LUKISAN WAJAH PEMUDA

106011462_1238077339875334_4409308267444726857_n.jpg
Gambar karya Candra Dwiyanto

Oleh: Sanis Han

1. Mewarisi Zaman
Banyak peristiwa yang terjadi di setiap napas.
Berbahan tegas namun sering banyaknya tak diulas.
Berisi kisah yang banyaknya bertabur resah.
Menabur arti di setiap wajah yang berhati.
Sangat disadari, di setiap langkah mengandung anugerah. 
Pentingnya anugerah untuk diabadikan lintas zaman. 
Tak terhalang masa, kini kupautkan. 
Rekaman langkah teruntuk anak zaman.
-Bandung, 27 Juli 2020

2. Refleksi
Banyak lupa, aku pada ucapan.
Seringlah lalai diri akan perenungan.
Melihat awan, diriku lupa haluan.
Menyisakan sesak hingga badan tak bisa berdiri tegak.
Kini berlalu, hidup diselimuti asap pekat.
Disadarilah kini, pasrah bukan bagian dari bakat.
Kumemulai langkah, walau terasa berat.
Kulukiskan semua pemandangan, agar diri tak berakhir karat.
-Bandung, 28 Juli 2020

3. Sayang
Aku ingin Adinda berjalan terang. 
Tak perlu kembali gamang karena seseorang.
Yang namanya sayang, seseorang tak mungkin menyerang. 
Memadamkan sinar hati, seseorang yang benderang.
Dijumpai sekarang, yang berlalu kembali datang. 
Membawa harapan dan tataan bunga yang terpajang. 
Berjajakan buaian dan janji yang telah dilelang.
Tersenyum riang,
tanpa bukti kepastian,
mengatakan 'sayang',
dan siap diterjang gelombang.
-Bandung, 29 Juli 2020

4. Membingkai Kenangan
Terukir kisah dari setiap langkah.
Mulai dari gundah, hingga rasa lelah.
Semua berpadu melahirkan rasa madu.
Saling berpautan hingga lahir simponi merdu.
Teringat kini, pada sebuah gambaran asa. 
Dahulu kala, diri pernah bermimpi menjadi raksasa.
Memakan segala, dan tak mau pedulikan rasa. 
Diri katakan, "Aku adalah penguasa."
-Bandung, 30 Juli 2020

5. Menembus Batas
Tak mau terjebak karena alasan terkulai. 
Dikerahkan kemampuan hingga disingkap semua tirai. 
Berpacu waktu dengan kondisi yang sedang kaku. 
Membuat diri membatu karena hawa beku. 
Tenaga ini, semuanya telah dikuras. 
Menyisakan kini, sebuah tekad keras. 
Melawan keterbatasan, berharap menembus batas. 
Melahirkan senyuman puas, dan membuang semua lelas.
-Bandung, 31 Juli 2020

6. Kompromi Diri
Sungguhlah heboh pertunjukan dalam benak. 
Semuanya hanya datang, dan tak pernah mau bertolak. 
Mereka mengancam sepi, sehingga ia tak pernah kembali. 
Menyisakan kini, aku seorang diri. 
Menyerbu diriku keramaian tarian kata. 
Mulai dari yang tenang sampai yang paling membuat geram. 
Membuat diri terdiam, karena bicara pun terbata-bata. 
Hingga kutuliskan semua, dan akhirnya bisa meredam.
-Bandung, 01 Agustus 2020

7. Memupuk Keberanian
Sebab diterjang gelombang, seseorang menjadi nanar. 
Dunia yang terciptanya dulu, sekarang tak berputar. 
Meninggalkan tubuh yang kekar, yang sekarang berisi gentar. 
Membuat jasad terdiam hingga hampir ia terlontar. 
Disambutnya fakta, berbagai macam celaan. 
Hanya bersahutan tanpa bisa beri jalan. 
Dibentuknya sikap, ia pilih jalan renungan. 
Ia merangkul tulisan, hingga terpupuk keberanian.
-Bandung, 02 Agustus 2020

8. Mengusir Kantuk
Berjuang tersulit menurutku adalah di masa lapang. Banyak sekali orang berakhir terkulai karena diri terjebak lalai. 
Menyebut diri bersantai namun nyatanya malah terantai. Menjebak waktu, percuma, dan berakhir semu.
Belajar diri akan pegal rasa berjalan. Tak pernah mau menyiakan pengorbanan. 
Diri berjalan walau kantuk sedang menghantam. 
Dipeluk masa lapang, kupadukan dengan lembaran. 
Diusirlah kini kantuk dengan untai tulisan. 
-Bandung, 03 Agustus 2020

9. Membuang Malang
Suatu negeri didatangi gelombang pasang.
Gelombang dibajak, para penumpang terlarang.
Penumpang singgah, disambut para pedagang.
Penumpang disapa, namun berbalas garang.
Diusirlah para pedagang, semua dari lapak. 
Semua telah diancam, hingga mereka harus bertolak. 
Diturutilah mereka paksaan, dengan hati bergejolak. 
Mereka menyambut tulisan, berisikan pesan, teruntuk generasi mendatang,
tak boleh terulang malang. 
-Bandung, 04 Agustus 2020

10. Membangun Edukasi
Berselancar bebas. Di lautan lepas. 
Tanpa komunikasi batas. 
Kewalahanlah para peretas. 
Dijamah kini, seuntai tali prestasi. 
Membangun diri, dengan jari-jemari. 
Dilalui kini, kunci membangun negeri. 
Menebar bibit prestasi hingga meredupkan bibit sensasi.
-Bandung, 05 Agustus 2020
 
Sumber 📷

Tentang Penulis:
Sanis Han, dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia mendalami dunia literasi sejak tanggal 25 April 2020. Makanan kegemarannya adalah yang manis. Senang mendalami bacaan seputar sastra dan kehidupan.
Instagram: @sanis.han


Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis