Oleh: Nurhidayatunnisa
Awal diri ini menulis ialah di masa sekolah. Sepulangnya ke rumah, setelah mengerjakan tugas, pensil mulai diarahkan tuk menari di sebuah kertas berlatar macam gambar. Segala hal yang terjadi di sekolah mulai terurai dalam bentuk fiksi.
Jika kamu penasaran kenapa fiksi? Itu semua karena lebih nyaman bagi diri tuk mengurainya menjadi kisah tak nyata. Fiksi membuat jiwa lebih hidup, dan lebih bisa mengenang suatu hal dan melupakan hal lainnya.
Karya fiksi yang tertulis dari hal nyata, menjadi souvenir kehidupan di masa kini dan akan datang. Menjadi bekal pengalaman hidup nan lebih baik lagi hingga akhir kehidupan dunia.
Seiring berpindahnya masa. Berganti status dari siswa menjadi mahasiswa. Alasan menulis yang tadinya karena tuk keabadian di dunia. Menghidupkan kembali masa yang terlewati lewat karya fiksinya. Di masa itu kini, menulis dikarenakan dia.
Menulis karenanya, tentangnya, dan untuknya. Karena dia yang telah pergi. Tentangnya yang 'kan selalu di hati. Untuk mengenang dia yang sempat dimiliki. Kehidupan dunia yang sementara, kepemilikan yang bersifat fana, semua milik-Nya, dan 'kan kembali pada-Nya. Karena itulah hakekat manusia.
Menuliskan kembali ialah hal yang bisa dilakukan tuk penyembuhan jiwa. Mengabadikan momen bersamanya tuk hilangkan duka. Hingga hari perjumpaan dengannya hampiri akhirnya.
Masa perkuliahan tanpa kehadirannya. Segala rencana yang pupus tak tersentuh raga. Rangkaian kehidupan yang berubah setelah kembalinya Ia pada-Nya. Hanya rangkaian katalah nan menjadi pelipur lara.
Kesibukan tiada tara, masih tak mampu mengusik hati yang berduka. Rentetan kata terlukis dalam fiksi nan nyata. Menuliskan kembali segala rencana yang sempat terucap dengannya. Membuatnya nyata dalam indah khayalnya.
Bukan tak merelakan. Namun, mengabadikan kenangan. Bukan bermaksud menyiksa diri. Namun, justru mengobati sanubari. Bukan berarti larut dalam duka. Namun, hanya terlalu dalam mencinta.
Kehidupan perkuliahan mulai memasuki akhirnya, menulis tak lagi sekedar pengobat jiwa. Namun, tlah mencandu asa. Sahabat pena menjadi solusi, pertemukan jiwa-jiwa yang memilih menulis jadi profesi.
Pertemuan demi pertemuan hadir menguasai, diri yang tadi sendiri, mulai membuka sanubari. Menulis tak lagi jadi konsumsi pribadi, berani diri taklukan duniawi. Kehilangan buat diri makin mendekati-Nya. Menulis jadikan diri lebih relakannya. Melukiskan ibroh setiap perjalanan dunianya. Harap beri manfaat pada setiap insan-Nya.
Berbagi itu tidak hanya bisa melalui materi. Namun aksara cinta juga bisa menjadi salah satu sarananya. Melukiskan tinta, merangkai kata, menjadikannya bacaan yang tidak hanya sekedar lewat beranda. Namun, mampu meresap ke sanubari.
Menulis itu buat diri jadi lebih berarti. Lewat rangkaian aksara yang terlukis, harap bisa membawa manfaat bagi fananya dunia ini. Menulis itu buat waktu jadi lebih berharga. Masa demi masa terlewati dalam pena yang tak henti menarikan segala peristiwanya.
Menulis itu buat diri jadi takkan terlupa. Sekalipun dunia ditinggalkan. Namun, karya tetap kan abadi hingga akhir masa. Saat hati tlah temukan jenuh, saat jiwa terasa hampa, melukiskan tintanya ialah pilihan sempurna.
Diri yang penuh asa, masa yang terlewati dengan segala jenisnya, uraikan kata kan hari itu ialah jawabnya. Yah, dengan menuliskan semua hal yang terjadi dalam hidup ialah salah satu bentuk syukur diri pada-Nya. Merangkai kata setiap harinya, menjadi obat bagi fananya dunia.
Menulis buat diri mampu hadapi segalanya. Terkesan pengecut? Tidak. Menulis ialah salah satu cara terbaik saat bicara tak lagi bisa dapatkan jawabannya.Masalah demi masalah, tak dapat dihindari karena hal itu kan selalu muncul dalam kehidupan fana. Menulis ialah terapi tuk laluinya sebelum pecahkan problemnya.
Menulis buat diri lebih merasa lega. Jatuhkan semua emosi jiwa, hingga akhirnya berganti ikhlas hadapi masalah dengan lapangnya.Tak semua insan dapat bicara dengan luwesnya. Beberapa orang kan memilih menulis sebagai jalan hadapi kehidupannya.
Sebagaimana tlah kita pahami, kehidupan fana ini sementara. Kita tak pernah tahu, kapan kan meninggalkannya. Namun, se-fananya dunia, tetaplah menjadi tolok ukur di kehidupan abadi kelaknya. Menulis menjadi salah satu upaya tuk berikan yang terbaik bagi semestanya.
Materi tak bisa dibawa kembali. Namun, tetap bermanfaat bila dipergunakan untuk hal baik. Tapi, tak semua insan memilikinya. Menulis ialah satu hal yang bisa dilakukan tuk hadirkan diri walau tiada lagi.
Setiap rangkaian kata nan mengandung makna terdalam, menjadi salah satu pemicu tuk hadirkan perubahan yang lebih baik. Bukankah hal itu sangatlah bermakna? Dengan menulis diri bisa menyalurkan kebaikan walau hanya se-ayat saja.
Menulis buat diri jadi lebih memahami dunia, lebih mengenal sekitar. Melihat, mendengar, mengalami segala hal di alam ini. Lalu, menuliskannya kembali sebagai pembelajaran.
Menulis buat diri jadi lebih bisa berbagi. Baik ilmu maupun pengalaman hidup. Melukiskan setiap rinci hikmah kehidupan, tuk perubahan yang lebih baik bagi diri dan sekitar. Menulis buat diri jadi lebih bersyukur, detik demi menit kehidupan yang diberi. Memberi hiburan sekaligus inspirasi bagi diri dan insan di semesta ini.
Pada akhirnya dengan menulis, diri jadi lebih bisa berbagi kebahagiaan, melepaskan kegundahan, melupakan hal menyakitkan, memaafkan hal yang membuat perih kehidupan.
Sedih, senang, suka, dan duka. Semua hal nyata dalam kehidupan, tertuang melalui rangkaian kata nan menyejukkan. Pelipur hati, penyejuk kalbu, penyembuh jiwa nan menguatkan raga.
Seperti layaknya bernafas. Menulis ialah kebutuhan. Seperti masa yang selalu datang, menulis ialah keseharian.
Menulis ... karena cinta, suka, duka, bahkan rindu tak terbendung dalam kehidupan. Menulis bukanlah pilihan. Namun, sejak awal tlah berada dalam rengkuhan jemari kehidupan.
Tentang Penulis:
nurhidayatunnisa nama pena dari Isnania, gadis Palembang berdomisili di Riau. Seseorang yang menyukai fiksi. Beberapa cerpennya pernah dimuat di Koran dan majalah juga antologi. Kini tengah menulis novel di flatfom menulis online kwikku, https://www.kwikku.com/novel/read/dia
Post a Comment