Kenapa Harus Ada Alasan?

 
                                                                              

                                                                                                 Oleh: Neng Tuti Alawiyah

 

Disini, aku akan menuliskan beberapa alasan aku menulis. Sebenarnya, masih banyak alasan-alasan lain tetapi di kesempatan kali ini aku hanya akan menuliskan sepuluh alasan saja.

Kenapa harus ada alasan? Karena setiap manusia membutuhkan alasan. Ya, walaupun adakalanya tak perlu alasan. Alasan pun tak selamanya bisa selalu bisa dibenarkan.

Selamat membaca, semoga suka.

Alasan pertama :

Kenapa memilih menulis?

Karena aku suka. Ya, berawal dari rasa suka, akhirnya tertarik untuk menekuninya.

Kenapa suka menulis?

Karena dengan menulis, aku bisa menuangkan imajinasi, dan mengembangkannya. Dengan menulis juga bisa menyimpan kenangan. Ya, menyimpan kenangan dalam tulisan itu membuat diri ini merasa punya teman. Teman yang selalu ada. Ada ketika aku rindukan, dan ada ketika aku senang. Bahkan ketika diri ini bersedih, dia pun selalu ada.

Ya, tulisan itu akan selalu ada. Asalkan kita tidak menghapusnya atau menghilangkannya. Sekarang, menulis bukan hanya bisa melalui buku saja. Bisa lewat hp, komputer, laptop. Tinggal kita mau saja untuk menulisnya.

Alasan ke-dua :

Berawal dari rasa suka, lalu menjadi nyaman.

Ya, nyaman akan menulis. Menulis itu menyenangkan.

Mungkin sebagian orang berfikir, menulis itu membosankan. Menulis itu tidak mengasyikkan. Menulis itu ribet, dan lain sebagainya. Pepatah mengatakan, "Alah bisa karena biasa". Begitupun dengan menulis, jika sudah mulai suka, lalu terbiasa, maka rasa nyaman pun kan ada.

Menulis itu bisa dilakukan dimanapun. Di rumah, di taman, dan masih banyak lagi. Menulis pun bisa dilakukan sambil duduk di ruang tamu, duduk di teras, dan lain-lain. Bahkan sambil rebahan di kamar pun tetap masih bisa dilakukan. Ya, walaupun jadi kaum rebahan, tapi harus tetap produktif, kan?

Alasan ketiga :

Dari rasa suka, lalu menjadi nyaman, kemudian jatuh cinta.

Ya, jatuh cinta. Aku sudah jatuh cinta kepadanya. Aku sudah mencintainya. Menulis membuat diri ini menjadi tenang. Tenang karena bisa mencurahkan isi hati, dan pikiran. Ya, aku jatuh cinta dengan menulis. Cinta yang ini bukan cinta biasa. Cinta yang ini bukan cinta antara pria, dan wanita. Cinta yang ini rumit. Susah dijelaskan. Namun, aku bisa merasakannya.

Jika tidak percaya, silakan coba, dan rasakan. Ayo, mulai menulis lah. Niscaya, kamu pun akan merasakan apa yang ku rasa, kalau sudah mulai suka. Berawal dari rasa suka, kemudian jatuh cinta. Selamat mencoba, ya!

Alasan ke-empat :

Introvert itu lebih banyak menikmati waktu untuk sendiri. Kenapa begitu? Karena energi introvert itu lebih cepat habis jika di hadapan banyak orang. Bukan berarti mereka tidak bisa bersosialisasi, ya. Nah, karena itu terkadang mereka sulit mengekspresikan sesuatu. Media tulisan adalah alternatif mereka dalam berekspresi. Lewat media tulisan lah mereka berbicara.

Ya, aku introvert, karena itu aku menulis.

Alasan ke-lima :

Menulis itu jembatan komunikasi. Orang-orang terdahulu itu, berkomunikasi jarak jauh lewat surat. Surat yang dikirimkan oleh pengirim, lalu kemudian dibalas oleh sang penerima. Melalui jasa kantor pos.

Sekarang pun demikian, menulis masih jadi jembatan komunikasi. Bedanya sekarang lewat gadget. Melalui SMS, WhatsApp, e-mail, dan lain sebagainya. Jauh, dekat, sekarang cepat sampai. Asalkan punya pulsa, kuota, ataupun memakai WiFi. Inilah salah satu manfaat adanya teknologi, Membuat komunikasi kita jadi semakin cepat, dan mudah.

Itulah salah satu alasan mengapa aku menulis. Karena dengan menulis, bisa jadi jembatan komunikasi. Dengan menulis juga aku bisa berekspresi, dan berbicara.


Alasan ke-enam :

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". –Imam Al-Ghazali

"Menulis lah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah". –Pramoedya Ananta Toer

Dari kata-kata mutiara diatas, aku tersadar. Siapa diri ini? Apa yang bisa dilakukan? Aku ini bukanlah siapa-siapa. Ya, itu semua 'self reminder'. Pengingat diri, kalau aku hanyalah manusia biasa yang punya banyak kekurangan. Lantas apa yang harus disombongkan?

Maka dari itu, aku menulis. Aku menulis, untuk pengingat diri. Dengan begitu, aku berharap diri ini menjadi pribadi yang lebih baik lagi di setiap harinya.

Alasan ke-tujuh :

Menulis bagiku adalah menyimpan impian. Maksudnya, apa yang diinginkan itu aku tuliskan. Banyak cara untuk berdoa. Melalui lisan, dan tulisan misalnya.

Apa yang diinginkan, aku tuliskan. Aku meminta pada Allah melalui lisan, dan tulisan. Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang. Allah tau yang terbaik, dan yang dibutuhkan hambanya.

Perlahan-lahan apa yang aku inginkan, Allah kabulkan. Apa yang aku impikan, dapat tercapai. Ya, itu semua butuh proses. Perlu usaha, dan doa. Apa yang aku tuliskan, aku menyebutnya dengan tabungan doa.

"Tidak ada yang lebih utama di sisi Allah daripada doa." (HR Ahmad).

Alasan ke-delapan :

Menulis untuk belajar.

Belajar untuk menulis.

Dengan menulis, aku belajar. Belajar dari kesalahan yang pernah aku lakukan. Belajar dari pengalaman. 

Dengan belajar, aku menulis. Menuangkan apa yang telah dilakukan. Menuliskan apa yang aku dapatkan.

Pada dasarnya sifat manusia itu pelupa. Karena itu aku menulis untuk belajar, belajar untuk menulis.

"Ikatlah ilmu dengan menulis". –Ali bin Abi Thalib

Alasan ke-sembilan :

Salah satu hobi diri ini adalah membaca. Membaca adalah jendela ilmu. Dengan membaca, aku menjadi tahu. Dengan membaca, aku berpetualang. Karena itulah aku menulis. Aku tidak hanya ingin menjadi orang yang melihat, dan membaca petualangan orang lain saja. Aku ingin menjadi orang yang melakukan petualangan itu.

Menulis itu petualangan. Melalui menulis, aku bisa menjadi siapa, dan apa yang diinginkan. Melalui membaca, dan menulis, aku berpetualang.

"Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis". –Stephan King

Alasan ke-sepuluh :

Berbagi.

Ya, dengan menulis kita bisa saling berbagi. Berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan. Dengan berbagi,bisa menjalin silaturahmi. Teringat, "Berbagi kebaikan, akan mendapatkan pahala. Apa yang ditanam, akan dituai. Menulislah yang baik, karena setiap yang dituliskan, akan dipertanggung jawabkan." Pesan dari seorang teman, kepadaku.

Terimakasih teman-teman yang sudah mau membaca tulisanku. Terimakasih teman-teman yang sudah mau berbagi. Berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan.

Tanpa terasa, waktu berjalan begitu cepat.

Setiap pertemuan, pastilah akan ada perpisahan.

Begitupun dengan tulisanku, sampailah ia di penghujung waktu.

Salam rindu dariku, untukmu.

Sampai jumpa dilain waktu.

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulis lah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". –Ali bin Abi Thalib.

 

 

                                                                                                   Cikidang, 08 Agustus 2020

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis:

Neng Tuti Alawiyah lahir di Cikidang, Sukabumi. Kalimat inspirasi kehidupannya adalah : Allah tau yang terbaik untuk hambanya, Allah tau apa yang dibutuhkan hambanya. Jejak dapat ditemukan di akun media sosial, Instagram @nengtutia, dan Facebook Neng Tuti Alawiyah.

 

 

Share:

13 comments :

Design Prokreatif | Instagram Ruang_Nulis