Alasanku Berkawan Pena


Oleh : Kayyisahaura

Islam lekat dengan tulisan, sebagaimana kitab lauhul mahfudz yang berisikan sebuah tulisan takdir setiap insan. Tidak hanya itu, cacatan para malaikat pun berisikan setiap tulisan aktivitas yang dilakukan.

Tanpa tulisan, tidaklah mungkin kitab suci al-Quran bisa menjadi rujukan dengan keabsahannya dijamin oleh Allah hingga akhir zaman. tanpa tulisan mungkinkah sabda Rasulullah bisa menjadi pedoman hingga sekarang? Yang dengannya kita masih tetap bisa berada dalam lingkaran kasih sayang yang tak terbilang. 

Tanpa tulisan tidaklah mungkin kata-kata bijak para sahabat bisa kini berdiam dalam setiap hati yang tersentuh dengan keindahan. Karena ini sayapun ingin membumikan kebaikan dengan tulisan. 

Imam Al-Ghazali mengatakan "Jika kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka menulislah."
Saya bukan keduanya, bukan anak dari seorang raja apalagi anak seorang ulama. Inilah menjadi alasan kenapa saya ingin menjadi seorang penulis.

Meski tak dikenal sebagai anak dari yang terkemuka, tapi dengan menulis akan menjadikan tuannya mendunia. Sebagai modal menebar benih-benih kebaikan pada hati pembaca. Yang akan terus tumbuh meski tuannya telah berkalang tanah. Hingga pada akhirnya bisa menjadi anak –anak tangga yang didaki menuju level tertinggi di sisi Sang Ilahi. 

Berkarya adalah upaya memanjangkan usia. Ada banyak karya-karya para assabiqunal awwalun yang hidup hingga sekarang. 

Karena periwayatnyalah menjadi cahaya di tengah gulita sehingga Imam Bukhari akrab dengan amalan sehari-hari umat Rasulullah.Padahal beliau telah di bawah tanah. Tapi karena karya yang ditinggalkan membuatnya hingga saat ini seolah masih berada di atas tanah. Akupun ingin demikian, meski kelak telah tiba waktu menghadap Rabbi, tapi ada karyaku yang tertinggal tumbuh dan senantiasa bersemi di hati-hati yang menikmati. 
Jadi alasanku menulis adalah ingin berumur dunia. 

Saya pernah baca sebuah tulisan "tinggalin karya sebelum tinggalin dunia". Ini menghentak hati saya untuk mengambil peran dalam drama yang tidak pernah diketahui endingnya kapan. Hidup akan biasa saja jika hanya menjadi team tepuk tangan untuk mereka yang berani berperan. 
Pujian pun dilimpahkan, tidak hanya dari penduduk bumi tapi juga di kalangan penghuni langit riuh dibincangkan. Mereka itu adalah yang kakinya masih berpijak di bumi tapi karyanya menjadi sayap untuknya melangit.

Jejak-jejak tinta senantiasa memijaki bumi meski tuannya telah kembali. Setiap goresan kebaikan akan selalu membekas meski telah berpindah dimensi. Inilah sebongkah karya persembahan dari hati untuk bumi. 

Menulis juga bisa menghipnotis kepala pembaca, dengannya mudah untuk mengusung peradaban dengan tinta. Sayyid Quthb pernah berkata bahwa, "Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." 
Untuk mencapai sebuah kejayaan setiap manusia harus satu dalam pemahaman. Dengan menulis, sebagai cara untuk menjadi pejuang kebenaran. Menebarkan, menanamkan, membumikan hingga tumbuh subur kokoh tertanam. Sehingga peradaban tidak akan menjadi sebuah angan. Karena ada kita yang mampu mewujudkan. 

Karena setiap tetesan tinta yang dituangkan ada ruh yang turut menyelam, sehingga tulisan akan mudah tersampaikan. Ibarat mata, pena akan memperlihatkan sebuah kejayaan.
Menjadi salah satu alasan menulis adalah menjadikan tulisan sebagai gawai untuk berdakwah. Menyampaikan kabar gembira untuk mereka yang taat.
Menyampaikan kabar duka bagi mereka yang bermaksiat. 

Niat ini menuntut saya untuk terus belajar sebelum menebar. Mengambil referensi dari wahyu bukan dari nafsu. 
Karena membaca dan menulis itu terikat. Agar menjadi penulis yang baik senantiasa menulis penuh manfaat. 
Menanamkan faedah kepada para pembaca. Menumbuhkan kebaikan untuk semua. Membuahkan pahala jariyah. Itulah yang menjadi tujuan utama. Karena bersama menjadi baik lebih baik. 

Menulis bisa menjadi pekerjaan mulia, disaat apa yang dituliskan bisa bermanfaat untuk diri dan juga orang di sekitar kita. Bisa mengambil ibrah dari tulisan yang kita tuangkan menjadi bonus berharga. 

Menulis juga menjadi metode mengakrabkan diri dengan orang lain. Saat mereka membaca tulisan kita seakan sedang berusaha untuk mengenali penulisnya. 
Maka menjadi penulis yang baik, senantiasa menuangkan nilai-nilai yang membangun untuk para pembaca harus menjadi alasan. Kita tidak pernah tau tulisan mana yang menjadikan pembaca merasa tersindir untuk menjadi prbadi yang lebih baik. 

Disaat orang lain sudah merasa membutuhkan asupan yang terkandung dalam setiap tulisan kita. Maka sungguh sangat mudah bagi kita memungut pahala. Selama apa yang dituliskan membuat para pembaca semakin mendekat pada-Nya. 

Karena suatu tulisan menggambarkan diri seorang penulisnya, maka jadilah kita seorang penulis yang baik. 

Alasan lainnya menjadi penulis adalah ingin berbicara dengan semua orang. Menyampaikan sebuah pesan yang terkadang sulit dilisankan. Menduniakan pemahaman yang mendiami kepala. 
Bercengkrama dengan semua orang meski terkadang tidak ada jawaban. Yang terpenting adalah hal-hal yang ingin disampaikan bisa tertanam. Menulis menjadi pekerjaan yang menyenangkan meski uang bukanlah menjadi tujuan. Karena sebaik-baik balasan atas tulisan yang disebarkan hanyalah dari Sang Ar-Rahman.

Dan menjadi alasan saya menulis adalah, saya bukan pengingat yang baik. Ibu saya seorang pedagang terkadang ada yang bon. Kalau hanya catat diingatan pasti hilang. Makanya saya menuliskan. Pun ide yang mampir di kepala, akan cepat hilang jika tidak dituliskan. Untuknya menulis adalah ikhtiar terbaik untuk tidak mudah melupakan. Karena kerap kali ide yang singgah cepat sekali pergi dan tidak mampir yang kedua kali. 

Bagiku menulis itu menyenangkan, adalah proses transisi isi hati menjadi sebuah karya. Intinya apapun itu semoga adalah bentuk pendekatan diri pada-Nya. Ingin berbagi segala pengalaman, degannya akan membuat kepalaku fresh. 

Melahirkan ide-ide baru mengenai suatu hal dan menuangkanannya dalan tulisan adalah pekerjaan yang menyenangkan. 

"Tetaplah menulis selama itu perihal kebaikan. Menjadikan setiap tinta sebagai anak tangga meraih keridaan. Hingga diberhentikan pada sebuah perjumpaan. Dengan Dia yang menjadi alasan kita menulis kebaikan."

Selamat berkarya, membumikan kebaikan dengan tinta. Mewujudkan peradaban dengan pena. Menjadi sebaik-baik persembahan cinta dari penulisnya.

Salam literasi 



Bionarasi : Assalamu'alaikum perkenalkan nama penaku adalah Kayyisahaura. Lahir pada tanggal 26 Desember 1999 di desa Poreang, Sulawesi selatan. Adalah anak pertama dari dua bersaudara. Menjadi salah satu crew media pada Lembaga Dakwah Kampus IAIN Palopo. Untuk lebih kenalnya, bisa hubungi instagramnya atas nama @kayyisa.haura. 


Share:

6 comments :

  1. Masya Allah, Semangat terus yah Kayyisa Haura. Tulisan anda udah jadi penyemangat buat nulis kebaikan. Terimakasih telah menghasilkan tulisan yang bermanfaat 🌹🌹

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah. Semangat kak terus kakk🔥
    (Biru)

    ReplyDelete
  3. Ini baru mukadimah alasan menulis, tulisan sesungguhnya in syaa Allah lebih hebat dan berisi lagi, ya, Kayyisa Haura. Ganbatte! ^^ <3

    ReplyDelete

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis