Oleh: Lutfia
Menulis adalah salah satu aktivitas yang saya lakukan dengan sepenuh hati. Mengapa demikian? Karena ketika menulis, saya bisa menuangkan segala kejujuran perasaan saya pada setiap kata yang muncul dari benak saya untuk dirangkai sedemikian rupa.
Jika segala hal di dunia ini membutuhkan alasan, maka menulis pun tidak terkecuali. Di bawah ini saya akan menjelaskan beberapa alasan mengapa saya menulis. Saya akan menunjukkan betapa menyenangkannya aktivitas menulis itu bagi saya atau bahkan bagi teman-teman sekalian.
1. Bahagia
Katanya bahagia itu sederhana. Saya pun setuju. Saya menemukan kebahagiaan yang sederhana itu ketika sedang menulis. Benak saya bekerja dan berkeliaran dalam ingatan-ingatan akan segala kenangan atau pun imajinasi yang saya ciptakan sendiri. Lalu saya hanyut dalam rangkaian kata yang saya susun dengan perasaan bahagia. Benar, bahagia saya memang sesederhana itu.
2. Belajar untuk menulis dan menulis untuk belajar
Banyak hal yang tiba-tiba menjadi suatu kebiasaan ketika saya menulis, misalnya saya selalu berusaha menambah kosa kata saya dalam setiap harinya di mana hal ini sangat membantu saya sebagai seorang pelajar.
Tidak hanya itu, saya juga banyak belajar untuk menata kalimat saya agar tidak menyinggung siapa pun. Karena ketika menulis, saya juga memosisikan diri sebagai pembaca. Satu hal penting yang saya pelajari ketika saya menulis, yaitu saya belajar memahami banyak hal dari berbagai perspektif, sehingga saya tidak hanya terpaku dengan opini saya atau satu pihak saja. Saya menjadi sadar bahwa ketika menulis saya tidak hanya belajar untuk menulis, tetapi juga menulis untuk belajar.
3. Menemukan kebebasan
Sering kali saya berada di sebuah titik di mana saya merasa terkungkung oleh rasa jenuh di tengah keramaian. Tidak, saya tidak pernah memilih untuk diam. Saya juga ingin mengisi ruangan dengan suara saya dan berbaur dengan teman yang lainnya. Namun, saya tidak bisa. Lebih tepatnya saya tidak berani.
Ketika saya mencoba mendekatkan diri dan berbicara, berkali-kali saya mengurungkan niat saya karena khawatir salah berucap atau berbicara. Alhasil, banyak kata yang tidak sempat saya ungkapkan ketika melihat beberapa hal yang sejujurnya ingin sekali saya beri komentar.
Dengan menulis, saya bisa menjadi apa adanya saya. Seperti alasan saya yang kedua, yaitu ketika menulis saya bisa belajar menata kalimat saya sehingga saya bisa berbicara dengan santun.
4. Teman berkelana
Kita tahu bahwa hidup tidak pernah lepas dari pulang dan pergi. Berkelana, begitu saya menyebutnya. Satu tempat saja selalu terasa mempunyai makna dan cerita, sehingga rasanya sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Dengan menulis, saya bisa menemukan saksi atas segala kisah di setiap jejak langkah yang telah saya lewati. Kapan pun saya bisa mengingat kembali kenangan-kenangan itu hanya dengan membaca tulisan saya kembali. Sungguh kedahsyatan dari sebuah tulisan, ketika semua hal tidak ada yang abadi, maka tulisan adalah satu-satunya pengecualian.
5. Cita dan cinta
Saya selalu bermimpi bahwa kelak akan menjadi seorang penulis. Rasa kagum saya begitu kuat setiap melihat para penulis hebat yang menginspirasi orang banyak. Saya berpikir bahwa akan menyenangkan menjadi sosok yang selalu hidup di dalam karyanya.
Namun, terkadang saya merasa bimbang. Bukankah hidup itu tentang persiapan? Jika saya menjadikan penulis hanya sebagai cita-cita, bisa saja kelak saya berhenti menulis ketika saya tidak mencapainya.
Maka saya memutuskan untuk tidak hanya menempatkan penulis sebagai cita, tetapi juga menjadikannya sebagai cinta yang akan selalu setia merekam jejak kisah hidup saya. Karena sejatinya, saya sudah menjadi penulis untuk cerita hidup saya sendiri.
6. Berbagi
Sama halnya dengan amal, menurut saya tulisan yang kita publikasikan adalah tanggung jawab kita. Tulisan itu mahal, untaian kata demi kata itu lahir dari ide-ide segar dan kreativitas penulisnya.
Selain berbagi pengalaman atau alur cerita yang sekiranya bisa menjadi pelipur lara bagi pembaca, saya juga ingin tulisan saya mengandung hikmah yang bisa dipetik. Agar tulisan saya bermanfaat dan agar saya mendapatkan pahala sebagai bekal di akhirat.
Maka dari itu, saya memutuskan untuk berbagi kebaikan melalui tulisan kepada khalayak ramai. Bukankah penulis yang baik itu adalah penulis yang menyajikan bacaan yang baik untuk pembacanya?
7. Bermain rasa
Rasa menjadi nyawa dari sebuah tulisan, khususnya untuk tulisan dengan genre fiksi. Bisa dibilang menulis itu tentang bermain rasa, karena dengan melibatkan rasa maka sebuah tulisan menjadi hidup.
Kita ambil contoh ketika membuat puisi.
Seorang penulis akan membuat pembaca terbawa suasana sesuai dengan tema, misalnya temanya adalah duka lara kehidupan. Maka, penulis akan berusaha membuat hati pembaca merasa tersayat-sayat karena begitu dalam maknanya.
Jadi menurut saya bermain rasa itu boleh-boleh saja, asal pada tempatnya. Syukur-syukur jika kita mampu menghibur dan memikat hati pembaca karena hidupnya rasa di dalam cerita.
8. Berkarya
Akhir-akhir ini saya mencoba memberanikan diri mengikuti beberapa lomba dalam dunia kepenulisan. Beberapa kali karya saya lolos dan beberapa kali karya saya masih perlu ditingkatkan. Ini bukan tentang keberhasilan atau suatu kegagalan, karena yang pasti apa pun hasil dari segala hal yang diperjuangkan tidak pernah membuat kita untuk berhenti belajar.
Saya juga selalu berusaha agar ketulusan saya dalam menulis tidak ternodai oleh hal apa pun. Karena tujuan menulis saya hanya satu, yaitu menciptakan karya abadi yang menginspirasi orang banyak sehingga kelak akan selalu ada yang mengirimkan saya doa ketika saya tidak lagi berada di dunia.
9. Dua puluh empat jam yang bermakna
Waktu senggang selalu menjadi tantangan bagi saya. Sering kali saya merasa tidak memiliki aktivitas yang bisa dilakukan, sedangkan saya ingin selalu produktif.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin saya lakukan, tapi keadaan selalu mempunyai cara untuk berpikir lebih.
"Apa yang bisa saya lakukan? Ke mana saya harus arahkan ide-ide yang berkeliaran di dalam benak saya?" Pertanyaan itu selalu muncul di benak saya yang berhasil membuat perasaan saya gundah.
Sampai saya berada di sebuah titik di mana saya mencurahkan keresahan hati saya melalui tulisan. Lalu keinginan untuk terus menulis semakin berkembang untuk dijadikan sebuah karya. Hal itu terus berlangsung hingga saya menyadari bahwa dua puluh empat jam saya terasa bermakna.
10. Teman menulis
Alasan ini adalah alasan yang akan menjadi penutup karena hal ini yang membuat dunia kepenulisan semakin terasa asyik dan menarik. Rasanya selalu menyenangkan ketika berkenalan dengan teman-teman yang pola pikirnya sama, saling mendukung, dan yang pasti bercita-cita yang serupa yaitu menjadi seorang penulis.
Teruntuk teman-teman menulis saya di mana pun kalian berada, terima kasih karena sudah saling mendukung sekaligus merangkul. Jujur, rangkulan tidak kasat mata itu terasa sangat nyata bagi saya.
Mari kita bersama-sama mewujudkan impian kita dengan melahirkan karya-karya yang bermanfaat untuk orang banyak.
Terima kasih @ruang_nulis karena telah mempertemukan kami dengan teman-teman se-frekuensi. Semoga kita selalu konsisten dalam menulis. Salam literasi!
Jeddah, 8 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Lutfia, perempuan yang hobi menulis ini lahir pada tanggal 20 Februari 2001 di kota Jeddah, Arab Saudi. Ia berasal dari Madura, Jawa Timur. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di SILN Sekolah Indonesia Jeddah. Jika ingin mengenalnya, silakan hubungi akun instagram @lutfia20__.
Haiii, semangatt! ❤
ReplyDeleteSemangat!❤️
ReplyDeleteWah hebat anak SILN. Anakku alumni SIN DHG.
ReplyDeletehttp://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html
Wahhh hebatt kakakk
ReplyDelete