Alasan Aku Menulis Oleh Ai Fitri Nurlatifah




Oleh : Ai Fitri Nurlatifah 

 

1.       Ingin Menjadi Diri Sendiri

Selamat datang di dunia penaku. Senjata ampuh untuk menceritakan banyak rasa yang tak bisa dikatakan. Tempat melindungi maksud hati yang tak sanggup dijelaskan. Tulisan. Storage terapih yang bisa menampung banyak emosi. Beragam cerita dalam diksi dan juga hiperbola kata-kata.

Kamu tahu apa yang paling menyenangkan ketika menulis? Aku bisa menjadi diriku apa adanya tanpa perlu cemas maksud hati akan disalah fahami. Aku juga bisa memilih bahasa indah mana yang akan aku pilih sebagai pelengkap rasa.

Selain itu, esensi paling penting dari menulis adalah, aku bisa berbagi apa saja tanpa mesti raga berada disana.  Lalu, semoga bisa diambil hikmah dan pelajaran didalamnya.

2.       Ingin Memperlambat Proses Lupa

Aku menyadari bahwa setiap detik dan menit kedepan akan menjadi masa lalu. Pun memahami bahwa kemarin tak akan bisa diulang. Di sekumpulan waktu tersebut sudah barang tentu terdiri dari beragam cerita, ingatan, moment penting, tugas-tugas, pertemuan, perpisahan, kedatangan, kematian, pengajaran, pengalaman serta hal lain dan tak mampu diingat runut seperti kejadiannya satu persatu.

Menulis adalah cara memperlambat proses lupa pada hal-hal diatas. Merangkum seluruh kejadian, agar pada saat dibutuhkan, aku akan belajar memilih hal-hal mana yang harus terus diingat juga hal-hal mana yang semestinya dibuang dan dilupakan. Tulisan adalah cara tumbuh agar lebih bijaksana dalam konteks tindakan spiritual dan juga intelektual.

3.       Ingin Mengambil Peran

Bangsa Yunani diakui sebagai kawasan peradaban dunia. Tahu sebabnya? Karena seluruh tulisan dari ilmu pengetahuan, sains dan filsafat berasal dari sana.

Hampir semua istilah-istilah berasal dari Yunani. Tahu kenapa? Karena cendekiawan, orang pintar penghasil tulisan dari penggagas sains dan penemuan baru lahir disana.

Pernah dengar, Pytagoras, Aristoteles, Herodotus, Socrates dan Plato, Hippocrates, Geometri? Tentu tulisannya tak asing kita baca tersebar diberbagai pelajaran.

Juga, alasan mengapa Yunani disegani sebagai kawasan peradaban dunia adalah karena banyaknya tulisan-tulisan. Lalu mengapa aku menulis? Karena ingin mengambil peran.

4.  Ingin Berkontribusi

Jauh sebelum itu. Melalui tradisi tulis menulis, peradaban islam berada pada puncak kejayaannya di masa Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M). Dimasa ini, sudah ada proses terjemah ilmu dari bahasa Yunani. Dimasa ini pula, pusat pendidikan formal dan masjid-masjid mulai didirikan. Dimasa itu seluruh tulisan dihargai emas sejumlah beratnya yang ditulis.

Aku memahami bahwa tulis menulis adalah pekerjaan dan warisan para salafus shalih (para pendahulu dan orang-orang shalih) dimana karya dan buku-bukunya bisa dinikmati sampai hari ini. Mereka sudah tidak ada dibumi yang sama, namun pemikirannya masih dipelajari banyak orang tersebar diseluruh penjuru dunia.

Dan aku mulai menulis, karena ingin menjadi salah satu dari mereka. Sekalipun tulisanku masih sangat sederhana. Kedepan ingin berkontribusi, membuat tulisan yang membuka cakrawala lalu mampu mengubah dunia.

5.       Ingin Rekam Memori

Beberapa ahli bilang, rata-rata kurang dari 10 ingatan yang masuk ke short term memories akan hilang dalam 20-30 detik.

Padahal setiap detik dan menit waktu adalah kumpulan pengalaman dari berbagai takdir yang berbeda serta ujian hidup yang tak sama.

Seringkali, pada saat aku jatuh diwaktu yang berbeda, aku lupa caranya bertahan dalam prasangka baik serta emosi penuh syukur.

Dan aku menulis agar menjadi rekaman untuk setiap jejak yang dibuat namun seringkali dilupakan, sengaja atau seiring berjalannya waktu.

Rekaman yang akan selalu kujadikan pelajaran untuk menjadi pribadi yang semakin baik dan bijak dari sebelumnya.

6.       Memelihara Waktu

Pernah dengar Ibnu Jarir Ath-thobari? Mufasir hebat yang melahirkan karya besar Tafsir Ath-Thobari. Dalam kitab Kunuzul Azdad diceritakan bahwa beliau tidak pernah melewatkan satu menitpun waktunya kecuali untuk hal bermanfaat atau memberikan manfaat untuk orang lain.

Pada satu jam bahkan kurang menjelang kematiannya, dan dalam keadaan sakit beliau masih meminta lembaran kertas serta pena untuk menulis. Sekalipun sahabatnya sempat protes, Beliau mengatakan bahwa tugas manusia belajar dan menuliskan ilmu itu sampai ujung ajalnya.

Rupanya aku telah menemukan inspirator yang tepat sehingga aku tergerak untuk memelihara waktuku ketika senggang dengan menulis dan belajar penuh semangat.

7.       Ingin Berterimakasih

Menulis adalah cara mengungkapkan banyak hal tanpa perlu bersuara. Salah satunya adalah cara aku bersyukur dan berterima kasih pada-Nya. Melalui embun pagi, langit biru, awan senja, gelap malam, dingin udara serta tak terhingganya benda, aku diajari caranya merangkai kata. Aku diajari caranya menyampaikan rasa.

Juga cara lain aku menyampaikan rasa terima kasih pada orang-orang yang sudah memberi pelajaran, pengajaran pengalaman serta inspirasi namun tidak bisa ku katakan secara langsung. Selain karena malu, juga karena merasa berterimakasih saja rasanya tidak cukup. Namun selain itu, aku juga belum sanggup.

8.       Agar lebih peka

Agar setiap kali aku melakukan perjalanan, lalu bertemu ragam kegiatan yang orang lain lakukan, bisa jadi lebih kurang dari yang sedang aku miliki, pada saat itu aku menjadi lebih peka untuk melakukan kebaikan meskipun hanya hal kecil untuk mereka. Dan diam-diam ku doakan. Dengan doa yang paling rahasia.

Dan setiap kali empatiku terasah, syukurku bertumbuh pada-Nya, aku begitu berterima kasih kepada mereka yang sudah memberiku kekuatan, mungkin pada saat bersamaan bisa jadi aku sedang jatuh bangun bertanya banyak hal pada Tuhan tentang kesulitan-kesulitan yang sedang ku hadapi.

Kemudian pertanyaanku diberi jawaban dari mereka orang-orang yang begitu sederhana. Namun hebat dalam syukur pada Tuhan-Nya.

Oleh sebab itu aku menulis. Agar bisa lebih peka dengan keadaan sekitar, mengambil hikmah dan menularkannya pada orang lain. Lalu sama-sama membaik dan meneruskan perjalanan.

9.       Memberi Jeda

Biasanya kebanyakan orang produktif menulis pada dua keadaan. Jika bukan sedang bahagia, bisa jadi sesuatu sedang terjadi, doanya barangkali sedang dibelokkan, usahanya diberhentikan atau harapannya sedang dipatahkan, intinya sedang tidak baik-baik saja.

Dan salah satu diantaranya memberi kekuatan agar aku tergerak untuk menulis. Memberi ruang pada fikiran agar dari segala sisi baik buruknya diselidiki.

Juga memberi jeda pada emosi agar semakin tenang dalam mengambil tindakan. Setidaknya kata-kata yang ingin dikatakan, sudah dituliskan, tanpa perlu khawatir disana ada duri untuk diri sendiri juga untuk orang yang kebetulan termaksud.

Tulisan adalah jeda agar mampu menerima serta memaafkan apa-apa yang rumit dan sulit diuraikan.

10.   Persembahan Terbaik

Salah satu impian yang ingin aku wujudkan adalah menerbitkan buku sendiri. Alasannya sederhana. Umur biologis mungkin hanya begitu sebentar bisa jadi kurang dari 64 tahun juga bisa lebih sedikit. Tulisan bisa memperpanjang umur secara kasat mata.

Setiap kali orang lain membaca tulisan kita lalu terinspirasi dan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya untuk Tuhan-Nya, setiap itu pula umur menjadi berkah, lebih panjang usianya dibanding umurnya.

Aku ingin mempersembahkan yang terbaik dari hidupku untuk orang lain. Bila dengan harta dan selain itu aku belum mampu bermanfaat untuk sesama, semoga Tuhan ijinkan aku menggenggam pena dan berguna untuk sesama. Membuat tulisan yang bisa menyembuhkan, melegakan dan membersamai langkah orang lain untuk satu-satunya tujuan. Allah semata.

Tentang Penulis : 

Ai Fitri Nurlatifah. Asal Garut, penikmat hujan serta pengagum semesta dan langit sebelah. Saat ini sedang menempuh studi magister juga bekerja sebagai accounting, namun suka menulis disela-sela kesibukan sebagai hobi yang menyenangkan. Jejaknya bisa ditemui di akun instagram @fitri-nurlatifah dan tulisannya bisa dibaca di moeslimahusefull.wordpress.com.

 

 

Share:

3 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis