Menulis itu Duniaku

Oleh : Ajeng Febriani Samsudin

            Tak ada sesuatu yang kulakukan tanpa tak beralasan. Semuanya berawal dari kesendirian. Tiada berteman. Waktu itu, aku kecil yang selalu menyendiri tetap punya keceriaan. Memang bukan bermain. Namun, aku punya dunia sendiri. Dengan menorehkan setitik demi setitik tinta ke atas selembar kertas putih yang suci. itulah yang aku suka. Aku suka berbagi melalui rangkaian kata.

            Orang-orang tak pernah mengerti apa maksud dari yang kukatakan dan yang kumau. Mereka hanya mengartikan dunia anak kecil semuanya sama. Tentang bermain. Aku tak pernah merasa kalau semua itu adalah duniaku. Bagaimana tidak? Itu semua karena tak ada seorang pun yang satu frekuensi denganku. Bukan masalah pemikiran. Semua itu masalah mengerti atau tidaknya apa maksud dari isi hatiku.

            Namun kupikir, jika dengan kesendirian bisa menghadirkan kebahagiaan tersendiri, aku akan selalu melakukannya. Sebab ... untuk memahami diri sendiri itu jauh lebih sulit daripada memahami orang lain. Bukan dengan ucapan yang kuumbar kepada orang-orang. Semuanya dengan kata-kata yang takkan pernah terucapkan oleh mulutku. Berdiksi. Memiliki makna yang tak terhingga dan cukup sulit untuk dipahami orang.

            Aku selalu memulai semuanya dengan torehan pena di selembar hamparan putih bersih nan suci. Kulakukan itu karena tak ada yang lebih indah dari menuliskan sejarah. Senyuman, pengalaman, kesedihan, kebahagiaan, ketidakpercayaan, kekecewaan, entah kenapa semua itu adalah hal paling berharga dalam hidupku. Tak perlu ada orang lain yang tahu tentang hari-hari yang kujalani.

            Mereka cukup tahu bahwa aku ada untuk dunia, bukanlah sebaliknya. Mungkin, rasanya memang sakit ketika mengetahui bahwa dunia ini bukanlah untukku. Namun, setelah kusadari sebelumnya bahwa yang membuat perubahan bukanlah dunia ini. Kebenarannya adalah perubahan itu terjadi karena ada yang kulakukan. Menciptakan sejarah yang dapat selalu dikenang.

            Semua orang tahu, apa pun yang telah menjadi sejarah adalah apa yang ada dalam tulisan. Karena, tulisan lebih indah ketimbang rekaman gambar yang bisa ditampilkan kapan saja. Rasa dan suasana. Tidak bisa tergantikan oleh bayangan yang berputar dalam layar. Hanya keindahan khayalan yang mampu membuat sejarah begitu unik dan menarik untuk dijelajahi.

            Jika berbicara masalah sejarah, aku memang bukanlah orang yang ada di dalamnya. Aku hanya manusia yang sedang memahami sejarah dan berpikir untuk menciptakannya. Ya, aku yakin bahwa aku bisa menjadi tokoh penting yang hebat dalam sejarah, yaitu dengan menuliskan kronologinya sendiri. Semua yang aku alami adalah kronologi sejarah yang kelak dapat kutuliskan lalu tersampaikan pada dunia.

            Sejarah itu akan membuatku dikenang oleh siapa pun, bukan hanya satu atau dua orang. Semua yang mendengar namaku mungkin akan mengenali dengan baik. Yang terpenting aku harus selalu menjadikan alasan untuk menulis adalah prinsip hidup. Menuliskan kronologi terbaik untuk memberikan motivasi dan seluruh kebenaran yang terjadi sebagai manfaat yang dapat memberi amanat.

            Oh, tunggu! Akan tetapi aku bukanlah seorang penasihat. Aku tak pernah punya rasa ingin memberi pesan yang indah hanya untuk diikuti oleh pendengarnya. Aku hanya ingin menuliskan sesuatu yang bisa membuat pembacanya memahami apa yang berasal dari hatiku. Selama ini, yang aku rasakan adalah beban yang tak pernah tercurahkan. Seluruh jiwa begitu tertekan oleh masalah yang selalu kupendam.

            Semenjak aku mengenal apa itu menulis, ya, aku hanya bisa mengartikan bahwa menulis adalah sahabatku. Dia adalah penjaga rahasia terbaik bagi semua rahasia yang kupunya. Ketika mencurahkannya, hanya menulislah yang memahami semua keluhku. Aku tak perlu memohon-mohon agar dia menjaganya dengan baik. Dia diam. Selamanya akan bungkam. Akan tetapi dia menghadirkan seribu tanya.

            Coba bayangkan! Ketika kamu menjadi orang yang penuh dengan kemisteriusan. Itu asyik. Sungguh asyik, aku pun merasakannya begitu. Pengalaman yang dirasakan tidak untuk diceritakan ke sembarang orang. Semacam curhat yang sering orang lain lakukan. Menurut mereka melegakan, bagiku tidak. Ucapan bisa saja dengan cepat dilupakan tetapi tidak untuk semua yang dituliskan.

            Aku senang ketika melihat wajah orang penuh harap. Penuh harap bahwa aku akan membuka mulut untuk menceritakan sesuatu. Namun, sayang sekali. Aku tidak akan menyia-nyiakan kisah apa pun tersampaikan kepada orang selain melalui tulisan. Jujur saja, ketika orang berbicara belum tentu diriku serius memahami omongannya seperti seriusnya diriku ketika membaca sesuatu.

            Oh iya, apa kau juga tahu tersenyum? Ya, senyum ketenangan yang sering kulakukan adalah ketika aku menuliskan suatu kejadian yang konyol. Jika aku menyampaikannya kepada orang lain dengan omongan, itu semua hanya akan menjadi bahan tawaan yang murah. Tidak bernilai tinggi seni juga sejarah. Bahkan kerap kali semua cerita itu hanya akan menjadi bahan olokan.

            Kau tahu makian? Ya, itulah yang membuat kau terkena makian. Kau lupa bahwa tak semua hal yang terjadi dalam hidupmu adalah hal yang boleh diberitahukan kepada orang lain. Dari kejadian itulah aku mulai bungkam. Aku memilih mulai menggenggam pena kuat-kuat lalu kugerakkan perlahan untuk menuliskan semua kenangan manis dalam kekonyolan yang terjadi dalam hidupku.

            Ada juga hal yang aku inginkan hanya mampu dituliskan. Sebuah mimpi misalnya. Aku sering mempunyai mimpi yang tidak tercapai. Sakit. Ketika aku sudah banyak kali mengucapkan mimpi itu. Namun ternyata ... mimpi itu memang hanya sekadar mimpi. Bukan hanya sakit yang terasa. Rasa malu juga begitu jelas teramat sangat aku rasakan.

            Baru saja beberapa waktu ke belakang, aku punya mimpi yang amat besar. Mentalku yang cukup lemah dengan mudah menghapusnya. Untung saja mimpi itu benar-benar hanya pernah aku tuliskan. Aku hanya merasa cukup menyimpan kertas itu di tempat aman tanpa aku ingat-ingat lagi walaupun bayangan tulisan yang pernah aku buat itu selalu terbayang-bayang. Betapa indahnya mimpi di atas secuil kertas.

            Aku cukup dengan senang hati menuangkan isi hatiku dalam untaian kata. Dengan semua itu, beban lepas dengan tenangnya. Terkadang, bukan hanya goresan tinta yang terbentuk. Tetesan air mata yang kala itu menemani pun ikut menjadi jejak kisah dalam diam. Dia membekas di atas kertas menambah sempurna tumpahan isi hati tentang beban yang berat.

            Ternyata, sinetron tidak lebay. Adegan yang mereka tunjukkan ketika seorang tokohnya menuliskan surat sembari menangis itu benar-benar nyata. Menenangkan, menyenangkan dan membahagiakan. Aku jadi sering melakukan hal yang sama dengan adegan itu. Senang sekali. Tak perlu jauh-jauh merekam jejak kehidupan. Cukup siapkan pena dan kertas, kau sudah meninggalkan jejak yang hebat.

            Hmm ... hanya saja menjelajahi dunia diri sendiri itu sangatlah luas. Walaupun ribuan kata sudah kita rangkai dan dirasa telah indah masih saja tak ada henti ribuan kata lainnya meronta-ronta ingin ikut dirangkai. Sepertinya tidak cukup hanya seribu kata untuk mengungkapkan isi hati. Ya, sebagaimana mengungkapkan apa saja alasan kita menulis.

            Sungguh, tak akan mungkin rasanya hanya ada sepuluh alasanku menulis. Jika waktu masih panjang dan memberikan kesempatan, akan kucoba tuliskan semuanya. Akan tetapi, setelah fajar datang tak lama pun senja menggantikannya. Kulihat ... senja sudah hadir. Alasan terakhir aku menulis dalam kisah ini adalah aku tak mau melewatkan beribu kisah di antara fajar dan senja untuk kuceritakan kepadamu melalui tulisan yang kelak kusebut dengan sejarah.


Tentang Penulis :

Rare People alias Ajeng Febriani Samsudin, gadis kelahiran Kota Cimahi si pecinta kesunyian dan kesendirian. Merangkai kata adalah cara terbaik meluapkan rasa. Keberhasilan terindah dalam hidupnya mampu menjadi perempuan seribu rahasia dan berhasil mengagumi seseorang dalam diam. Ingin sekadar bertegur sapa atau berteman? Find me on all social media @afebrianisaa.

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis