Selayaknya orang lain dalam melakukan hal yang disuka, saya pun memiliki beberapa alasan mengapa saya tetap menulis hingga sekarang.
Kurang lebih, saya memiliki 10 alasan yang membuat saya tetap menulis. Meski untuk beberapa orang hal tersebut tidak begitu penting, bagi saya, memiliki alasan tetap menulis membuat saya kian bersemangat melakukannya.
10 Alasan Mengapa Saya Tetap Menulis
1. Karena saya suka menulis
Tidak bisa dimungkiri, alasan mengapa saya tetap menulis adalah karena saya menyukainya. Sejak kecil, saya suka menulis di buku harian.
Saya kerap menulis berbagai hal, bahkan sekadar kejadian sepele yang menimpa kala itu. Bagi saya, menulis merupakan hal menggembirakan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menyukainya.
2. Untuk mengutarakan rasa
Entah hanya saya atau memang semua orang pernah merasa tak keruan saat hendak berterus terang mengenai perasaannya.
Untuk mengutarakan rasa adalah salah satu alasan mengapa saya tetap menulis selanjutnya. Jujur saja, pada beberapa waktu, saya kerap merasa lebih nyaman mengutarakan segala rasa melalui tulisan.
Dengan menulis, saya merasa bebas mengekspresikan segala gejolak yang memenuhi rongga jiwa.
3. Mengikat ilmu yang diperoleh
Tentu kita semua tidak asing dengan kalimat "ikatlah ilmu dengan tulisan", dan saya termasuk orang yang melakukannya.
Bagi saya, menuliskan berbagai ilmu yang diperoleh dapat membantu untuk lebih memahami ilmu tersebut. Selain itu, kita juga dapat mempelajarinya lagi sewaktu-waktu jika ada yang terlupa.
Mengenai bagaimana cara kita mengikatnya dengan tulisan, tentu kembali ke diri masing-masing. Saya sendiri kerap memilih untuk membuat rangkuman singkat yang akan saya perpanjang ketika ingin berbagi di blog.
4. Karena saya senang bercerita
Orang-orang yang kenal dekat dengan saya tentu paham betul bahwa saya gemar bercerita.
Kegemaran itu menuntun saya untuk terus menulis. Pasalnya, semenjak menikah dan tinggal jauh dari rumah para sahabat, saya kehilangan separuh muara untuk berkisah secara langsung.
Meski memang anak dan suami tidak keberatan mendengar saya meracau, tetapi terkadang menumpahkan segalanya dalam rangkaian kata yang panjang lebih membuat semua menjadi gamblang.
Dengan terus menulis, saya pun dapat bercerita dengan khalayak luas. Dan tentu saja saya senang melakukannya.
5. Berdamai dengan luka
Menulis adalah cara paling ampuh untuk berdamai dengan luka---selain makan mi dengan kepedasan ekstra---setidaknya, itu bagi saya.
Entah mengapa, setelah menuangkan segalanya dalam goresan pena, saya merasa lebih lega. Bukan hanya itu, secara ajaib, saya pun dapat berdamai dengan masa-masa nelangsa setelah berkutat dengan kumpulan kata.
Prahara Selaksa Rasa adalah salah satu bukti perdamaian saya dengan luka yang sempat menyapa. Membaca kembali perasaan yang pernah menerpa juga membuat saya kian dewasa.
Itulah mengapa saya kerap menulis tentang masa lalu, bukan karena masih terngiang atau apa. Namun, itulah cara saya berdamai dengan luka dan hidup semakin bahagia karena pelajaran olehnya.
6. Menjadi penulis favorit si kecil
Alasan mengapa saya tetap menulis selanjutnya adalah karena ingin menjadi penulis favorit untuk anak-anak saya nanti.
Memang, saya tidak akan memaksakan mereka untuk gemar membaca. Namun, tidak ada salahnya jika mengajarkan mereka untuk mencintai kebaikan bukan?
Apa lagi, Mas Faqih, anak pertama saya selalu antusias ketika mendengar saya bercerita dan ketika saya mengajaknya membaca buku-buku yang saya belikan.
Saya memiliki impian, suatu saat nanti anak-anak saya akan dengan bangga memberitahu semua orang bahwa penulis favorit mereka adalah bundanya.
Oleh karenanya, saya tidak pernah lelah untuk belajar berbagai hal baru yang kiranya dapat membantu mengembangkan kualitas tulisan.
7. Berbagi kebaikan
Menulis memang merupakan hal sepele bagi sebagian orang. Namun, bagi sebagian lainnya, menulis bisa dijadikan ajang berbagi kebaikan.
Itu pula yang sedang saya coba lakukan, berbagi kebaikan dalam setiap tulisan. Sesekali, kebaikan itu saya masukkan dalam tulisan secara tersirat.
Rasanya menyenangkan ketika ada orang yang merasa lebih baik setelah membaca tulisan saya. Begitu pula ketika ada yang termotivasi karena tulisan-tulisan itu.
Itulah alasan mengapa saya tetap menulis hingga sekarang, berharap dapat berbagi kebaikan dengan tulisan sederhana.
8. Sebab saya gemar membaca
Menurut kesaksian Ibu, saya gemar membaca sejak kecil. Bukan hanya sekadar membaca buku bacaan atau buku pelajaran, melainkan juga senang membaca segala tulisan yang terpampang ketika kami mengunjungi suatu tempat.
Kegemaran tersebut membawa saya kerap menuliskan kata-kata yang menurut saya menarik. Hingga berkembang menjadi turut menulis kata-kata sederhana berbentuk puisi, pantun, atau sekadar curhatan.
Lagi pula, kebanyakan orang yang gemar membaca memang cenderung akan terus menulis 'kan? Paling tidak, mereka akan menuliskan review atau pendapat mengenai buku yang telah mereka baca.
9. Dari menulis saya banyak belajar
Semenjak memutuskan untuk terjun di dunia kepenulisan, bukan hanya teman-teman satu frekuensi yang saya dapat, melainkan banyak pelajaran-pelajaran berharga yang juga saya peroleh.
Seperti bagaimana tata cara menulis cerita supaya tidak tumpang tindih alurnya, menyelipkan amanat dalam setiap tulisan agar lebih bermanfaat, dan lain sebagainya.
Bukan hanya itu, dari menulis pun saya kini mengerti betapa tulisan bisa sangat berpengaruh terhadap banyak hal. Kita bisa menuai dosa atau pahala jariyah, menciptakan ketenteraman atau kerisauan, dan lain sebagainya hanya dengan sebuah tulisan.
Itulah mengapa saya terus menulis hingga sekarang, karena pelajaran berharga yang saya dapat dari menulis menjadi candu untuk saya.
10. Sebab menulis adalah renjanaku
Kalau sudah membicarakan renjana, ya bagaimana 'kan? Susah untuk tidak melanjutkan.
Jujur, saya baru menyadari hal ini sekitar akhir 2019 lalu, dan itu membuat saya sedikit menyesal. Karena seandainya saya sadar lebih awal, mungkin usaha saya untuk memperbaiki dan terus mengasah kemampuan dalam menulis juga akan lebih awal.
Namun, tidak ada hal yang perlu disesali jika kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki.
Ya, itulah kiranya 10 alasan mengapa saya tetap menulis. Masing-masing orang tentu memiliki alasannya masing-masing.
Kalau kalian, apa nih yang membuat tetap semangat menulis hingga sekarang? Bagikan di komentar, yuk!
Gresik, 07 Agustus 2020
Tentang Penulis:
E. Aprilia R. lahir pada 08 April 1996 lalu di Kota Pudhak, Gresik. Penulis buku Prahara Selaksa Rasa tersebut merupakan bunda muda yang gemar belajar dari mana saja asal berbuah positif bagi dirinya. Kalian dapat menyapanya melalui akun instagram @catatanaprilia
Hai, Kak terus semangat, ya.
ReplyDeleteYuk, mampir di karyaku.
Perbincangan Aksara.
Terima kasih telah mewakili suara hatiku, Kak April. Keep writing 💙
ReplyDeleteLove it! Keep writing kaa
ReplyDeleteSemangat untuk terus menulis, kk.
ReplyDelete