Oleh: Magnae
Alasan aku menulis, pertama (karena cinta) semua orang tentu tahu, bahwa segala sesuatu yang terkesan berat akan terasa mudah jika dilakukan atas dasar cinta. Mengapa? Karna cinta mampu memberikan nilai tersendiri. Dengan adanya cinta, kita akan lebih semaksimal mungkin melakukan sesuatu. Baik itu pekerjaan, belajar, hobi, termasuk menulis. Kita tahu bahwa tulisan yang lahir atas dasar cinta, tentu akan terkesan berbeda. Ia akan memberikan pengaruh yang lebih terasa dan menentramkan jiwa setiap pembaca. Aku menulis karna cinta, dan aku bertahan sebab aku mencintainya. Kedua (Sebagai bentuk ekspresi diri) setiap orang punya kebebasan dalam mengekspresikan dirinya. Ada beberapa orang yang cenderung lebih suka berekspresi dengan berbicara secara langsung, atau bahkan dengan tulisan. Namun bagi seorang yang cenderung pendiam dan biasa sendiri dengan sepi akan lebih memilih untuk mengekspresikan diri lewat tulisan dibanding ucapan. Tulisan dijadikan media komunikasinya, bentuk dari setiap ekspresi dirinya. Baginya dengan menulis, dia faham siapa dirinya, dan menemukan dunianya. Aku si introvert, yang lebih memilih menulis dibanding bicara.
Ketiga (Membuat bahagia) kebahagiaan adalah impian bagi setiap orang. Banyak sekali cara agar bisa merasakan kebahagiaan. Tentu saja masing-masing punya caranya sendiri-sendiri. perlu kita tahu, menulis tak hanya sebagai bentuk pengekspresian diri, tetapi menulis juga mampu membuat kita bahagia. Mengapa? Karna dengan menulis, kita bisa melepaskan semua perasaan yang kita rasa sulit sekali untuk diungkapkan. Aku bahagia melihat penaku menari-nari diataas kertas ketika keheningan mulai menyapa. Dengan menulis aku juga bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. keempat (penyembuh luka) tak hanya mmbuat bahagia, menulis juga proses penyembuhan. kita tahu bahwa setiap ada proses penyembuhan, berarti disitu ada yang disembuhkan. Yaitu luka. Dengan menulis kita seakan menasehati diri, merenungkan sesuatu yang sudah terjadi, kita bisa belajar dan memperbaiki mood kita, emosi kita. Dan mengambil pelajaran agar bisa bertindak pelan dan bijaksana. Dengan menulis aku bisa mengenal luka lebih dalam, dan mengambil jalan untuk keluar darinya.
Kelima (Melatih untuk lebih trampil dalam berbahasa) kita tahu bahwa ketika hendak menulis sesuatu, kita akan belajar cara bagaimana menyusun struktur kalimat, belajar kosa kata, dan lain sebagainya. Itu sebabnya banyak orang bertahan didunia kepenulisan. Selain karna beberapa alasan, mereka juga bisa belajar lebih produktif dan ekspresif. Dan tak hanya trampil dalam berbahasa, menulis juga mengajarkan saya untuk trampil dalam mengolah rasa. Keenam (Sebagai tempat berbagi) selain itu, dengan menulis kita juga bisa berbagi apa saja. Mulai berbagi cerita, pengalaman, ilmu, bahkan kebaikan kepada setiap orang yang membaca tulisan-tulisan kita. Tak jarang jika banyak orang yang masuk kedalam dunia kepenulisan dan bertahan. Sebab menulis menjadi salah satu sumber amal jariyah, ladang pahala seseorang. Karna setiap karya akan selalu dikenang setiap orang, meskipun pencipta karya sudah tinggal kenangan.
Ketujuh (lebih percaya diri) kita tahu, terkadang perasaan rendah diri itu muncul secara tiba-tiba. Kadang seseorang merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan seketika ingin menghilang begitu saja. Seperti akau kala itu, namun setelah menulis, entah itu cerpen, puisi, narasi, dan lain-lain. Aku merasa lebih tenang, aku seperti menemukan dunia baru. Aku lebih percaya diri dalam menjalani hidupku. Menulislah, akan kau temukan dunia barumu. Kedelapan (Mengukir sejarah) seperti yang dikatakan eyang Pramoedya Ananta Toer bahwa " Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari apapun? Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari." Kata-kata itu yang selalu terniang-niang ditelinggaku. Menulis tak hanya memberi pengaruh ketika kita masih hidup saja, namun ketika kita sudah tiada, justru pengaruh itu akan jauh lebih terasa ketika kita sudah tiada. Kalau bukan kita yang mengukir sejarah kita, siapa lagi? Sebab kita hanya orang biasa yang tidak punya nama.
Kesembilan (Bertemu banyak orang) orang yang introvert cenderung tidak banyak memiliki banyak teman, atau bahkan sulit untuk berkenalan dengan orang baru. Sebab orang yang introvert kesulitan dalam berkomunikasi secara langsung. Aku si introvert, dengan menulis aku menemukan sesuatu yang belum aku temukan sebelumnya. Dengan menulis aku bisa bertemu dengan orang-orang hebat, bahkan yang baru sekalipun. Aku belajar banyak dari mereka. Karna beberapa alasan aku bertahan didunia kepenulisan, salah satunya dengan menulis aku bisa bertemu orang-orang hebat diluar sana. Maka menulislah!. Kesepuluh (karena mimpi) berbicara tentang mimpi, pasti setiap orang punya mimpinya masing-masing. Dulu ketika kita kecil sering ditanya " besok kalau udah besar ingin jadi apa?" pasti setiap jawaban selalu berubah-ubah. Kadang jawab ingin jadi dokter, guru, besoknya lagi ingin jadi polisi. Ternyta dulu sebercanda itu. Sama, dulu aku juga seperti itu. Namun setelah dewasa dan mengenal dunia kepenulisan, entah secara tidak langsung aku nyaman, bahkan sudah menjadi kebutuhan. Itu sebabnya sampai sekarang aku bertahan. Sebab ada mimpi yang harus aku wujudkan. Yaitu mimpi menjadi seorang penulis dan tetap berkarya lewat tulisan-tulisan. Ingat! Terwujudnya mimpi kita, selaras dengan seberapa besar usaha kita. Semangat!
Jepara, 7 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Gadis asal Jepara, Jawa Tengah. pengagum malam sebab baginya semakin malam semakin ia menemukan ketenangan. warna hitam adalah warna favoritnya. Jejaknya bisa dicek diakun instagramnya @magnae28_ banyak kicauan-kicaunnya yang terselip disana.
Semangat dek 🥰
ReplyDeleteSemangat sayang❤❤❤😊.
ReplyDeleteSukses truss yah
Semangatt terussss ❤❤🥰
ReplyDeleteSemangat kaka ❤❤❤
ReplyDeletesemangat kaka
ReplyDeleteHai, Kak terus semangat, ya.
ReplyDeleteSedikit Kritik dan saran. Setiap paragraf terlalu panjang, Kak. Ada baiknya dipangkas. Misalnya bagian kesembilan jangan digabung sama bagian kesepuluh.
Abaikan jika tidak berkenan. 😊
Yuk, mampir di karyaku.
PERBINCANGAN AKSARA oleh Iis Muala Wati