Alasan Aku Menulis_Dewi Pertiwi


Oleh : Dewi Pertiwi

 

Setiap penulis memiliki alasan sendiri mengapa mereka menulis, bahkan menjadikan menulis menjadi passion dalam hidupnya. Dan akupun memiliki alasan sendiri untuk itu. Sepuluh alasan mengapa aku menulis adalah:

  1. Karena Aku Seorang Perempuan

Perempuan memiliki bakat berkata dan berbicara lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan suka bercerita, meski kenyataannya tak semua laki-laki suka mendengarkan. Ada banyak kata yang harus disalurkannya setiap hari, yang jika dipendam, sebetulnya tak mengapa. Namun sepertinya hormon oksitoksin lebih banyak berproduksi apabila perempuan melahirkan banyak kata tiap harinya.

Iya, bercerita apa saja. Bercerita apa yang dilihat dan dirasakannya seharian. Bercerita apa yang didengarkan dan dihayatinya sejak pagi hingga menutup hari. Dan karena aku seorang perempuan, aku suka bercerita. Namun kata-kataku lebih suka kutuangkan dalam tulisan. Tak semua orang suka mendengar dan membaca. Tapi aku yakin, akan selalu ada sosok yang menerima.


  1. Lebih Mudah Mengutarakan Cinta

Ini salah satu caraku mengutarakan cinta pada yang tercinta.

Kita cuma saling diam di meja makan, sesekali menatap sambil tersenyum. Kau dengan sepotong roti dan secangkir kopi. Sedangkan aku dengan sepiring nasi gurih serta segelas air putih. Kita sungguh punya kebiasaan berbeda, namun kita berusaha untuk tetap mengabaikannya.

Di pagi yang gerimis, aku mengutarakan beberapa kalimat. Kau hanya tersipu, meski pipimu tak mungkin merona, tapi jelas kau jadi salah tingkah. Dan aku menikmatinya. Memberimu kata-kata cinta adalah perhatian yang harus kubiasakan.

Di meja kerjaku, aku melihat sebuah senyuman, yang dari kejauhan kukhayalkan lewat mata terpejam. Sebuah kertas berwarna merah muda ditanganmu, bukan bertuliskan apa-apa. Karena isinya hanya "I Love You".


  1. Mengisi Sepi

Aku kesepian? Hoaks sepertinya. Mana ada seorang ibu yang kesepian, jika punya anak lelaki berusia hampir empat tahun yang sedang aktif-aktifnya. Satu-satunya waktu yang tenang di rumah hanya ketika dia tidur.

Tapi, apa sebetulnya makna sepi? Sebagian orang mungkin merasa kesepian, sebagian yang lain mungkin memilih sepi. Betapa banyak yang mengeluhkan sendiri di tengah keramaian dan merasa berteman meski saat sendirian. Jadi, mungkin itu hanya persepsi.

Bagiku, menulis adalah agenda full faedah untuk mengisi sepi. Dan aku sepakat menulis juga pilihan terbaik daripada chat kawan untuk menggibah sana sini.

Aku, ibu anak satu, yang suka sepi meski tak pernah kesepian.


  1. Meninggalkan Jejak

Tak ada yang lebih manis daripada sebuah kenangan, kalau mungkin ada, pasti itu kamu. Iya, kamu yang selalu kutuliskan dengan sengaja untuk meninggalkan jejak - jejak kerinduan yang jelas cuma aku dan kamu yang tau rasanya.

Saat kita melangkah ke depan, cukup sesekali saja melihat ke belakang, membaca kembali catatan-catatan bernama pengalaman. Meski mungkin tak semua pelajaran tertulis dalam kertas kehidupan. Kita masih bisa bertanya pada hati dan pikiran tiap akan mengambil keputusan. Katanya, orang bijak pasti akan belajar dari masa lalu.

Lalu, mengapa aku terus menulis tentangku, tentangmu, tentang kita? Hmm. Aku hanya ingin kita hidup selamanya, meskipun hanya dalam sebuah cerita.


  1. Memeluk Harapan

Diantara harapan dan doa-doa manusia, sebagian ada yang tertunaikan, sebagian ada yang tertunda, sebagian ada yang digantikan dengan yang lebih baik. Begitupun manusia, si pemilik harap dan doa, ada yang bersyukur, ada yang bersabar, ada yang tak peduli, ada yang pasrah, ada pula yang menyerah.

Katanya, harapan dan doa-doa kita akan makin terarah, terkoordinir secara baik jika kita menuliskannya. Semakin sering kita tuliskan, semakin kita ingat bahwa ada mimpi-mimpi yang menanti untuk dijemput dan diwujudkan. Dan seharusnya, akan semakin semangat pula kita menjalani hidup, mensyukuri apa yang telah diberi dan bersabar untuk apa yang dinanti. Hidup sungguh penuh kejutan, dan kita selalu bisa untuk memeluk harapan.


  1. Menuangkan Emosi

Dibuat marah?

Dibuat kesal?

Dibuat kecewa?

Sedih pasti iya. Ingin balas juga mungkin. Tapi, menurut Hadits Riwayat Al Bukhari, "Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya di saat marah."

Nah, salah satu cara ampuh menuangkan emosi saat marah adalah menulis. Gak percaya? Coba dululah. Sudah sejak remaja hingga sekarang aku menerapkannya. Pernah marah? Pernah dong, tapi aku selalu mencoba agar tak kebablasan sampai menyinggung hati orang. Yuk nulis.


  1. Berbagi

Meski kadang aku merasa bahwa tulisan yang kutulis adalah sampah. Tapi dengannya, aku dengan mudah berbagi apa saja. Emosi, kebahagiaan dan pengalaman yang kutemukan sendiri atau belajar dari orang lain, atau dari buku yang kubaca, atau dari kisah yang kudengar. Apa saja, yang bisa dipetik hikmahnya.


  1. Suka

Jika sebagian orang menghabiskan waktunya untuk main game, masak, olah raga, travelling, fotografi, dan sebagainya. Maka dari kecil saat ditanya sukanya kegiatan apa, aku akan jawab, "menulis dan membaca".


  1. Dokumentasi Ide

Ada banyak hal yang sebaiknya dipendam sendirian, dan banyak pula hal yang sebaiknya dibagikan. Sebagai seorang pelupa, kadangkala aku merasa perlu mendokumentasikan ide lewat tulisan. Meski kadang orang sering salah mengartikan, mana nyata, mana khayalan. Aku tak peduli, karena banyak mata yang membaca, tentu isi kepala masing-masing akan mengartikan berbeda. Imajinasi penulis, bisa saja menjadi dunia nyata bagi sebagian orang, bisa saja menjadi hiburan bagi yang lain, dan bisa menjadi kesedihan bagi yang lain pula. Itu resiko yang kuambil. Dimanapun tulisan itu didokumentasikan, akan lebih baik jika mengambil hikmah dari "apa yang ditulis", bukan mendikte "siapa yang menulis".


  1. Komunikasi

Di dunia ini, ada orang-orang yang dengan mudah dapat mengungkapkan perasaannya lewat lisan, namun ada pula yang merasa sungkan. Biasanya ada yang memendam, ada pula yang menitipkan pesan lewat tulisan. Katanya, tulislah dari hati, agar pesannya sampai juga ke hati. Komunikasi bukan hal mudah bagi semua orang. Karena itu, mungkin tak ada salahnya jika saling berinteraksi lewat tulisan.


 

Tentang Penulis:

Penulis bernama Dewi Pertiwi, adalah seorang perempuan kelahiran Oktober 1990 yang saat ini memiliki kesibukan sebagai ibu dan juga dosen di salah satu PTN di kota Medan. Di sela-sela kesibukan, masih saja menyalurkan hobi untuk menulis, baik fiksi maupun non fiksi. Penulis dapat ditemui pada IG @pertiwidewi710.


Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis