Media Berbicara Tanpa Suara



Suatu saat di 2016, hari dimana kedewasaan mulai menyeruak akal dan pikiran. Waktu yang hampir setiap detiknya dihabiskan dengan usaha mewujudkan konteks kesuksesan. Dengan aku, wanita yang ingin berbicara tanpa ucapan. Tapi tetap ingin menyampaikan saran. Menulis salah satu caraku berbicara tanpa harus mengeluarkan suara. Dan hal itu terjadi begitu saja. Mereka bercerita, aku jadi pendengar setia serta membuat kesimpulan atasnya yang semoga dapat menyembuhkan luka mereka.

Ketika tiba hari dimana rasa letih menguasai diri, emosi memuncak hingga tidak tertahankan lagi. Saat itu sejenak aku lebih memerhatikan apa yang ku rasa daripada apa yang mereka rasa. Ketika masalah baruku datang, saat dimana dia yang memberi bahagia pergi meninggalkan sejuta luka. Itulah kali pertama aku menuliskan kisah hatiku yang patah. Kata demi kata tidak dapat menyudahi rasa sedih dan kecewa yang ada. Dan tidak disangka rasa sakit telah melahirkan aku versi bahagia.

Masih mengenai aku versi bahagia. Aku yang berhasil mengabaikan semua luka dan memilih berdamai dengannya. Aku yang tak ingin menghapus kenangan yang pernah ada, dan memilih untuk mengabadikannya dalam untaian kata. Percayalah, semua luka memiliki hikmah didalamnya. Semua kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Semua yang pergi pasti akan diganti dengan yang lebih baik lagi. Menulis menjadi ajang bagiku untuk memperbaiki dan bangkit dari apa yang telah terjadi. Setiap kata adalah wujud emosi yang ada. Sehingga tidak perlu orang lain yang terluka karena ketidakstabilan rasa. Dan aku bahagia karenanya.

Bagiku menulis bukan hanya tentang merangkai kata tanpa makna. Bukan juga tentang kalimat yang dipaksakan adanya. Semua kata, semua kalimat dan semua paragraf ada karena perkara. Bagiku merangkai kata bukan hanya tentang pencarian vokal yang senada. Melainkan proses memutar isi kepala dan menuliskannya dengan kata yang sederhana namun bermakna. Menulis menjadi proses bagiku untuk memperbaiki keterbatasan kata yang kupunya. Agar setiap kata yang tercipta menjadi indah dan bermakna. Yang semoga dapat memberi bahagia bagi para pembaca.

Awalnya menulis hanya kulakukan di waktu senggang. Tanpa ada target yang diprioritaskan. Hingga pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti tantangan menulis setiap harinya tanpa ada satu haripun yang terlewatkan. Dan tanpa disadari hal itu telah mempertajam kedisiplinan yang ku punya. Kini aku lebih bisa memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang berguna. Meski diawal memang memerlukan paksaan untuk mengatur waktu sedemikian rupa. Tetapi apa yang dicapai telah membayar segalanya.

Ribuan kata telah kurangkai, kesimpulan serta saran atasnya pun telah ratusan adanya. Meski tidak semua kata mendapat nilai positif dari pembaca namun aku tetap ingin menuliskannya dengan gaya yang kupunya. Dan aku bangga karenanya. Menuai kritik bukan masalah besar bagiku, mereka membacanya saja sudah menambah semangatku. Karena bagiku menulis merupakan upaya pembuatan jejak. Aku hanya manusia biasa yang sering tidak dianggap keberadaannya. Oleh sebab itu, aku menginginkan orang-orang melihat jejak yang kupunya. Aku ingin mereka mengetahui adanya aku di alam semesta. Dan aku ingin mereka menganggap ku dengan segala kekurangan maupun kelebihan yang ku punya.

Hari berganti hari, sedih, bahagia, kecewa telah dilalui. Menulis sudah menjadi bagian dalam diri. Dan kini ia menjadi bagian mimpi yang kumiliki.  Kata demi kata disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pemahaman para pembaca. Karena pembaca adalah yang utama. Aku ingin menjadi penulis yang bisa memandang dari banyak sudut pandang agar tulisan yang tercipta dapat diterima pembaca. Aku ingin menjadi penulis yang membantu menyembuhkan luka serta memberi bahagia dengan bantuan Sang Kuasa. Karena obat luka serta pemberi bahagia hanyalah Sang Pencipta semata. Dan itulah salah satu mimpi yang kupunya.

Hidup sejatinya penuh dengan kejadian yang tak terduga. Ada kejadian yang memang ingin diingat ada pula kejadian yang sebenarnya ingin dilupakan tapi tidak bisa. Menulis adalah upaya mengingat kejadian yang pernah ada. Masih ingat alasan ku menulis yang tentang "Melahirkan Aku Versi Bahagia" dengan mengabaikan luka yang ada? Sejatinya aku hanya mengabaikannya bukan melupakannya. Aku mengabadikannya dalam untaian kata agar aku tidak terjebak dalam luka yang sama. Karena itu aku menuliskan kisah sedih, bahagia dan kecewa yang kurasa. Yang iyanya memiliki pelajaran yang berharga. Diantaranya adalah jangan berlebihan dalam rasa dan bersikap sewajarnya saja agar luka tak lagi dirasa.

Kini aku menemukan definisi kesuksesan serta bahagiaku yang baru. Kini aku pun  memiliki target yang baru. Itu semua kudapat dari kegiatan menulis yang selama ini kulakukan. Setiap kata memberi pelajaran yang luar biasa. Setiap proses memberikan pengalaman yang tiada duanya. Kini menjadi penulis yang bermanfaat bagi orang lain adalah salah satu kesuksesan yang ingin dicapai. Kini waktu ku terisi dengan kegiatan yang memberi bahagiaku. Menulis benar-benar telah melahirkan aku versi bahagia. Setiap kata yang ada membuat diri lebih menata perbuatan serta kata yang ingin dilontarkan. Kalimat yang ada memberitahu bahwa jangan hidup berlandaskan apa yang mereka katakan. Tapi hiduplah berdasarkan apa yang Tuhan katakan. Semoga aku, kamu, dia, mereka serta kita selalu bahagia.

Dalam hidup ada saat dimana kamu berada dibawah. Dan suatu saat akan kembali lagi ke puncak kehidupan yang ada. Aku pun begitu juga. Meski kini sudah memiliki bahagia yang baru, tetap saja luka tetap ada. Terimakasih untuk diriku atas setiap kata yang memberi bahagia. Selamat untuk para pembaca yang telah bangkit dari luka. Kini aku tahu alasan terakhir mengapa aku terus menulis. Karena aku ingin membagi bahagia yang kupunya. Sederhananya, aku ingin menjadi penulis yang bisa memberi bahagia. Itulah mengapa tangan tak ingin berhenti berkata, pikiran tak ingin berhenti berbicara. Kini kertas dan tinta adalah teman setia yang ada.

Selalu berteman dengan kertas dan tinta menjadi kebiasaan baruku, mengingat setiap peristiwa yang pernah ada menjadi rutinitasku. Hidupku dimulai dengan tangisan tapi harus berakhir dengan kebahagiaan, ini menjadi dasar awal ku bangkit dari keterpurukan dan menjadi alasanku menulis sebuah karya. Berharap tidak ada lagi sakit yang hadir, tidak ada lagi kecewa yang datang dan semua berganti dengan nikmat-Nya yang tiada tara. Apa pun peristiwa yang akan ku lalui nanti semoga didukung semesta.

Dahulu aku mengira bahwa dunia sangat kejam kepadaku, menelantarkan gadis kecil dengan kesedihan yang tidak pernah terbayangkan masa itu, keberadaanya seakan semu, mereka hanya memikirkan bagaimana agar mereka bahagia tanpa memikirkan kebahagiaan sang gadis lugu. Semakin memahami bagaimana dunia ini bekerja, sekarang aku paham bahwa tidak ada yang bisa menciptakan kebahagiaan orang lain kecuali dirinya sendiri.

Tahun sudah berganti, kini aku lebih menikmati hidup tanpa ada tekanan dari siapa saja. Menemukan orang orang dengan latar belakang yang sama, berbincang dengannya berharap ada titik terang di dalamnya. Benar! Kesamaan masa lalu yang kelam memberikan sudut pandang yang berbeda untuk melangkah lebih baik lagi kedepannya. Kini aku tahu apa yang harus dilakukan, menciptakan kebahagiaan bersama orang yang aku cinta dan orang yang mencintaiku. Mengambil kesimpulan bahwa masa lalu yang kelam memberikan peluang untuk masa depan yang cemerlang. Ini kata ku!
Inilah aku wanita yang tidak banyak bicara yang mengungkapkan segala rasa melalui kata yang ada. Sebab, keberadaanku yang semu tapi tidak dengan tulisanku.



Tentang Penulis :

Inilah aku wanita yang tidak banyak bicara yang mengungkapkan segala rasa melalui kata yang ada. Sebab, keberadaanku yang semu tapi tidak dengan tulisanku.


Share:

2 comments :

  1. Masya allah, bagus kak😇
    Semangat lagi ya kk nulis artikel nya😍😍Artikelnya bagus😊

    ReplyDelete
  2. Masya allah, bagus kak😇
    Semangat lagi ya kk nulis artikel nya😍😍Artikelnya bagus😊

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis