Memprioritaskan Cinta

Sajdatun Nisa

Bismillah, menulis untuk memprioritaskan cinta. Sudah benarkah prioritas cinta kita? Murobbi saya pernah berkata bahwa cinta yang harus diprioritaskan ada lima yakni : 1. Alloh 2. Rosululloh 3. Orangtua / Pasangan / Anak 4. Kerabat dan keluarga 5. Rahmatan lil'alamiin pentingnya memahami dan mengaplikasikan prioritas cinta, sepenting kita mendahulukan urusan akhirat sebelum urusan dunia. Tujuan saya menulis itu sangatlah sederhana yaitu sebagai bentuk rasa syukur saya kepada alloh SWT yang telah memberikan potensi pada setiap hambanya, serta bentuk pengabdian saya kepada sang pencipta. Dengan menulis kau akan memprioritaskan cinta yang sesungguhnya. Mencintai ketidaksempurnaan. Menulis memang sebuah tatangan yang nyata. Ya. Bagaimana tidak,kita harus siap untuk berkorban fisik maupun mental. Berkorban fisik saya ambil conoh pengalaman saya yaitu bergadang. Harus siap gadang untuk menyelsaikan tulisan atau bahkan waktu yang sudah saya susun dengan rapi harus rela berantakan karena muncul inspirasi baru secara tiba-tiba hingga saya lebih memilih menuliskannya terlebih dahulu sebelum inspirasinya menghilng. Berkorban mental menyiapkan hati untuk bisa menerima kritikan atau bahkan tulisan kita dipandang sebelah mata dan tak dianggap. Bersabarlah ingat Alloh itu maha baik Alloh akan pandang proses setiap hambanya dalam berkarya. Bergahagialah dalam berkarya. Setiap karya itu akan memiliki penikmatnya masing-masing. So, jangan terlalu gundah dengan tulisan yang kita buat. Tugas kita hanya berusaha maka titipkan seluruh hasilnya pada Alloh dengan indahnya berserah dan bersabar. Mulailah dari sekarang untuk menulis. Sehebat apapun ide yang kau punya dan seindah apapun kata-kata yang dapat kau rangkai jika kamu sendiri tidak memulainya untuk menulis, maka itu akan menjadi hal yang percuma. Orang yang dapat memulai sesuatu akan memiliki peluang 3x lebih besar entah itu peluang kesempatan maupun peluang kebahagiaan. The power of do'a. Sahabat, jika ikhtiar sudah kita lakukan dengan penuh kemaksimalan maka tugas kita selanjutnya adalah berdo'a. Ingat do'a itu ada tiga jawabannya 1. Iya kini 2. Iya nanti 3. Iya yang lain setiap do'a itu ada jawabannya dan jawabanna selalu IYA. Hari ini memang belum rizki kita mendapat juara 3 besar tapi percayalah susatu saat nanti kau akan meraihnya ataupun kau akan mendapatkan yang jauh lebih baik dari itu. Jika saja banyak orang yang menyadari semua itu maka semua orang akan merasakan sentuhan kasihNya yang amat luas. Sebuah pembuktian. Salah satu bukti ilmu itu manfaat dan berkah pada diri kita adalah ketika ilmu yang Alloh berikan itu menjadi sebab bertambahnya insafnya kita, amalnya kita, dan rajinnya kita untuk memberikan ilmu itu kepada orang lain. Belum bisa memberi dalam bentuk uang kuy mari kita memberi dengan ilmu yang kita miliki. Sang syuhada. Ilmu itu harus dicatat karena bahkan mulianya lmu nanti diakhirat sana dihari perhitungan cinta yang dikeluarkan oleh ahli ilmu itu akan ditimbang dengan darahnya para syuhada yang berjihad dijalan Alloh. Ikatlah ilmu dengan tulisan pribahasa yang sering didengar namun diabaikan jusru amat besar manfaatnya. Tentang waktu. Pernah ga sih sahabat merasakan kegabutan? Iya kegabutan yang membuat waktu luang kita digunakan untuk hal yang tak berfaidah misalkan mainan hp sepanjang waktu luang, makan, tidur, ngobrol-ngobrol tak jelas. Apalagi di masa pandemi ini waktu luang kita semakin menjadi-jadi adanya. Maka dari itu yuk menulis untuk memanfaatkan waktu luang kita. Qoutes dari Hasan Al-Basri "diantara tanda berpalingnya Alloh dai seorang hamba apabila Alloh menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Naudzubillah, semoga kita terhindar dari tanda berpalingnya Alloh. Kegalauan dalam menulis. Ada tiga kegalauan saat saya memulai untu menulis. 

  1. Tidak punya arah tujuan yang jelas. Mau dibawa kemana kah kiranya akhir dari perjalanan menulis kita 
  2. Tidak mau menerima kritikan. Semakin tidak terima maka kita akan semakin merasa kegalauan
  3. Terjebak dengan anagan-angan, sibuk memikirkan ekspetasi yang terlalu tinggi 

Mencari ikhlas. Ini dia ada 4 fase yang dialami oleh saya sebagai seorang penulis pemula : 

  1. Lost in life (fase kebingungan) masuk pada fase kegalauan yang sudah saya tulis diatas 
  2. Ego centrik desire (fase menemukan dan fase memaksimalkan) pada saat kita sudah lolos dari fase kegalauan maka kita akan masuk pada fase menemukan hingga memaksimalkan ikhtiar menjadi sebuah karaya 
  3. Surennder (Fase memasrahkan) disaat karya sudah jadi mau ada yang baca atau engga mau ada yang beli atau engga bukunya bukan sudah bukan masalah lagi karena yang dicari adalah bagaimana alloh ridho dan cinta kepada kita. 
  4. Humble ambition (fase mewakafkan diri) saatnya hak milik dapat dimanfaatkan untuk umat.

 

 

Tentang Penulis:

Salam ukhuwahnya sahabat, perkenalkan nama saya  Sajdatun Nisa lahir di Tasikmalaya, 24 Juli 1998. Saya seorang mahasiswi semester 5 di salah satu perguruan tinggi yang berada di Bandung. Aktifitas keseharian saya yaitu mengajar tahfizh anak usia dini (TAUD) serta kuliah

Share:

6 comments :

  1. Masya Allah,, semangat teh Nisa๐Ÿ˜˜

    ReplyDelete
  2. Barakallah ukh, sangat inspiratif

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Masya Allah kak, semangat berkaryanya yaa๐Ÿ˜๐Ÿ˜‰ kesehariannya produktif yaa kuliah sambil ngajar berkah banget ilmunya kak๐Ÿ˜‡
    Saran : menurut saya untuk kata dimulai dari Bismillah sampai titik di kata terakhir yang sebelum baris baru. Mending dikasih per paragraf kak, karena keliatan dempet²an gitu kurang pas juga dilihat. Karena menurut saya Tampilan juga penting dalam artikel, biar terlihat menarik dan orang senag bacanya.

    ReplyDelete
  5. Salam kenal yaa kak Fatwa dari member Sisterlillah ๐Ÿ˜‡

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis