eksistensi di bidang masing-masing, seperti dituangkan melalui tulisan.
"Jangan pernah menunda untuk berkarya."

KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN
Kemudian aku merasa bahagia. Kedua anakku yang mendorong untuk menulis lagi dan mengisi di "ruang nulis" ini. Kami bertiga saling mengisi dan mensuppsort, tak ada rahasia diantara kita. Sayang sekali, kedua disiplin ilmu yang pernah kutempuh tidak pernah bada kesempatan dipraktekkan di instansi manapun.  Pernah dalam salah satu mata kuliah yang dulu kutempuh, berkunjung ke RRI, TVRI untuk mempraktekkan menulis berita serta seolah-olah menjadi penyiar. Di penerbitan surat kabar, berita yang terkumpul diedit, disesuaikan dengan layout, dicetak malam itu juga, sebab harus diedarkan paginya.  Bekerja di tempat kejar tayang membutuhkan ekstra konsentrasi dan kondisi fisik yang tak kenal lelah. Salut.

PROSES PENDEWASAAN DIRI
Sebuah proses adalah penting. Contohnya proses pendewasaan diri dengan membaca dan menulis. Banyak membaca akan menambah wawasan. Dengan pengalaman membaca, seseorang setidaknya lebih dapat mengontrol emosi dan pola pikir, sehingga berhati-hati dalam bertindak. Menulis lebih kearah meluangkan waktu, menitipkan sebagian imajinasi dan dibutuhkan konsentrasi. Tulisan dapat diartikan sebagai penyambung pikiran dengan ucapan. Tulisan dapat ditulis sebagai catatan yang bersifat pribadi, seperti luapan rasa gembira, kecewa, marah, juga angan-angan yang ingin dicapai. Tulisan yang enak dibaca orang lain sebaiknya bersifat obyektif, memotivasi dan mendidik baik, serta tidak menyinggung perasaan atau bersifat SARA. Bahkan menggiring pembaca berprasangka/berbuat buruk.

SELF-HEALING
Jemari tanganku rasanya kaku untuk memulai menulis cerita lagi, meskipun keinginan selalu ada. Berbagai ide cerita hanya tersimpan rapi di memori otakku. Terkadang kutuang sebagai quotes saja. Jika dituangkan dalam tulisan akan lebih baik untuk mengingatnya. Menulis sebenarnya merupakan suatu cara yang paling praktis dan murah, sebagai self-healing. Hasilnya tidak kalah efektif dan sangat menguntungkan diri sendiri. Berbagai imajinasi, fantasi, keikhkasan hati dapat dituangkan sebagai sasaran elok dalam penulisan.
"Merawat itu biasanya sembuh, mengobati itu kadang-kadang."

AYO BERKARYA MELALUI TULISAN
Bulan Juli 2020, di sosmed banyak ditayangkan lomba penulisan puisi dan cerpen. Aku dan anak-anakku ikut meramaikannya, semoga lumayan hasilnya. Terlihat banyak kawula muda yang berbakat dalam seni karya tulis. Selain bagus, event ini sekaligus sebagai wadah/sarana untuk memotivasi dan tempat menuangkan ide. Penggemar dunia literasi seusiaku pasti akan setuju. Jangan merasa malu atau ragu dalam menulis. Banyak latihan dan tidak mudah menyerah, apalagi berputus asa sebelumnya menyelesaikan tulisanmu. Tulisanmu merupakan ekspresi jiwamu. Buah karyamu dibutuhkan untuk kemajuan dunia. Yang tua akan tergantikan kawula muda. 
"Wajah yang indah kelak menjadi tua, tulisan yang indah kelak tak termakan usia."
Ayo berkarya melalui tulisan.

TAK LEKANG OLEH WAKTU
Inti dari alasan aku menulis, disamping berpartisipasi dalam "1 tahun ruang nulis", yang terpenting adalah rindu yang telah lama terpendam untuk menulis sekelumit kisah, terobati sudah. Tentu aku merasa bahagia pernah menjadi bagian dari seni karya tulis, meski usiaku sudah tidak muda lagi. Tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk melakukan hal positif, seperti menulis. Sebuah naskah/karya tulis lain tak akan pernah lekang oleh waktu. Tantangan 10 Hari untuk menulis, seakan menjembatani antara kreativitas dengan kesempatan. Yang pasti, karena mengikuti rubrik ini aku membuat Instagram, artinya menambah pertemanan baru.
"Mulailah menulis dari sekarang selagi ada kesempatan."

Nantikan kumpulan puisi, cerpen dan novelku.

Tentang Penulis:
Penulis memiliki nama asli Sandra Astuti, merupakan seorang ibu rumah tangga dan memliki dua orang anak. Penulis mempunyai hobi membaca dan menulis. Belakangan penulis kembali aktif menyumbangkan karyanya dalam bidang literasi. Penulis tergabung dalam beberapa buku antologi diantaranya: Secangkir Kopi Tanpa Gula (2020), Yang Fana adalah Waktu, Sapardi Abadi (2020).

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis