Oleh: Evi Yuliyanti
Aku sadar akan kapasitas memori ingatanku yang tak bisa menyusun dan menyimpan dengan rapi, apa-apa yang telah aku lalui disetiap episode hidupku.
Dengan menulis merupakan satu langkah kecil untuk aku "Menolak Lupa" apa-apa kejadian berkesan yang pernah terukir, ntah itu sedih ataupun bahagia.
Berawal dari buku diary sederhana waktu SMP, saat aku baca lagi tulisan itu kini membuat aku tertawa kecil banyak hal-hal sepele yang sekarang aku lupa tapi tertulis dalam buku diary.
Sejak usia dini aku telah dikenalkan dengan berbagai macam ilmu, mulai dari menulis, membaca dan lainya. Ntah berapa banyak waktuku yang berlalu sia-sia dan berapa banyak ilmu yang telah aku pelajari namun hilang begitu saja tak berbekas. Aku perlu menulis untuk mengabadikan setiap ilmu yang telah dipelajari dan difahami agar bisa terus diingat hingga akhir hayat bahkan oleh anak cucuku kelak.
Layaknya seperti kata Imam Asy-Syafi'i:
"Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, (tapi) setelah itu engkau tinggalkan terlepas begitu saja."
Dengan menulis tak terbayang derasnya aliran pahala yang mengalir kepada Imam An Nawawi karena Riyaadush Shaalihinnya, Imam Bukhari karena kecemerlangan Ash Shahiihnya, Ibn Al-Jazari dengan kedalaman matan tajwidnya. Seseorang yang menulis, karya-karyanya akan tetap hidup untuk para pembacanya ilmunya abadi bagi setiap mereka yang mengamalkanya meskipun mereka telah tiada.
Pernah ada satu clien kerjaku berpesan
"Evi milikilah hobi yang bisa kamu kembangkan dan kamu enjoy menjalaninya"
Lalu aku berfikir hobi apa?
Kuliner dan sharing ilmu memasak
Traveling dan membuat jurnal perjalanan
Menggambar dan menjadi desain interior
Ahh semuanya perlu biaya dan kondisi keuanganku belum stabil, apalah aku anak muda yang baru ingin berproses dalam dunia kerja.
Tanpa sadar tanganku sedang memegang buku bacaan dan idepun mulaiku dapat. Aku suka membaca novel, story-telling dan short-story kenapa aku tidak mulai menulis ?
Isi kepala berkata : Aku harus menulis apa ?
Skill menulisku dan ilmu menulisku tidak begitu baik !
Dan hatiku berkata "Mulai aja dulu, Tulis aja dulu"
Sometimes kita memang perlu mendengarkan kata hati karena dari situ kita akan menemukan kenyamanan, setelah itu terbukalah satu persatu jalan untuk bisa menulis hingga akhirnya tulisan-tulisan itu terbit dalam buku-buku antologi dan harapanya semoga segera memiliki karya buku solo.
Tentang sahabat, siapa sih yang gak punya sahabat. Pasti setiap dari kita memiliki kisah tentang sahabat.
Aku yang sejak 8 tahun lalu hidup diperantauan dari luar kota, luar negeri dan sekarang diluar kota lagi menjadikan menulis sebagai sahabat terbaik karena denganya aku bebas mengungkapkan rasa (Rindu, Kecewa serta Bahagia) ditemani dengan satu cup coffe hangat membuatku lebih tenang dari luka yang sedang menganga didalam jiwa.
Menceritakan apa yang sedang dirasakan kepada sahabat memang melegakan, tapi tidak semua sahabat bisa menjadi pendengar yang baik disaat kita bercerita karena memang setiap diri kita memiliki kesibukan masing-masing dan mood yang berubah-rubah.
Dengan menulis apapun bisa kau ceritakan tanpa takut bukunya bad mood mungkin hanya tinta kita saja yang habis karena seringnya nulis hehe.
Pernah gak sih kalian kecewa saat sedang bercerita ?
Ehh tadi aku ngomongnya salah egak sih ?
Kok respon dia gitu ya saat aku bercerita ?
Bercerita yang katanya akan melegakan perasaan, ini malah nambah beban perasaan.
Saat bercerita kebanyakan teman hanya merespon "oh.. sabar yaaa, yang kuatyaa, iya aku ngerti kok apa yang kamu rasain and more"
Jarang saat bercerita menemukan pendengar yang baik dan solusi tepat.
Hingga aku berfikir !
Siapa sih aku ? Kok ingin ceritanya didengar ?
Aku bukan siapa-siapa, wajar jika ceritaku hanya hal sepele bagi mereka walau sebenernya berat untukku, serius untukku. Sudahlah Aku tak memiliki banyak senjata untuk melawan rumitnya isi kepala yang terkadang membuatku susah tidur,
Aku hanya mampu menuangkan kata melalui aksara yang membuatku bebas berargumen dengan kondisi saat ini, bebas berimajinasi menuju masa depan impian dan menyelami masa lalu hingga terciptanya puisi.
Kadang setelah rangkaian kata itu memenuhi lembaran kertas kosongku, telah menjadi satu file difolder laptop pribadiku dan menjadi caption dimedia sosialku. Ehh tulisanku lumayan juga yaa ehehe dan beberapa komen positif dari teman-teman dimedia socialku.
"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." (Sayyid-Quthb)
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah" -Pramoedya Ananta Toer-
Aku tahu hidup ini teramat singkat jika harus terus meratapi ujian-ujian yang Allah berikan. Maka aku ingin memiliki episode hidup yang berbeda, menulis dan menebarkan kebermanfaatan menjadi bagian dari sejarah dan apa-apa yang telah berlalu.
Semua orang memiliki peran masing-masing dalam menjalani kehidupan. Aku memilih menulis untuk tidak sekedar hidup namun mampu mengutarakan pendapat, memberikan solusi, berbagi ilmu, hikmah dan imajinasi yang tidak akan habis ditelan waktu ataupun lupa karena itu salah satu sifat manusia.
Raga ini mungkin tak selalu ada membersamai untuk melakukan kebaikan
Tangan ini mungkin tak selalu ada untuk bergandeng dalam kebaikan
Namun melalui tulisan aku ingin selalu berperan untuk terus berbagi kebaikan, melalui pemikiran, wawasan dan sedikit ilmu yg bisa dishare melalui rangkaian aksara.
Jika gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkan belang
Aku ingin kelak jika aku telah tiada namun tulisan-tulisanku tetap hidup mengalirkan kebaikan.
Dalam sendiriku, menulis adalah hal paling nyaman yang aku lakukan
Bersama kertas putih dan tinta sebagai sahabat setia
Mengungkapkan semua yang dirasa melalui rangkaian aksara dan menyembuhkan luka tanpa bersuara
Yaa aku si Introvert yang sulit akrab dan sulit bergaul dengan orang-orang baru
Pengalaman mengajarkanku untuk terus mandiri, menjadi diri sendiri dan tidak hidup bergantung dengan orang lain karena bayangan diri sendiripun meninggalkan kita disaat gelap.
Apa Mimpimu ?
Hingga kini aku tak memiliki jawaban khusus untuk spesifikasi apa mimpiku
Setiap waktu mimpiku berubah juga bertambah menyesuaikan wawasan tepatnya.
Salah satunya adalah Memiliki Perpustakaan Umum khususnya didesa-desa tertinggal. Kenapa, karena aku ingin kemudahan mengakses ilmu untuk anak-anak desa agar kelak mereka bisa membangun desa dan memberi perubahan positif tentunya
Bukan hanya itu, selain buku-buku dari sastrawan-satrawan hebat Indonesia juga Dunia aku ingin terselip karya-karyaku didalamnya.
Sebagai contoh bahwa anak desa berhak berkarya dan mendunia, Insya Allah.
Al-qur'an yang tercipta ribuan tahu lalu, tapi masih bisa kita baca hingga saat ini.
Al-Qur'an yang masih terjaga ayat-ayatnya karena dibukukan, atas kehendak Allah. Sunnah dan perkataan ulama terdahulu pun sampai kepada kita karena dibukukan. Begitu banyak kisah indah penuh hikmah yang tersebar melalui tulisan.
Dalam Al-Qalam Ayat Pertama artinya berbunyi :
"Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan"
Bahkan Allah menyampaikan risalah sucinya melalui perantara tulisan. Sejak jaman dulu (Kuno) hingga kini (Modern) setiap hari kita perlu tulisan.
Media social pun yang kini dianggap kekinian setiap partnya mengharuskan kita menulis. "Facebook" Apa yang kamu fikirkan? "Instagram" Perlu caption walau hanya satu kata dan "Youtube" Perlu judul dengan tulisan yang menarik agar penonton tertarik.
Untukku, tidak ada alasan lagi untuk tidak menulis.
Tentang Penulis
Aku adalah seorang pemuda dari daerah Lampung yang berdarah Jawa dan Palembang. Aku tidak pandai dalam hal apapun, namun saya senang mempelajari apapun. Saya seorang introvert tapi bukan anti-social. Saya hanya selektif dalam bersosial. ( @eviyuliyanti17 )
Hobi kakak murah, tapi gak murahan yaa kak,, semangat terus berkarya,, 😊🍀
ReplyDeleteBtw, mungkin kakak ambivert seperti saya,, 😊🍀 rasa seperti introvert tapi juga tidak anti-social 😊🍀
Salam dari anak bawang 🤭🤭🤭
#MengingatiNiatMenulis
http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/mengingati-niat-menulis.html?m=1