Bertumbuh



Oleh : Lailatul Maghfirah


Jika ada seseorang yang menanyakan kepadaku "kenapa kamu menulis?". Aku akan menjawabnya dengan beberapa sebab ini..

Pertama, bagiku, menulis adalah menjadi biru. Bukan biru yang sendu menurutmu, tapi biru yang tenang. Akal dan hati, dua komponen dalam diri manusia. Akal sering berkata, hati pun sering berbicara. Mereka saling sahut-menyahut, kadang berdialog ataupun bertengkar. Akan menjadi bising di dalam diri sendiri. Menuliskannya adalah salah satu cara yang baik agar bisa menemukan titik temu di antara akal dan hati. Semua pikiran maupun perasaan yang berupa keresahan, kecemasan, ataupun kebahagiaan akan menjadi tenang. Tenang karena kembali sadar bahwa apa yang dirasa, apa yang dipikirkan, apa yang terjadi, adalah ketetapanNya yang terbaik.

Ya, bagiku menulis itu menjadi biru yang tenang.

Kedua, aku ingin menebarkan sebuah tulisan.  Tulisan yang di dalamnya ada sebuah pesan. Pesan itu aku ingin ucapkan, "Yuk bersama-sama untuk saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran. Jangan lelah berada di jalan ini." Sebuah prinsip menulisku adalah menulislah dengan hikmah yang tersirat ataupun tersurat. Hingga aku yang membaca kembali dan kalian yang membaca bisa kembali untuk tetap bersemangat. Untuk tetap menebarkan pesan ini. Untuk berada dalam kebaikan.

Ketiga, aku menemukan orang-orang yang menulis adalah mereka yang mau bertumbuh. Aku ingin menjadi bagian mereka, yang mau berproses menjadi lebih baik, yang awalnya adalah benih menjadi tunas, tumbuhlah daun-daun, hingga adanya bunga-bunga yang bermekaran atau akhirnya menghasilkan buah.

Sebelum menulis, hal yang aku lakukan adalah membaca sekitar, yaitu peka akan keadaaan lingkungannya dan yang tidak kalah penting adalah membaca buku atau menyukainya. Dengan membaca inilah, membaca sekitar dan membaca buku, seseorang akan mampu menulis, menuangkan idenya, memberikan solusi, berbagi pengalaman ataupun ilmunya. Agar yang menulis dan membaca bertumbuh lebih baik. Dengan menulis, aku bertumbuh menjadi lebih baik dari sebelumnya serta menghargai setiap prosesnya.

Keempat, sebab aku ingin menulis hal yang lebih luas, bukan hanya tentang diriku, masalahku ataupun perasaanku. Oleh karenanya aku terus menulis.

Tak ada awal yang langsung jadi. Melakukan hal yang berulang-ulang akan menumbuhkan kebiasaan. Membaca, merasakan, mendengarkan, berdiskusi, menuliskan, sampai menebarkan dan mengamalkannya. Aku bergerak dari langkah ke langkah. Aku belajar dan berproses. Bertemu dengan orang-orang yang beda pemikiran. Namun, aku tetap punya landasan yang kokoh.
Kacamataku semakin jelas, aku melihat dunia lebih luas dengan segala permasalahannya. Atas sebab itu, aku terus menulis.

Kelima, Rasa syukurku harus dipupuk dengan menulis karena ada begitu banyak, hingga kita tidak mampu menuliskan kebaikan-kebaikan dari sang Pencipta.  Bahkan dibalik suatu musibah, selalu ada kebaikan, selalu ada pelajaran yang begitu berharga.

Pernahkah mencoba untuk menghitung nikmat yang ada pada dirimu? Ada berapa banyak?
Jika kita coba menuliskannya, seluruh pohon di bumi yang menjadi kertas dan lautan yang menjadi tinta bahkan takkan mampu untuk mencukupinya, bahkan jika ditambah lagi sebanyak itu. Dengan menuliskannya, aku kembali bersyukur. Kembali untuk tetap bersemangat dan fokus. Menulis membuatku memupuk syukur yang tiada henti.

Pernahkah menuliskan rasa syukurmu? Coba tuliskan. Hal itu akan membuatmu semakin bersyukur. Allah maha baik :")

Keenam, kembali kepada diriku agar menjadi tenang, Sebuah kata-kata yang aku tuliskan di bio Tumblrku

"Izinkan aku kembali melukiskan kehadiran embun-embun saat matahari malu menyapa.

Izinkan aku kembali menceritakan bagaimana cahaya hadir di kehidupanku.

Izinkan aku bercerita dengan leluasa tanpa aku harus berteriak"

Iya, menulis adalah mengungkapkan.

Iya, ia adalah bercerita.

Menuliskan kembali.

Terkadang, hanya aku yang membaca tulisanku, karena aku tak mampu membagikannya kepada orang lain. Hanya aku yang membaca dan Allah yang mampu memahami.

Setelah beberapa saat, ketika sudah reda, aku tuliskan kembali, semoga ada hikmah dibaliknya yang bisa dipetik. Aku kembali menjadi tenang.

Ketujuh, bahagia yang menenangkan itu ketika ada orang yang mendoakan kebaikan untuk diri ini, yang sering lupa dan lalai :").

Mereka mendoakan ketika selesai membaca tulisanku, "makasih yaa lail, udah nulis, semoga ...", "jangan bosan nulis yaa, saling mengingatkan di jalan Allah", "semoga ketemu di Syurga ya", dan do'a lainnya...

Aku hanya menulis, sedangkan yang menyentuh hati kalian adalah Allah yang Maha membolak-balikkan hati. Maka, bersegeralah untuk menujuNya.

Terimakasih telah mendoakanku dengan begitu tulus. Semoga doa itu berbalik menghampiri kalian dan menjadi kebaikan yang berlimpah dariNya.

Karena sebab itu aku menulis, ada untaian doa dari mereka yang membaca.

Kedelapan, aku ingin ikut andil dalam membangun peradaban.

Ada milyaran manusia di muka bumi ini. Tiap-tiap orang pasti punya keunikan yang ia miliki. Tak ada hal yang sia-sia yang telah tercipta. Selalu ada maksud dan tujuan. Selalu ada peran yang diemban tiap-tiap insan. Untuk itu perlu sekali dalam menemukan dan memahami tentang konsep diri. Mau bertumbuh dan bergerak. Kutemukan peranku, sedikit demi sedikit dalam dunia menulis ini, terus belajar, mau bertumbuh. Aku ingin berperan dan ikut andil bagian dalam membangun peradaban. Walaupun tulisanku masih sesederhana ini, semoga kedepannya semakin bermanfaat, semoga menjadi bagian peradaban.

            Kesembilan, aku jatuh cinta dengan dunia menulis.

Aku pernah menyukainya tokoh di dalam sebuah novel. Juga, sangat menyukai hadiah dari Kaka dan Aa berupa diary dan buku novel. Sejak saat itu, aku rajin menulis dan membaca.

Hingga sebuah pertanyaan muncul dari diriku, "bagaimana bisa aku meninggalkan dunia menulis, jika di dalamnya aku dibuat jatuh cinta?"

Tentang menulis yang membakukan kenangan dan merawat ingatan.

Menulis yang bukan hanya sekedar gerakan jari, tapi merupakan hasil dari dialog akal dan hati.

Dunia tentang membingkai kebaikan agar menjadi nasehat yang menyentuh bukan yang menggurui. Sehingga kita bergerak dalam kebaikan.

Tulisan seperti ini yang membuatku jatuh.

Semoga setiap alasan kita untuk terus menulis ini menjadi bahan bakar ketika semangat mulai mereda. Semoga setiap alasan yang ditulis tidak hanya menjadi sekedar alasan.  Tulisan yang menjadi penggerak. Menjadi pemimpi yang merealisasikannya. Menjadi penjelajah dunia. Menjadi bagian peradaban.

Aku percaya, tulisan kita akan terus bertumbuh dengan syarat terus belajar ya. Tulisan yang menjadi peradaban. Semangat bertumbuh dan terus menulis yaa.



Tentang Penulis :

Halo, namaku Lailatul Maghfirah. Teman-teman, bisa panggil Lail. Lail asli orang banjar. Aku ingin menjelajah dunia sekaligus menoreh makna dalam setiap titiknya, belajar dari siapapun, memahami bagaimana Allah itu sangat Maha Baik, dan belajar mencintaiNya.

 Salam Kenal yaa, semoga tulisanku menyapa, serta semoga kita bisa saling mendoakan. Teruslah bertumbuh 🌻

 

Share:

Post a Comment

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis